Pasar Kripto Terpuruk, Bitcoin Jatuh Drastis akibat Tekanan Ekonomi
Dalam 24 jam terakhir, pasar kripto mengalami penurunan signifikan, dengan harga Bitcoin jatuh tajam akibat pengaruh faktor makroekonomi.
Suarajatimpost.com - Dalam 24 jam terakhir, pasar kripto mengalami penurunan signifikan, dengan harga Bitcoin jatuh tajam akibat pengaruh faktor makroekonomi.
Menurut data dari Coinmarketcap pada Jumat (27/12/2024) pukul 07.30 WIB, kapitalisasi pasar kripto global anjlok 3,83%, mencapai US$ 3,32 triliun. Bitcoin (BTC), yang merupakan kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, mengalami penurunan sebesar 3,68% dan kini berada di harga US$ 95.475 per koin, setara dengan Rp 1,54 miliar (kurs Rp 16.219).
Penurunan juga terlihat pada Ethereum (ETH), yang merosot 4,69% menjadi US$ 3.320 per koin. Selain itu, Binance Coin (BNB) turun 2,25%, kini diperdagangkan di harga US$ 685 per koin.
Melihat pasar keuangan di Amerika Serikat (AS) pada Kamis (26/12/2024), banyak aset yang mengalami penurunan, meskipun harga emas dan minyak sedikit menguat. Dalam 48 jam terakhir, pergerakan harga Bitcoin dan kripto lainnya terjadi di tengah volume perdagangan yang sangat rendah. Meski demikian, Bitcoin masih mencatatkan kenaikan lebih dari dua kali lipat sepanjang tahun 2024.
Namun, tekanan baru muncul dari sisi makroekonomi. Suku bunga yang sebelumnya memberikan dorongan bagi harga Bitcoin kini menjadi hambatan. Imbal hasil obligasi 10 tahun meningkat menjadi 4,63% pada Kamis pagi, mendekati level tertinggi tahun ini. Sejak The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada September lalu, imbal hasil ini telah meningkat hampir 100 basis poin.
Jim Bianco, seorang peneliti makroekonomi, menyatakan bahwa kenaikan imbal hasil obligasi jangka panjang setelah pemangkasan suku bunga oleh The Fed adalah fenomena yang jarang terjadi. Ia memperingatkan bahwa pasar obligasi kemungkinan akan terus mengalami tekanan (menaikkan imbal hasil) selama The Fed tetap berbicara tentang kemungkinan pemangkasan suku bunga pada 2025.
“Jika The Fed tidak mengurangi pembicaraan mengenai pemotongan suku bunga, imbal hasil obligasi akan terus meningkat, menciptakan tekanan besar untuk menekan inflasi,” jelas Bianco. (**)
sumber: investor.id
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?