Pasang Surut Pengusaha Tampar Mendong Wajak Kabupaten Malang
Perajin dan pengusaha mendong bernama Rofiq mengatakan, lahan di areanya yakni di wilayah lokal (kecamatan wajak) sudah ada sejak dulu, bahkan ada juga di wilayah lain di Kecamatan Dampit, Turen serta Poncokusumo.
Kabupaten Malang, SJP — Tampar Mendong berasal dari rerumputan yang dibudidayakan di lahan persawahan dengan sistem mina tani (sawah dan ternak ikan) di area lahan persawahan.
Rerumputan yang sudah dikumpulkan dalam ruangan kemudian dipintal untuk dijadikan tali dengan sebutan Tampar Mendong.
Perajin dan pengusaha mendong bernama Rofiq mengatakan bahwa lahan di areanya yakni di wilayah lokal (kecamatan wajak) sudah ada sejak dulu, bahkan ada juga di wilayah lain di Kecamatan Dampit, Turen serta Poncokusumo.
"Walaupun kota lain juga ada, seperti Jember, namun untuk kualitas, mutu dan kapasitas panen, malang raya khususnya pasar mendong wajak telah dikenal dari berbagai kota di sentra kerajinan ini," ucapnya kepada suarajatimpost.com, Kamis (12/10/2023).
Rofiq yang mulai merintis usaha mendong dari almarhum kedua orang tuanya kala itu mengawali usahanya masih mengubah bahan mendong menjadi tikar, dan menjadi pengepul di tahun 1989-1990an.
Seiring waktu, ia mengubah hanya sebagai penyedia tampar/tali atau bahan dasar kerajinan mendong sekira hampir tahun 2000an.
"Usaha orang tua beralih ke saya tahun 1997 - 2000 masih rupa tikar, dan di tahun 2000 hingga sekarang, berganti inovasi menjadi bahan setengah jadi dari kerajinan (rupa tampar dan kepang), disaat itu tikar tidak saya teruskan, kalah pasar dengan bahan sintetis," kenangnya.
Atas inisiasi meneruskan usaha orang tuanya, apa yang ia kembangkan sempat tembus di pasar ekspor hingga kewalahan produksi tampar mendong karena permintaan terus meningkat.
"Sebelum tahun itu (2016) baik bahan, pasar sangat bagus, namun pertengahan 2016, terjadi penurunan kapasitas bahan baku," terang Rofiq.
Hal tersebut disebabkan tempat penampungan serta lahan digusur dengan program infrastruktur yang menurutnya hanya renovasi pasar utama.
Hal itu secara otomatis berdampak mengurangi lapangan kerja, berimbas juga pada kapasitas produksi dan terganggunya permintaan pasar kerajinan.
"Kendala di tahun 2016 hingga tahun 2022 dampak covid, permintaan pasar online, meningkat, namun kapasitas produksi jadi problem (bahan terbatas)," tukasnya.
Ia menambahkan, dari kendala itulah baik permintaan dalam negeri dan luar negeri tak terpenuhi sehingga berimbas pada sentra kerajinan ini.
"Akhir 2022, banyak perusahaan ekspor berhenti dan sampai saat ini, belum bisa ekspor kembali," pungkasnya. (*)
Editor: Queen Ve
What's Your Reaction?