Olativity Student Company SMA Negeri 2 Surabaya Atasi Krisis Pangan
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Surabaya atasi krisis pangan lewat praktik kegiatan ektra kurikuler kewirausahaan melalui wadah Olativity Student Company (sekolah berbasis aktifitas perusahaan siswa) di aula gedung sekolah, Jumat (24/11/2023).
Surabaya, SJP - Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Surabaya atasi krisis pangan lewat praktik kegiatan ektra kurikuler kewirausahaan melalui wadah Olativity Student Company (sekolah berbasis aktifitas perusahaan siswa) di aula gedung sekolah, Jumat (24/11/2023).
Dalam praktiknya, pihak sekolah menunjuk Jibril Atta Maulana kelas X SMA Negeri 2 Surabaya selaku presiden direktur Olativity Company jelaskan cara siswa lakukan pemberdayaan produk olah pertanian hidroponik modern memilih jenis sayuran sawi pakcoy.
"Produk ini merupakan hasil karya dari para siswa yang tergabung dalam wadah kreatif Olativity Student Company berbasis manfaat untuk sekolah dan siswa dalam rangka atasi krisis pangan," ujarnya.
Kenapa pilih cara hidroponik modern, Jibril katakan agar lebih banyak diminati kalangan pelajar cinta produk tani dari hasil olah pertanian modern menggunakan cara hidroponik.
Manfaat bertanam menguntungkan banyak orang, terutama dalam mengatasi krisis pangan yang sedang terjadi.
Bercocok tanam hidroponik juga miliki nilai ekonomi untuk kegiatan sekolah kewirausahaan yang diajarkan di sekolah.
Konsep Olativity Student Company sendiri, menurut Jibril berisi tentang perawatan tanaman hidroponik mulai cara pembibitan, panen hingga pemanfaatan peroleh nilai ekonomi lewat target pasar yang ditentukan yakni kalangan pelajar dari siswa untuk sekolah dalam tata kelola usaha menanam dan memanen sendiri produk-produk pertanian.
"Produk hidroponik ini bukan hanya dijual, tetapi juga akan disosialisasikan ke sekolah-sekolah lain mendatang. Kami akan menjelaskan kepada murid-murid mengenai produk dan cara membudidayakannya," kata Jibril.
Selain itu, SMA Negeri 2 Surabaya lewat Olativity juga berencana melibatkan sekolah-sekolah lain di Surabaya, dan secara luas hingga Indonesia lebih dikenali dan familiar.
"Tujuannya untuk memperluas cakupan edukasi pertanian modern bisa dilakukan kalangan pelajar sejak menempuh pendidikan di sekolah," jelas Jibril.
Tentunya, lanjut Jibril dengan arahan bimbingan pengajar pihak sekolah yang kolaborasi dengan Prestasi Junior Indonesia, sebuah organisasi yang fokus pada pengembangan kewirausahaan di kalangan anak-anak.
"Prestasi Junior Indonesia mengajarkan kepada kami bagaimana cara menjalankan sebuah perusahaan mulai cara managment hingga memasarkan produk yang didalamnya melibatkan sekira 25 pelajar tergabung dalam Olativity Student Company," urai Jibril. "Kami berharap bahwa produk hidroponik ini dapat menjadi solusi bagi krisis pangan yang sedang terjadi. Kami juga ingin menunjukkan bahwa siswa SMAN 2 juga bisa menghasilkan produk olahan pertanian modern bisa bermanfaat dinikmati banyak orang," kata Jibril.
Sementara Fitri Sasprylia Maharani sebagai siswi selaku manager public relations Olativity Student Company ulas sisi lain perusahaannya miliki beberapa permasalahan target pasar yang ingin diselesaikan.
Pertama adalah berkurangnya minat generasi muda menjadi petani, dari catatan analisa survey dari 100 anak, hanya 6 anak memilih yang ingin jadi petani, persentase ini juga jadi sebab menurunnya petani setiap tahun.
"Dengan begitu krisis pangan terjadi karena jumlah petani menurun dan sebabkan produktivitas pertanian berkurang," sebutnya.
Kedua, banyaknya alih fungsi lahan pertanian.
Keadaan ini semakin parah karena sebagian besar petani di Indonesia, yaitu sekitar 15,89 juta petani, hanya memiliki luas lahan kurang dari 0,5 hektar.
Alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan dan perindustrian merupakan beberapa penyebabnya.
"Kekurangan petani dan alih fungsi lahan pertanian merupakan dua permasalahan yang saling berkaitan," ucap Fitri.
Sebagai manajer public relations, Fitri mengatakan bahwa perusahaannya akan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan minat menjadi petani dan mencegah alih fungsi lahan pertanian.
Upaya tersebut antara lain:
- Lakukan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya sektor pertanian bagi masyarakat.
- Jalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan pertanian modern.
- Tingkatkan kesejahteraan petani.
Fitri berharap upaya yang dilakukan perusahaannya dapat membantu menyelesaikan permasalahan pertanian di Indonesia.
Pembinaan Student Company
Maftuhin Hilmi, pembina Student Company, jelaskan bagaimana pembinaan yang sudah dilakukan kepada para siswa-siswi yang tergabung dalam perusahaan tersebut butuh proses pelatihan khusus.
"Praktik kewirausahaan siswa ini merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan setiap hari Rabu sore. Kami bertemu dan berkumpul untuk briefing tentang bagaimana menjalankan perusahaan berbasis manfaat dari produk pertanian modern, dengan cara hidroponik," urai Hilmi.
"Anak-anak dari awal yang belum paham tentang perusahaan, dari situ kami ajak untuk belajar tentang apa saja program kerja yang harus dipahami," imbuhnya.
Hilmi juga jelaskan bahwa setiap siswa-siswi terbagi dalam kelas-kelas tertentu.
Siswa-siswi tersebut kemudian dipilih untuk menjalankan perusahaan, dengan batas maksimal 25 anak.
"Mereka dilatih untuk mendapatkan pemahaman soal pertanian, produk pertanian, dan pemanfaatan produk pertanian," cetusnya.
"Temanya yang mau diangkat sebenarnya bebas, tetapi di dalam konsep perusahaan ini karena mengangkat konsep krisis iklim yang menjadi dampak pada krisis pertanian yang sedang berjalan dan akan terjadi mendatang," bebernya.
Dasar itu, sambung Hilmi, membuat produk hasil olahan pertanian lebih diminati kalangan pelajar untuk dapat dikembangkan melalui system pertanian modern.
Hilmi mengatakan bahwa Student Company sudah berjalan selama 3 tahun. Basisnya adalah kelulusan sekolah.
"Jadi, setelah lulus sekolah, anak-anak ini akan menjadi alumni Student Company," tuturnya.
Untuk diketahui, kegiatan kewirausahaan sekolah lewat perusahaan siswa Olativity Student Company yang disponsori Zurich Foundation dan Prestasi Junior Indonesia. (*)
editor: trisukma
What's Your Reaction?