Mengandung Sejarah Majapahit, Itulah Alasan Lansia Pembudidaya Buah Maja di Mojokerto
Menurut dia, buah itu memiliki nilai sejarah. Bahkan diklaim sebagai asal muasal nama Majapahit.
MOJOKERTO, SJP – Di usia senjanya, Sukirno (69) rela berkebun setiap hari. Namun yang ditanam bukan tanaman palawija, melainkan tanaman buah maja. Buah dengan nama latin aegle marmelos itulah yang dibudidayakan oleh Sukirno.
Pria lanjut usia (lansia) asal Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto itu memilih budidaya buah maja bukan tanpa alasan. Bukan hanya sekedar dagang. Dia ingin melestarikan pohon yang dinilai sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit itu, agar tidak punah.
"Terbuka hati saya untuk melakukan budidaya itu supaya orang mengenal, bahwa ini pohon maja adalah tanaman langka peninggalan jaman dulu," kata Sukirno saat ditemui di tempat budidayanya, Kamis (5/12/2024).
Dia menekuni budidaya buah maja sejak tahun 2019. Hal itu berawal saat dia diberi tugas menjadi juru kunci makam Siti Inggil Trowulan. Awalnya dia memperhatikan sebuah pohon yang memiliki buah berukuran lebih besar dari jeruk. Namun berwarna hijau.
Setelah mengetahui itu adalah buah maja, dia segera tertarik melakukan budidaya. Buahnya berwarna hijau dengan tekstur kulit keras. Menurut dia, buah itu memiliki nilai sejarah. Bahkan diklaim sebagai asal muasal nama Majapahit.
"Buahnya sebenarnya manis. Saya pernah ngerasain ada asamnya. Dalamnya putih. Kalau kena air lama-lama kayak apel gitu," jelasnya.
Sukirno menyebut, cara membudidayakan pohon buah maja ini mudah. Cukup dengan memotong batang. Kemudian ditancapkan di tanah hingga tumbuh akar. Setelah akar mulai muncul, kemudian dipindah ke pollyback.
Penjualannya kebanyakan di luar Mojokerto. Mulai Kediri hingga Sidoarjo. Bahkan, kata Sukirno, mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia, Susi Pujiastuti pernah membeli buah maja padanya.
"Rata-rata yang beli jauh-jauh ada Kediri, Sidoarjo, bahkan Bu Susi menteri pernah beli di sini. Nyuruh orang, ambil 40 buah," ujarnya.
Harganya juga tergolong murah, dia mematok harga Rp 50 ribu per batangnya. "Saya nanam ini banyak yang minat. Karena buah ini mungkin bagian dari sejarah Majapahit," tutupnya. (*)
Editor: Ali Wafa
What's Your Reaction?