Mengabaikan Layar, Merangkul Alam: Kampung Lali Gadget Sebagai Solusi Kecanduan Teknologi

Kampung Lali Gadget berdiri sebagai wadah yang menawarkan solusi untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak-anak melalui pengenalan kembali permainan tradisional.

26 Sep 2024 - 19:15
Mengabaikan Layar, Merangkul Alam: Kampung Lali Gadget Sebagai Solusi Kecanduan Teknologi
Anak-anak diajak untuk mengenal kembali beragam permainan tradisional di Kampung Lali Gadget (Dok. Kampung Lali Gadget/SJP)

SURABAYA, SJP - Gadget, yang dulu hanya sebuah alat bantu untuk berkomunikasi dan bekerja, kini justru menjadi pusat perhatian manusia karena beragam kecanggihan yang ditawarkan oleh alat elektronik berukuran mungil tersebut.

Dibalik beragam manfaat yang diberikan, ternyata kecanduan gadget menjadi ancaman nyata bagi kesehatan fisik dan mental, khususnya bagi anak-anak yang kerap kali terpaku pada layar, meninggalkan aktivitas fisik dan sosial yang penting bagi perkembangan sosial dan budaya mereka.

Di tengah maraknya ketergantungan teknologi ini, sebuah gerakan sosial muncul dari Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, dengan misi mengembalikan anak-anak ke akar budaya tradisional. 

Kampung Lali Gadget, sebuah yayasan yang berdiri sebagai wadah yang menawarkan solusi untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak-anak melalui pengenalan kembali permainan tradisional secara langsung.

Gista, salah satu anggota Tim Kampung Lali Gadget, menyampaikan bahwa Kampung ini menjadi ruang bagi anak-anak untuk bermain dengan cara yang lebih alami dan tradisional. 

"Kampung Lali Gadget sendiri adalah wadah untuk anak-anak bermain permainan tradisional, disini mereka dibebaskan untuk bereksplorasi, dan kami memberikan pengenalan beberapa permainan tradisional serta permainan lain dari bahan alam dan daur ulang," ujar Gista, Kamis (26/9/2024).

Dengan menggunakan pendekatan yang unik, Kampung Lali Gadget menawarkan berbagai kegiatan berbasis alam yang dapat merangsang kreativitas anak-anak dalam tema-tema yang sudah ditentukan, seperti tema air, pasir, daun, dan batu. 

"Ada tema air, tema pasir, kita bikin kolase, kita membuat menara dari pasir, Terus ada tema daun, daun singkong, seperti membuat wayang dari daun singkong, membuat kitiran, membuat kalung," sebutnya.

Selain itu, Gista juga menyebutkan berbagai permainan tradisional yang jarang dimainkan lagi oleh anak-anak masa kini, seperti dakon, gasing, bakiak panjang, dan egrang. 

“Kami juga punya kitiran yang merupakan ciri khas Kampung Lali Gadget, kitiran yang warna-warni,” tambah Gista.

Kampung Lali Gadget tidak hanya berfokus pada anak-anak, tetapi juga menyasar orang tua dan sekolah-sekolah yang sadar akan bahayanya kecanduan gadget bagi anak-anak melalui program 'outdoor learning' yang membawa nuansa desa ke dalam proses belajar.

"Kita juga buka treatment untuk anak-anak yang sudah kecanduan gadget, dan untuk sekolah-sekolah yang mengadakan kegiatan outdoor learning dengan nuansa perdesaan," paparnya.

Melalui pendekatan yang berfokus pada alam dan permainan tradisional, anak-anak diajak untuk meninggalkan dunia digital sementara waktu dan kembali menikmati kesederhanaan permainan zaman dahulu.

"Kami kadang juga menggerakan program kami dengan kunjungan ke sekolah-sekolah, atau sebaliknya, anak-anak sekolah yang berkunjung ke Kampung Lali Gadget," tambah Gista.

Menyadari bahwa orang tua adalah pendidik pertama bagi anak-anak, Kampung Lali Gadget juga mengedukasi para ibu melalui program parenting yang diadakan dalam acara-acara tertentu. 

“Kami mengadakan kegiatan parenting, di acara-acara tertentu. Ibu-ibu bisa mendaftar secara gratis, karena para ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Yang paling penting, kami mengedukasi mereka supaya tidak terlalu terpaku oleh gadget," jelas Gista. 

Gerakan ini tidak hanya berfokus pada anak-anak, tetapi juga melibatkan peran aktif orang tua dalam memastikan bahwa ketergantungan teknologi tidak terus berlanjut di rumah.

Gista berharap bahwa Kampung Lali Gadget bisa semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin banyak orang tua serta anak-anak yang terlibat dalam gerakan sosial ini. 

"Tentunya harapan kita Kampung Lali Gadget ini banyak dikenal, bahwa Kampung Lali Gadget menjadi wadah bagi perempuan-perempuan untuk mengembangkan permainan tradisional," ucap Gista penuh harap.

"Jadi, calon ibu bisa mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anaknya dan masyarakat luas agar tidak kecanduan gadget atau teknologi," pungkasnya.

Dengan begitu, kehadiran Kampung Lali Gadget bukan sekadar sebagai tempat bermain, melainkan sebuah upaya kolektif untuk membangun kembali koneksi anak-anak dengan permainan yang mendorong kreativitas, aktivitas fisik, dan interaksi sosial. (*)

Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow