Majelis Gaul Jember Sindir Dubes AS, Wajah Nikki Haley Diedit Jadi Kera

Founder Majelis Gaul Jember, Ustaz Hutri mengatakan, sindiran tersebut direpresentasikan dengan cara mengedit foto wajah Nikki Haley menjadi wajah kera.

03 Jun 2024 - 20:15
Majelis Gaul Jember Sindir Dubes AS, Wajah Nikki Haley Diedit Jadi Kera
Kegiatan Majelis Gaul Jember halaman Cafe Pakder Space Meeting Point Perum Cendrawasih Green Residence, Kecamatan Patrang, Jember.(Ulum/SJP)

Kabupaten Jember, SJP - Secara terang-terangan, Majelis Gaul Jember menyindir mantan Dubes Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Nikki Haley yang beberapa waktu lalu memberikan dukungan pada Israel, dengan mengunggah postingan gambar rudal Israel dan ditulisi kata 'Finish Them'.

Founder Majelis Gaul Jember, Ustaz Hutri mengatakan, sindiran tersebut direpresentasikan dengan cara mengedit foto wajah Nikki Haley menjadi wajah kera.

Hal ditunjuk dalam sebuah acara yang dikemas dalam bentuk kajian majelis dan digelar di halaman Cafe Pakder Space Meeting Point Perum Cendrawasih Green Residence, Kecamatan Patrang, Jember serta dihadiri oleh puluhan anggota Majelis Gaul beberapa waktu lalu.

“Jadi beberapa waktu lalu, kita sempat adakan kajian terhadap perjuangan rakyat Palestina melawan Zionis Israel, terlebih saat serangan yang terjadi di Rafah. Disitulah kita tunjukkan foto mantan Dubes AS untuk PBB yang sudah kami edit, kemudian kita jelaskan pada anggota yang hadir bahwa ini tidak bisa dibilang tindakan seorang manusia lagi,” kata Ustaz Hutri, Senin 3 Juni 2024.

Sindiran keras dengan cara mengedit foto wajah Nikki Haley menjadi wajah kera itu, lanjut Ustaz Hutri, lantaran perlakuan dari mantan Dubes AS untuk PBB itu adalah suatu bentuk cacat moral yang dahsyat.

“Ini adalah sebuah bentuk cacat moral dahsyat yang dilakukan oleh salah satu tokoh negara yang selalu menggaungkan perdamaian. Masa yang seperti itu pantas disebut manusia? Kalau kita sebut iblis mungkin keterlaluan, jadi yang paling dekat ya kita representasikan sebagai hewan (kera) itu,” jelasnya.

Ustaz Hutri menambahkan, aksi gerakan All Eyes on Rafah yang beberapa hari belakangan sedang viral, bukan hanya soal isu agama ataupun upaya negatif mengajak perang. Tapi mengajak kalangan Gen Z untuk tetap memiliki rasa kepedulian dan kemanusiaan tentang apa yang terjadi di Palestina.

“Sebuah tindakan ketidakadilan kalau dibiarkan tanpa counter opinion, akan merasa tindakannya selalu benar. Padahal kita tahu semua, PBB dan Amerika selaku polisi dunia senantiasa terus menggaungkan perdamaian,” jelasnya.

"Nah, tindakan-tindakan seperti tulisan Finish Them (Habisi Mereka dalam Bahasa Indonesia) di roket yang ditembakkan pada pengungsi di Rafah itulah yang kemudian kami sebut sebagai tindakan cacat moral,” sambung Ustaz Hutri.

Dirinya juga memberikan contoh, ketika dunia barat yang bukan mayoritas beragama Islam atau umat muslim melakukan tindakan kekerasan nyata dengan korban yang jelas di depan mata, malah dianggap tidak ada tindakan yang menegaskan adanya kekejaman.

”Tapi kalau yang melakukan adalah mayoritas muslim, wah gempar. Atau sebaliknya, seorang muslim ini tenang, adem ayem dan damai, terus datanglah penjajah dan negeri yang damai kemudian diacak-acak pastinya kan marah kita. Nah ketika kemarahan itu menjadi bangkit dan posisi kita sebagai umat muslim, itu akan dianggap sebagai tindakan terorisme atau organisasi kekerasan. Padahal itu kan kita sedang melawan memberikan counter opinion,” jabarnya.

Sementara itu, dikonfirmasi terpisah, Dzuriat Habib Soleh Tanggul, Habib Muhammad Al Hamid menegaskan jika persoalan di Palestina tidak hanya soal perang ataupun tindakan membela umat Islam saja. Melainkan sebuah tindakan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan secara masif.

“Coba kita jangan lihat soal agama saja, lupakan itu semua. Kita lihat dari sisi kemanusiaan. Bayangkan kalau yang terjadi di negara lain yang bukan bermayoritaskan agama Islam, apa kita nggak berhak untuk bersuara, ya berhak dong. Karena memang ini bukan menyangkut soal agama lagi, tapi soal rasa kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi secara masif,” ungkap Habib Muhammad.

Namun demikian, ketika ditanya tentang adanya pro dan kontra yang menjadi sorotan pada berbagai permasalahan yang terjadi di Palestina, ia menyebut jika hal itu sudah baik dan bagus.

“Iya, pro kontra itu memang sudah bagus. Tapi begini, yang kontra, kalian perlu merenung lagi dan berpikir secara jernih, kalau kalian berpikir secara jernih, pasti kalian tidak akan kontra dan pro dengan hal semacam ini. Yang muslim kalau masih kontra, ambil wudhu, sujud dan renungkan, pantas nggak kalian kontra dengan hal seperti ini,” bebernya.

“Yang non muslim juga sama, renungkan, jangan melihat dari sisi agama saja, lihat dari sisi kemanusiaan. Ini sudah bukan tindakan manusiawi lagi, tapi sudah keluar dari ranah yang seharusnya. Ini bukan tindakan manusia, tapi tindakan binatang,” geramnya. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow