Legiteam Obstruxion Meriahkan Hari Musik Dunia di Surabaya

IFI mengundang kelompok breakdance Legiteam Obstruxion dari Prancis untuk meriahkan Fête de la Musique 2024 di Surabaya.

16 Jun 2024 - 21:30
Legiteam Obstruxion Meriahkan Hari Musik Dunia di Surabaya
Mehdi Criniere, Louis Surel, dan Wilfried Ebongue, anggota Legiteam Obstruxion yang hadir tuk meriahkan Fête de la Musique 2024 (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Pusat Kebudayaan Prancis, yakni Institut Francais Indonesie (IFI) Surabaya menggelar perayaan Hari Musik Dunia atau Fête de la Musique 2024, berlokasi di halaman IFI Kompleks AJBS, Surabaya.

Salah satu bintang yang diundang dalam acara tersebut adalah Legiteam Obstruxion, yang merupakan kelompok breakdance yang didatangkan langsung oleh IFI dari Prancis untuk memeriahkan Hari Musik Dunia di Surabaya.

Legiteam Obstruxion adalah kelompok breakdance pertama yang didirikan di Le Mans, Prancis. Beranggotakan total 30 orang dan telah banyak meraih penghargaan di berbagai kompetisi dunia.

Ada 3 anggota Legiteam Obstruxion yang hadir dalam Fête de la Musique 2024 oleh IFI, mereka adalah Mehdi Criniere, Louis Surel, dan Wilfried Ebongue. 

Tim suarajatimpost.com sempat melakukan wawancara secara langsung dengan ketiganya di sela-sela acara. Mereka membagikan cerita mereka mulai dari awal pembentukan kelompok tersebut hingga saat ini bisa tampil dengan pede diatas panggung-panggung megah.

"Kelompok ini terbentuk sejak 2006. Namun, kami bertiga dan beberapa kawan yang lain telah bergabung sejak 2007," ucap Wilfried, Minggu (16/6).

Karena umurnya yang sudah cukup lama, anggota Legiteam Obstruxion sendiri terdiri dari beberapa generasi, yang mana sebagian anggotanya sudah berumur dan tidak lagi melakukan breakdance. 

"Sekarang tinggal 10 anggota dengan usia muda yang masih aktif, termasuk kita," ungkap Willfried.

Mereka menegaskan bahwa perbedaan Legiteam Obstruxion dengan kelompok breakdance lainnya adalah pembentukannya yang didasari oleh semangat kekeluargaan.

"Kami punya karakter semangat kekeluargaan. Kami semua bersaudara. Selain itu adalah kekuatan. Seorang breakdancer harus strong. Pun, harus bisa membuat kreasi gerakan," sahut Louis.

Ketiganya telah belajar selama 10 tahun dan setidaknya menghabiskan 2 jam dalam sehari untuk berlatih, dan mereka membeberkan bahwa cara untuk menjadi breakdancer (pelaku breakdance) profesional tidaklah berbeda dengan cara untuk menjadi profesional di bidang lain, yakni rutin berlatih.

"Jangan menyerah, itu saja kuncinya," kata Mehdi.

Mereka semua mengaku pernah mengalami cedera, mulai dari keseleo ringan bagkan hingga patah tulang, namun mereka dengan kompak mengatakan bahwa itu merupakan harga yang harus dibayar.

"Jika patah lengan kanan, berlatihlah dengan lengan kiri, kita akan terus bergerak karena itu sudah menjadi karakter dan hidup kami," tegas mereka.

Terakhir, mereka mengatakan bahwa hal yang sulit dari Breakdance ialah menghasilkan pendapatan dari itu, namun saat ini breakdance telah mendapat perhatian yang lebih dari dunia, terbukti dengan masuknya ajang Breakdance di Olimpiade Paris 2024 tahun ini.

"Ini adalah kesempatan bagus untuk kita dan penggiat breakdance lainnya, dan ini adalah kesempatan untuk semua breakdancer di dunia menunjukkan kemampuannya," tutup mereka. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow