Kolaborasi UWKS dan Kampoeng Oase Ondomohen: Sajikan Solusi Lingkungan Berkelanjutan di Tengah Kota Surabaya
Kampoeng Oase Ondomohen bersama tim PKM UWKS sukses mengolah limbah organik menjadi pakan ikan berkualitas dan kompos herbal, menjadikan kawasan ini model inovasi lingkungan berkelanjutan di tengah kota.
SURABAYA, SJP - Dengan tantangan ruang hijau yang kian menyempit dan pengelolaan limbah yang masih menjadi isu besar, Kampoeng Oase Ondomohen hadir sebagai jawaban di tengah gemuruh Kota Surabaya.
Berlokasi di jantung kota, kampung ini tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi ratusan penduduk, tetapi juga menjadi laboratorium hidup untuk pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Kampoeng Oase berhasil menciptakan siklus pengelolaan limbah organik, budidaya ikan hias, dan pemanfaatan tanaman herbal yang saling mendukung.
Program yang telah dijalankan sejak Juli 2024 lalu itu resmi ditutup pada Sabtu (30/11/2024), menandai keberhasilan awal transformasi lingkungan dan sosial ekonomi di kawasan tersebut.
Ketua Tim PKM UWKS, Rondius Solfaine, menjelaskan bahwa program ini memiliki tiga fokus utama, yakni budidaya ikan Zebrafish Pink, pengolahan maggot menjadi pelet pakan ikan, serta budidaya tanaman herbal. Dan menurutnya, sinergi dengan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program tersebut.
“Program ini kami jalankan dengan dukungan penuh dari masyarakat Kampoeng Oase Ondomohen. Kami berharap, apa yang sudah dimulai dapat berlanjut, sehingga kampung ini menjadi contoh kolaborasi antara akademisi dan masyarakat untuk menghasilkan solusi nyata,” ujarnya.
Sementara itu, Dwi Haryanta, salah satu anggota tim PKM UWKS, mengungkapkan bahwa inovasi pengolahan maggot menjadi pelet pakan ikan menjadi salah satu terobosan penting. Limbah organik yang biasanya dibuang diolah untuk pakan dan budidaya magot lalat Black Soldier Fly (BSF).
Kemudian, magot ini akan kembali diolah lebih lanjut menjadi pelet dengan tambahan vitamin untuk meningkatkan kualitas pakan ikan-ikan yang ada di Kampoeng Oase Ondomohen, salah satunya, ikan Zebra (Zebrafish) Pink.
“Ikan Zebrafish Pink yang kami perkenalkan memiliki potensi besar sebagai ikan hias. Selain itu, masyarakat juga mulai memahami manfaat pengolahan limbah organik yang dapat menjadi pupuk atau bahan lain yang berguna,” kata Dwi.
Menurut Marina Revitriani, yang juga anggota tim PKM UWKS, maggot yang dikeringkan dihancurkan dan dicampur dengan bahan-bahan seperti tepung dedak, vitamin, dan lainnya, kemudian dicetak menjadi pelet membuat nutrisi dari pakan ikan lebih tinggi dibanding hanya diberikan pelet biasa.
“Pakan ini diharapkan dapat mendukung budidaya ikan masyarakat setempat, terutama Zebrafish Pink, yang memiliki potensi besar sebagai ikan hias,” jelasnya.
"Kami berharap inovasi ini dapat terus diaplikasikan oleh masyarakat, tidak hanya untuk ketahanan pangan, tetapi juga untuk menciptakan ekosistem lingkungan yang berkelanjutan," imbuhnya.
Sementara itu, bagi warga Ondomohen, program ini memberikan manfaat langsung. Ketua Kampoeng Oase Ondomohen, Endang Sriwulansari, merasa terbantu dengan berbagai inovasi yang dikenalkan.
“Pelet dari maggot ini inovasi baru bagi kami. Biasanya maggot kami gunakan langsung sebagai pakan, tetapi sekarang ada tambahan vitamin dan bahan lain yang membuat pertumbuhan ikan lebih optimal. Kalau produksinya banyak, kami bahkan bisa menjualnya,” ungkap Endang.
Selain pakan ikan, warga juga mulai memanfaatkan tanaman herbal, seperti paitan, yang diperkenalkan dalam program ini. Tanaman ini dapat digunakan sebagai obat diabetes. Endang menambahkan,
“Beberapa warga sudah merasakan manfaatnya. Daunnya bisa direbus dan diminum langsung. Ini peluang usaha baru yang juga bermanfaat untuk kesehatan," tandas Endang.
Ketua Kampoeng Oase Group Surabaya sekaligus Pembina Kampoeng Oase Ondomohen, Adi Candra, memandang program ini sebagai bentuk kolaborasi ideal untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan (SDGs).
“Sebagus apa pun program, jika masyarakat tidak teredukasi, sulit untuk diimplementasikan. Kampoeng Oase menjadi contoh bahwa di tengah hiruk-pikuk kota, kita bisa menciptakan permukiman berkelanjutan. Program ini mendukung SDGs nomor 11 tentang kota berkelanjutan dan nomor 17 tentang kemitraan,” jelas Adi.
Adi juga menegaskan bahwa program ini menjadi langkah awal untuk menciptakan perubahan berkelanjutan, terutama dalam menghadapi bonus demografi Indonesia di tahun 2045.
Sebagai informasi tambahan, tim PKM UWKS itu juga dibantu oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), yakni Hosanna Bertyan Sianipar, Asyifa Salsabila Irwanto, dan Nabila Azzahra Putri Saepudin, yang berperan aktif dalam pelaksanaan program ini.
Keberhasilan program PKM UWKS ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menciptakan dampak nyata. Kampoeng Oase Ondomohen kini menjadi role model pengelolaan lingkungan di kawasan urban, dengan potensi besar untuk direplikasi di wilayah lain. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?