PERPATRI di FORDA Jatim II, Ajang Prestasi Olahraga dan Pelestarian Budaya Panahan Tradisional
Yang menarik dalam kompetisi PERPATRI adalah para peserta diwajibkan untuk menggunakan busana tradisional untuk bertanding, bahkan penggunaan baju adat menjadi sebuah syarat untuk ikut berkompetisi.
SURABAYA, SJP - Festival Olahraga Masyarakat Daerah II Jawa Timur (FORDA Jatim II/2024) yang digelar di Surabaya menjadi ajang unjuk gigi berbagai cabang olahraga.
Salah satunya ialah cabang olahraga panahan tradisional yang diwadahi oleh Persatuan Panah Tradisional Indonesia (PERPATRI) yang resmi dipertandingkan di lapangan A dan B Gelora Bung Tomo (GBT), pada Minggu (1/12/2024)
Ajang panahan tradisional di FORDA Jatim II berhasil menarik perhatian dengan jumlah peserta yang melonjak signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai lebih dari 700 atlet dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur, menjadikannya salah satu cabang olahraga (cabor) dengan peserta terbanyak di FORDA Jatim II.
Ketua PERPATRI Nusantara Jaya Jawa Timur, Khoiron Hadi, mengungkapkan bahwa panahan tradisional memiliki daya tarik tersendiri karena memadukan olahraga dengan pelestarian budaya lokal. Hal inilah yang membuat panahan tradisional memiliki ciri khas dibanding panahan pada umumnya.
“Dari induk organisasi olahraga PERPATRI, di Forda kali ini menjadi salah satu dengan peserta terbanyak, bahkan total terakhir 700 peserta dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur yang ikut berpartisipasi,” ujarnya saat ditemui di GBT lapangan A, Minggu (1/12/2024).
Hadi menjelaskan bahwa PERPATRI menaungi tiga jenis busur panahan, yaitu horsebow (busur berkuda), barebow yang terbagi menjadi tradisional dan standar, serta yang terakhir ialah jemparingan, yakni panahan dengan gaya duduk khas Jawa.
Dirinya menegaskan bahwa panahan tradisional ini memang sangat berbeda dengan olahraga panahan pada umumnya. Terutama pada alat yang digunakan, yang mana busur panahan tradisional itu polos tanpa ada alat bantu yang lain seperti stabilizer dan visir.
"Contoh seperti panahan yang ada di Koni, itu panahnya menggunakan panahan modern. Kalau kita tradisi, kita tetap ada yang menggunakan busur full tradisional, busurnya dari bambu, kemudian anak panahnya itu dari kayu atau bambu juga," terang Hadi.
Lebih lanjut, dirinya juga menyebutkan bahwa di FORDA II Jatim, PERPATRI terbagi dalam tujuh jenis olahraga (jenor) resmi yang diakui oleh Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI), dan adapun 12 jenor eksibisi yang tidak masuk di database Kormi.
“Jenor resmi masuk dalam akumulasi medali, sementara jenor eksibisi lebih untuk memperkenalkan keunikan olahraga ini di tingkat masyarakat,” jelasnya.
Yang tidak kalah penting, dalam kompetisi itu para peserta juga diwajibkan untuk menggunakan busana tradisional. Hadi menjelaskan bahwa dalam PERPATRI, penggunaan kostum itu menjadi sebuah syarat untuk ikut berkompetisi.
"Alasannya karena setiap kabupaten/kota itu pasti punya baju tradisi, itu kita kenalkan agar budaya masing-masing kabupaten/kota itu bisa terangkat sekaligus untuk melestarikan budaya tersebut," tandas Hadi.
Sementara itu, Ketua Panitia Forda Jatim II untuk cabang PERPATRI, Ramadhan Rosyadi secara detail menyebut bahwa dari total 700 peserta panahan tradisional di FORDA II Jatim, didominasi oleh peserta dari Kota Surabaya dengan jumlah 141 orang.
“Kota Surabaya sebagai tuan rumah menyumbang peserta terbanyak, yakni 141 orang. Karena menjadi tuan rumah, kuota peserta dari Surabaya juga lebih besar dibanding kabupaten/kota lain,” ujar Rosyadi
Secara teknis, perlombaan panahan tradisional di FORDA II JATIM dibagi menjadi beberapa divisi sesuai umur di tiap-tiap jenis busur, meliputi U-13, U-16, U-18 dan kategori dewasa.
"Untuk sistem pertandingannya kita menggunakan sistem akumulasi poin, kemudian setelah itu kita ambil 32 besar, Setelah itu kita lanjut babak aduan, jadi satu pemanah diadu dengan pemenang yang lain hingga ditemukan pemenang di juara 1, 2 dan 3," paparnya.
Sebagai ketua panitia, Rosyadi juga mengapresiasi bantuan dari beberapa pihak atas kelancaran proses perlombaan, khususnya ditujukan pada aplikasi 'ManahPro' yang digunakan sebagai alat penghitungan dalam perlombaan di FORDA Jatim II.
“Kami menggunakan aplikasi Manah Pro untuk mencatat skor secara langsung. Skor bisa dilihat secara real-time, cepat, dan akurat, baik oleh peserta maupun penonton,” terang Rosyadi.
Perihal antusiasme penonton, Rosyadi menyebut bahwa euforia para pendukung sangat terasa, hal tersebut diakibatkan kebanyakan penonton merupakan rekan-rekan dari peserta yang mewakili tiap-tiap daerah.
Melihat antusiasme penonton dan jumlah peserta yang mengalami lonjakan dari FORDA sebelumnya, Rosyadi berharap jumlah itu bisa dipertahankan atau bahkan terus meningkat di masa mendatang, sebagai salah satu upaya mengenalkan olahraga panahan tradisional ke masyarakat luas.
"Tahun lalu tidak sampai 300 peserta, sekarang 700, semoga di FORDA berikutnya bisa mencapai 1.000 lebih peserta. Karena FORDA sendiri adalah batu loncatan ke FORNAS, jadi para pemenang FORDA II Jatim kali ini Insyaallah akan kami kirim ke NTB tahun depan untuk bertanding di tingkat nasional," tukas Rosyadi. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?