Kaya Makna dan Filosofi, Ini Sejarah Tumpeng di Indonesia
Seperti apa sebenarnya makna, filosofi dan sejarah tumpeng? Agar semakin mengenal dan menghayati nilai-nilai luhur budaya bangsa, simak makna, filosofi dan sejarah tumpeng bersama Suarajatimpost.com
Kota Malang, SJP – Tumpeng adalah salah satu kekayaan warisan budaya Nusantara yang masih lestari hingga kini.
Nasi tumpeng merupakan sebuah hidangan berupa nasi kuning atau nasi putih yang dicetak berbentuk kerucut yang diletakkan di atas nampan bambu dan dikelilingi aneka lauk pauk khas Jawa.
Lazimnya, nasi tumpeng dimasak dan dihidangkan dalam kesempatan-kesempatan khusus di tengah masyarakat, sebagai hidangan sekaligus bentuk syukur atas sebuah hal atau momen penting.
Peringatan hari lahir, pernikahan, kelulusan dan keberhasilan lainnya, peresmian sebuah tempat, hingga selamatan meninggalnya seseorang menjadi momen-momen di mana tumpeng akan hadir di tengah masyarakat.
Seperti apa sebenarnya makna, filosofi dan sejarah tumpeng? Agar semakin mengenal dan menghayati nilai-nilai luhur budaya bangsa, simak makna, filosofi dan sejarah tumpeng bersama Suarajatimpost.com
Makna dan Filosofi Tumpeng
Jika dilihat dari bentuknya, tumpeng memiliki filosofi mendalam tentang kekayaan alam Nusantara.
Bentuk kerucut dari nasi tumpeng mengacu pada bentuk gunung yang dianggap sakral oleh masyarakat Jawa.
Hal ini disebabkan karena gunung memiliki kaitan yang erat dengan langit dan surga. Sedangkan, lauk pauk yang mengelilingi nasi tumpeng diibarkatkan sebagai tanah dengan hasil bumi yang melimpah di alam Nusantara.
Selain itu, filosofi bentuk nasi tumpeng yang mengerucut dan menjulang ke atas menjadi simbol harapan agar kehidupan seorang manusia terus meningkat.
Tak hanya itu, tumpeng juga mempunyai makna kebersamaan. Hal ini tercermin melalui cara penyajian dan cara menikmati tumpeng pada sebuah acara atau momentum, di mana orang-orang akan menikmati tumpeng dengan cara makan bersama dalam sebuah acara atau upacara.
Selain itu, makna berbagi dan solidaritas sosial juga terangkum dalam tata cara penyajian dan menikmati tumpeng ini.
Sejarah Tumpeng di Indonesia
Sejarah tumpeng di Indonesia tak lepas dari pengaruh mitologi-mitologi dan kepercayaan Hindu di Nusantara pada masa lampau.
Dilansir dari Jurnal UBM oleh Rizki Krisnadi, tumpeng berasal dari tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang, atau arwah leluhur (nenek
moyang).
Setelah masuknya kebudayaan Hindu di tengah masyarakat Jawa, bentuk kerucut nasi tumpeng dimaksudkan untuk meniru bentuk gunung suci Mahameru.
Dalam kepercayaan Hindu, gunung suci Mahameru dipercaya sebagai tempat bersemayam dewa-dewi.
Secara harfiah, tumpeng merupakan akronim dari “tumapaking penguripan-tumindak lempeng tumuju Pengeran” atau dalam bahasa Indonesia bermakna menjalani kehidupan lurus menuju Yang Maha Kuasa.
Selain itu, tumpeng ternyata juga disebut dalam naskah sastra Ramayana, Arjuna Wijaya, dan Kidung Harsa Wijaya dalam berbagai peristiwa makan.
Bangga dan melestarikan warisan budaya Nusantara, salah satunya tumpeng, adalah sebuah hal yang sudah sepatutnya dilakukan agar nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang berasal dari warisan budaya Nusantara tidak punah.
Hal ini akan semakin memperkuat jati diri bangsa Indonesia di tengah derasnya arus global dunia. (**)
Editor: Queen Ve
Sumber: Akademi Tata Boga Bandung, jurnal UBM
What's Your Reaction?