Inovasi Arsitektur untuk Masa Depan: KTA 2024 ITS Hadirkan Solusi Nyata bagi Kota-Kota Besar

Kompetisi Tugas Akhir (KTA) 2024 di ITS menampilkan inovasi arsitektur berkelanjutan untuk menjawab tantangan perkotaan, seperti keterbatasan lahan dan krisis lingkungan di kota besar.

03 Oct 2024 - 21:00
Inovasi Arsitektur untuk Masa Depan: KTA 2024 ITS Hadirkan Solusi Nyata bagi Kota-Kota Besar
Salah satu pengunjung pameran melihat beragam inovasi dalam KTA 2024 ITS (Dok. Humas ITS/SJP)

SURABAYA, SJP - Arsitektur tidak lagi hanya tentang estetika dan bentuk bangunan. Kini, inovasi dalam arsitektur semakin berperan dalam menjawab tantangan yang dihadapi kota-kota besar di Indonesia, seperti keterbatasan lahan, pencemaran lingkungan, hingga kebutuhan ruang publik yang lebih inklusif. 

Untuk mendukung perkembangan inovasi ini, Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyelenggarakan Kompetisi Tugas Akhir (KTA) 2024 sejak Selasa (1/10/2024) dan akan berlangsung selama empat hari, di area selasar Gedung Arsitektur ITS.

Pameran ini menampilkan karya-karya mahasiswa arsitektur dari 24 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, mempersembahkan solusi nyata untuk tantangan perkotaan melalui 80 karya tugas akhir terbaik.

Ketua Pelaksana KTA 2024, Multazam Akbar Junaedi SArs MArs, menegaskan bahwa kompetisi ini bertujuan untuk menyoroti pentingnya arsitektur dalam memberikan kontribusi terhadap masyarakat luas. 

“Tema keberagaman dan perbedaan yang diusung kali ini menunjukkan betapa luasnya spektrum inovasi yang bisa ditawarkan arsitektur, tidak hanya soal estetika, tetapi juga bagaimana arsitektur dapat berkontribusi untuk mengatasi permasalahan di masyarakat,” ungkap Akbar, Kamis (3/10/2024).

Kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya, menghadapi tantangan besar terkait dengan pertumbuhan populasi yang pesat, dampak dari masalah ini antara lain keterbatasan lahan perumahan, meningkatnya polusi udara, serta kebutuhan akan ruang hijau yang memadai. 

Salah satu kategori dalam KTA 2024, Architectural Contribution, secara khusus menyoroti bagaimana arsitektur dapat menawarkan solusi pragmatis bagi lingkungan dan masyarakat. 

Dalam kategori ini, karya-karya yang ditampilkan berfokus pada penyediaan ruang publik yang berkelanjutan, pemanfaatan material ramah lingkungan, hingga pengembangan desain yang hemat energi.

“Dalam kategori ini, kita dapat melihat bagaimana solusi arsitektur menawarkan pendekatan praktis untuk masalah-masalah urban yang semakin kompleks,” jelas Akbar.

Salah satu contohnya adalah konsep hunian vertikal ramah lingkungan yang dirancang untuk meminimalisasi jejak karbon dan mengoptimalkan ruang terbatas di perkotaan. 

"Desain ini memberikan solusi bagi krisis lahan di kota besar seperti Jakarta, sekaligus menjawab kebutuhan akan hunian yang berkelanjutan," tambahnya.

Selain kontribusi pada lingkungan, inovasi arsitektur yang bersifat futuristik juga ditampilkan dalam kategori Questioning Architecture, salah satu karya yang menarik perhatian adalah konsep Lunar Basecamp & Research Center, sebuah gagasan tentang bagaimana struktur arsitektur dapat diterapkan di bulan. 

Inovasi ini menunjukkan betapa luasnya cakupan arsitektur dalam menjawab tantangan ruang yang lebih ekstrem, baik di bumi maupun luar angkasa.

Untuk kategori Design Thinking, pameran ini menampilkan bagaimana pemikiran kreatif dapat melahirkan transformasi arsitektur yang baru dan berbeda, yang mana karya dalam kategori ini menawarkan pendekatan-pendekatan baru dalam desain ruang yang mampu menyeimbangkan kebutuhan manusia dengan keberlanjutan lingkungan. 

Beberapa desain berfokus pada bangunan yang memanfaatkan energi alami, seperti matahari dan angin, untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi tak terbarukan.

Melodi, salah seorang pengunjung KTA 2024 sekaligus mahasiswa UNAIR ini, mengungkapkan antusiasmenya terhadap inovasi yang ditampilkan. Menurutnya, pameran ini membuka wawasan baru mengenai bagaimana arsitektur dapat memberikan dampak nyata bagi kehidupan masyarakat. 

"Banyak sekali ide-ide yang nggak pernah terpikirkan sebelumnya, seperti konsep arsitektur yang bisa melayang di udara, yang mungkin bisa diterapkan untuk menghadapi masalah lahan sempit di kota-kota besar," ungkapnya.

Selain menampilkan karya-karya inovatif, Kompetisi Tugas Akhir ini juga dilengkapi dengan berbagai kegiatan pendukung seperti workshop live sketch, simposium, dan kuliah tamu yang mengundang para ahli arsitektur untuk berbagi pengalaman dan wawasan mereka. 

Rangkaian kegiatan ini ditutup dengan presentasi dan penjurian final oleh dua finalis dari setiap kategori pada Jumat (4/10/2024) besok.

Dengan adanya KTA 2024, diharapkan arsitektur di Indonesia semakin berkembang dan dapat terus menawarkan solusi inovatif yang relevan dengan tantangan zaman. (*)

Editor : RIzqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow