IEEE BIG 2024 di ISTTS: Mewujudkan Industri 5.0 Berbasis Teknologi AI
IEEE BIG 2024 bahas peran AI dalam Industri 5.0, dukung kolaborasi manusia-mesin. Kompetisi inovasi global dan program pemerintah turut dorong solusi berbasis teknologi.
SURABAYA, SJP - Era Industri 5.0 bukan lagi sekadar konsep masa depan. Dengan semakin berkembangnya teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI), dunia sedang menuju integrasi yang lebih harmonis antara manusia, mesin, dan masyarakat.
Namun, bagaimana Indonesia bersiap menghadapi tantangan dan peluang ini? Seminar dan workshop dalam rangkaian acara IEEE BIG 2024 Final Day, Sabtu (16/11/2024) di Auditorium ISTTS. Rangkaian acara IEEE Industrial Society Day 2024 itu menjadi panggung utama untuk membahas strategi tersebut.
Diselenggarakan oleh IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineer) Student Branch ISTTS, acara ini menghadirkan berbagai pembicara ternama. Salah satunya adalah Prof. Mauridhi Hery Purnomo, Ketua IES Indonesia Chapter, yang membahas peran AI dalam Industri 5.0.
Selain itu, Associate Professor Esther Irawati Setiawan, Women Ambassador IEEE IES, memberikan perspektif tentang transformasi agen AI berbasis edge computing yang mampu mengatasi tantangan industri modern.
Dalam wawancaranya, Esther menegaskan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak untuk memaksimalkan manfaat teknologi AI.
“Industri 5.0 komponennya banyak sekali, dari masyarakat, pemerintah, hingga layanan masyarakat. AI dapat membantu menyelesaikan tugas-tugas manusia yang repetitif melalui agen pintar yang mampu berkolaborasi,” jelas Esther, Sabtu (16/11/2024).
Tak hanya seminar, acara ini juga menjadi ajang kompetisi internasional. IEEE BIG 2024 menggelar dua kompetisi utama: paper competition dan business case competition.
Menurut Ketua Panitia, Darren Susanto, para peserta tidak hanya berasal dari Indonesia, tetapi juga Malaysia dan Singapura.
“Total peserta mencapai 130 orang. Yang hadir hari ini adalah finalis dari ITS, ITB, serta beberapa universitas luar negeri. Ide-ide mereka sangat inovatif,” ujar Darren.
Kompetisi ini menantang peserta untuk menawarkan solusi konkret terhadap masalah-masalah yang relevan dengan UN Sustainable Development Goals (SDGs).
“Untuk business case, peserta diminta mengembangkan ide startup yang dapat mengatasi isu kemiskinan. Sementara itu, paper competition fokus pada riset yang mendukung solusi berbasis teknologi,” tambah Darren.
Adapun tamu undangan dalam kegiatan ini yakni Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Jawa Timur, Sherlita Ratna Dewi Agustin, menyampaikan komitmen pemerintah dalam mendukung penerapan Industri 5.0.
“Saya mengapresiasi kegiatan ini karena memang kesadaran akan teknologi sangat dibutuhkan. Di sektor pemerintahan, khususnya di Jatim juga sudah mulai menerapkan program berbasis elektronik," ungkap Sherlita.
"Dengan harapan bisa mempercepat layanan kepada masyarakat, salah satunya dari kami adalah kehadiran Klinik Hoaks,” imbuhnya.
Acara ini ditutup dengan pemberian penghargaan kepada pemenang kompetisi. Tiga tim terbaik dalam kategori business case dan tiga tim dalam kategori paper competition membawa pulang penghargaan, atas ide-ide brilian mereka yang diharapkan dapat menjadi solusi nyata di masa depan.
“Acara ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara teknologi dan manusia dapat menciptakan perubahan positif. Industri 5.0 adalah tentang bagaimana teknologi menjadi mitra manusia, bukan menggantikannya,” tutup Esther. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?