Kisah Majalah 'Panjebar Semangat' dan Para Penggiatnya, Bertahan 91 tahun Sebarkan Semangat di Nusantara:
Majalah berbahasa Jawa, Panjebar Semangat, terus bertahan sejak 1933. Dengan semangat tim percetakannya, majalah ini tetap menyebar inspirasi ke seluruh Nusantara.
SURABAYA, SJP - Udara sekitar Bubutan, Kota Surabaya membawa nuansa sejarah yang kental. Di sebelah Makam Pahlawan Dr. Soetomo, berdiri bangunan bersejarah yang menyimpan kisah panjang majalah mingguan 'Panjebar Semangat', majalah berbahasa Jawa yang telah mengiringi perjalanan bangsa sejak diterbitkan pertama kali pada 2 September 1933.
Berlokasi di area SMK Bubutan Surabaya, terdapat ruang percetakan yang penuh dengan suara mesin berderak, aroma kertas, dan bau tinta khas majalah cetak. Di tengah-tengah kesibukan, Simon, seorang operator mesin cetak berusia 71 tahun, menyambut tim suarajatimpost.com dengan senyum hangat.
Pria asli Malang yang telah merantau di Surabaya sejak 50 tahun yang lalu ini, dengan bangga menceritakan kisah perjalanan majalah 'Panjebar Semangat', atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah 'Penyebar Semangat', yang kini telah mencapai usia 91 tahun di tahun 2024.
“Majalah penyebar semangat ini didirikan oleh Dr. Soetomo. Ini merupakan media massa tertua kedua di Indonesia setelah Suara Muhammadiyah yang masih eksis hingga kini," ucap Simon, Kamis (14/11/2024).
"Kami masih bertahan, masih setia membawa semangat bagi para pembacanya di seluruh Nusantara,” imbuhnya sembari melirik mesin cetak web yang tengah bekerja keras di hadapannya.
Simon kemudian menjabarkan mesin cetak tua buatan Amerika bermerek Goss Community itu. Mesin cetak web tersebut terlihat gagah dan besar dengan gulungan kertas yang terus berputar, menyajikan lembar demi lembar majalah yang akan didistribusikan setiap pekannya.
“Ini mesin cetak web, artinya mesin ini menggunakan kertas gulungan, bukan lembar per lembar atau sheet. Kecepatan produksinya bisa mencapai 14.000 lembar per jam,” jelas Simon, antusias.
Di ruangan lain, terdapat mesin cetak lembaran atau sheet, bermerek KOMORI dari Jepang yang tidak hanya digunakan untuk mencetak cover majalah Panjebar Semangat. Simon menjelaskan bahwa mesin ini juga digunakan untuk produksi tambahan lain seperti kalender dan brosur.
“Untuk majalah sendiri, kami setiap minggu bisa cetak hingga 7 ribu eksemplar," ungkapnya.
Setelah melalui proses pencetakan, majalah kemudian masuk ke tahap akhir, yakni pemotongan dan penjilidan. Di bagian belakang percetakan, sekelompok ibu-ibu bekerja telaten menyusun dan mempersiapkan majalah untuk dikirim ke agen-agen serta pelanggan setia.
“Di sini, kami bekerja sebagai satu tim. Ada sekitar 25 orang yang mengelola dari mulai menulis, editing, hingga percetakan dan proses finishing. Jadi, ini adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi kami semua yang masih berusaha menjaga Panjebar Semangat tetap hidup,” kata Simon.
Dirinya juga menekankan bahwa pelanggan setia majalah Panjebar Semangat tidak hanya datang dari kalangan biasa dan kuno, melainkan banhak orang-orang intelektual yang cinta akan bahasa Jawa yang masih setia membaca majalah tersebut.
"Jadi mereka yang setia dengan majalah ini adalah mereka yang cinta dengan bahasa Jawa, banyak tokoh intelektual yang menjadi pelanggan setia, adapun Bapak Bupati Magetan, dia juga penulis dan menjadi salah satu pelanggan," tutur Simon sembari menekankan bagaimana majalah ini tetap menjadi bacaan favorit di kalangan pembaca setia yang terbilang eksklusif.
Saat ini, Majalah Panjebar Semangat telah didistribusikan ke berbagai pelosok Nusantara, tidak hanya di lingkup pulau Jawa, namun juga menggapai pembaca di Lampung, Bali, bahkan hingga Negara Suriname yang dikenal memiliki banyak penduduk keturunan Jawa.
Setiap Kamis, majalah ini mulai dicetak dan didistribusikan pada sore hari atau keesokan harinya untuk sampai ditangan para pembaca pada hari Sabtu. Harganya terbilang cukup terjangkau, yaitu Rp 18.000 untuk wilayah Pulau Jawa dan Rp 19.000 untuk luar Jawa.
Majalah Panjebar Semangat bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah warisan budaya yang menandai keteguhan sebuah bangsa mempertahankan identitasnya. Dari tangan-tangan para pekerja setia seperti Simon, Panjebar Semangat terus beredar, menyebarkan inspirasi dan semangat pada setiap halaman. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?