Kampoeng Oase Songo Jadi Inspirasi DLH Kota Bontang dalam Atasi Sampah Organik
DLH Bontang belajar pengelolaan sampah organik dari Kampoeng Oase Songo Surabaya, fokus pada pemilahan sampah dari sumber untuk solusi lingkungan berkelanjutan.
SURABAYA, SJP - Apa jadinya jika sampah organik yang selama ini dianggap limbah bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat? Inilah yang mendorong Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bontang, Kalimantan Timur, tergerak untuk belajar dari Kampoeng Oase Songo, sebuah kampung di jantung Kota Surabaya yang sukses mengolah sampah menjadi sumber daya.
Dipimpin oleh Kepala Bagian Pengelolaan Sampah DLH Bontang DLH Kota Bontang, Syakhruddin, rombongan yang terdiri atas 20 orang, termasuk pegiat lingkungan dan pengelola sampah, melakukan kunjungan pada Jumat (15/11/2024). Mereka disambut langsung oleh Ketua Kampoeng Oase Songo, Yaning Mustika Ningrum, bersama timnya.
Syakhruddin mengungkapkan bahwa sampah organik menjadi perhatian utama karena menyumbang gas metana yang signifikan jika dibiarkan menumpuk di TPA. Hal yang paling disorot okeh Syakhruddin terhadap pengolahan sampah di Kampoeng Oase Songo ialah keterlibatan masyarakat.
“Kami belajar dari Kampoeng Oase Songo untuk mengolah sampah langsung dari sumbernya, terutama untuk sampah rumah tangga. Kalau berhasil, kami bisa mengurangi sampah organik hingga 40 persen,” kata Syakhruddin, Jumat (15/11/2024).
Ia juga menyebut program Bontang Clean yang telah dimulai sejak Oktober 2024 sebagai langkah awal untuk mengadopsi praktik serupa di Bontang.
“Kami berharap bisa menjadikan semua RT di Bontang seperti Oase Songo ini. Bahkan, kami ingin undang tim Oase Songo ke Bontang untuk melihat hasil kerja kami nanti,” tambah Syakhruddin.
Ketua Kampoeng Oase Songo, Yaning Mustika Ningrum mengungkapkan kebanggaannya atas kunjungan tersebut. Baginya, kolaborasi ini adalah momen berharga untuk saling berbagi pengalaman dan inovasi.
Ia berharap, upaya yang dilakukan DLH Kota Bontang tidak berhenti pada kunjungan semata, melainkan diiringi dengan aksi nyata di lapangan.
“Harus ada yang menggerakkan, mulai dari Bapak Kabid sendiri. Kalau hanya bicara tanpa praktik, tidak akan ada hasilnya. Tapi kalau teori kecil diiringi praktik besar, itu yang akan menciptakan perubahan," ujarnya.
Lebih lanjut, Ketua Kampoeng Oase Songo menyoroti fokusnya dalam dua tahun terakhir pada pengelolaan sampah organik. Ia menjelaskan bahwa sampah basah, yang sering diabaikan, justru menjadi kontributor besar efek rumah kaca.
Dengan gigih, ia mengajak masyarakat di sekitarnya untuk menyetor sampah organik ke kampung tersebut, yang kemudian diolah menjadi kompos untuk mendukung pertanian urban.
"Tidak semua orang mau langsung ikut, tapi dengan contoh yang konsisten, perubahan itu pasti terjadi, walaupun perlahan,” tambahnya.
Masih di lokasi yang sama, Pembina Kampoeng Oase Songo, Adi Candra, memberikan perspektif yang lebih luas tentang potensi kolaborasi ini.
Menurutnya, kunjungan dari DLH Kota Bontang bukan hanya membawa energi baru bagi Kampoeng Oase Songo, tetapi juga membuktikan bahwa konsep pengelolaan lingkungan berbasis edu-wisata memiliki nilai strategis.
“Kami percaya, ketika lingkungan, urban farming, dan sirkular ekonomi dikelola dengan semangat dan istiqamah, hasilnya akan luar biasa,” jelas Adi.
Di bawah konsep edu-wisata, Kampoeng Oase Songo menawarkan program yang mencakup budidaya ikan dalam ember, pertanian sayur, hingga peternakan magot dan kelinci.
Semua elemen ini dirancang untuk menciptakan sistem terpadu yang tidak hanya berorientasi pada lingkungan, tetapi juga pada ketahanan pangan. Adi berharap, inspirasi dari Kampoeng Oase Songo dapat memotivasi Kota Bontang untuk mengembangkan model serupa di wilayah mereka.
“Bontang punya potensi besar. Kami ingin kunjungan ini menjadi langkah awal untuk pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan di sana,” katanya optimis.
Meski perjalanan yang ditempuh cukup jauh, para tamu dari Kota Bontang tidak merasa sia-sia. Mereka terinspirasi oleh berbagai inovasi di Kampoeng Oase Songo, mulai dari pengelolaan sampah organik hingga integrasi konsep urban farming.
Sebaliknya, bagi tuan rumah, kunjungan ini menjadi pembuktian bahwa apa yang mereka lakukan selama ini bukan hanya bermanfaat untuk warga lokal, tetapi juga memberikan dampak lebih luas.
Dengan semangat berbagi ilmu dan praktik nyata, kedua pihak berharap dapat menciptakan sinergi yang menghasilkan perubahan signifikan, tidak hanya bagi Bontang dan Surabaya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Indonesia.
Sebagai informasi tambahan, Kegiatan Kunjungan Tamu di Kampoeng Oase Songo tersebut juga didukung secara operasional oleh Mahasiswa Magang Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Batch 7 dari Posisi Marketing & Promotion Eduwisata KaSurBoyo.
Mereka ialah Aflakhul Muzakka, dari program studi Ilmu Komunikasi, Universitas Trunojoyo Madura dan Muhammad Farhan dari program studi Agribisnis, Universitas Sebelas Maret. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?