Ekspor Bawang Merah Macet Tiga Bulan Terakhir, Ada Apa?
Macetnya aktivitas ekspor disebabkan kemarau panjang dan sepinya permintaan pasar
Kabupaten Probolinggo, SJP - Kemarau panjang berdampak pada aktivitas ekspor bawang merah di Probolinggo yang macet sejak tiga bulan terakhir.
Pengakuan Marianti, salah satu pedagang bawang merah di Pasar Bawang Dringu, macetnya aktivitas ekspor itu disebabkan beberapa hal.
Faktor utama adalah kemarau panjang dan sepinya permintaan pasar.
“Kemarau panjang membuat stok petani menipis. Banyak petani yang beralih menanam komoditi lainnya,” kata Marianti, Sabtu (16/12/2024).
Akibat stok menipis itu, harga bawang merah melambung tinggi alias mahal sehingga permintaan pesanan juga melemah.
Biasanya, jelang akhir tahun, Marianti bisa mengirim bawang merah ke Thailand alias ekspor dimana dalam sekali pengiriman capai 50 ton.
Namun tiga bulan terakhir, tidak ada permintaan ekspor sama sekali, begitu pula dengan permintaan dari pasar luar pulau.
Biasanya kiriman ke luar pulau capai 8 sampai 9 ton.
Kepala UPT Pasar Bawang Dringu, Sugiono mengatakan, stok di Pasar Dringu Kabupaten Probolinggo, normalnya sekitar 70 ton.
Namun kini, hanya tersisa sekitar 40 ton saja.
“Jumlah tersebut, hanya cukup untuk permintaan daerah lokal saja,” imbuh Sugiono
Imbasnya, pengiriman bawang merah ke luar daerah sementara terhenti karena berkurangnya stok bawang merah di gudang.
Selain itu, faktor lain yang membuat sektor perdagangan bawang merah lesu adalah permintaan yang sepi baik dari dalam maupun luar negeri.
Hal ini membuat pedagang dan eksportir bawang merah asal Probolinggo pun terancam mati suri.
Saat ini harga bawang merah besar atau super di angka Rp 25 ribu sampai Rp 26 ribu per kilogram, naik dari harga sebelumnya, yang hanya Rp 20 ribu per kilogram.
Sedangkan untuk harga bawang merah ukuran tanggung di kisaran Rp 17 ribu sampai Rp 17,5 ribu per kilogram, naik dari sebelumnya, di angka Rp 15 ribu per kilogram.
Harga bawang merah kecil di angka Rp 12 ribu hingga Rp 13 ribu per kilogram, naik dari sebelumnya di angka Rp 10 ribu per kilogram. (*)
editor: trisukma
What's Your Reaction?