Cicip Rasa Ote-Ote Londo Khas Jember, Kuliner Tradisional yang Masih Dilestarikan
Cak Londo memberi nama Ote-ote Londo lantaran terinspirasi dari orang jaman dulu yang menganggap makanan orang Belanda ketika menjajah Indonesia itu enak-enak.
Kabupaten Jember, SJP- Ditengah gempuran aneka jajanan modern saat ini, seorang pria bernama Wijaya (47) masih melestarikan jajanan tradisional bernama ote-ote.
Dengang membuka outlet Ote-Ite Londo, ia berharap masyarakat Jember tahu bahwa jajanan Ote Ote ini masih ada dari jaman baheula hingga sekarang, meski keberadaannya makin berkurang.
Di Kabupaten Jember, tepatnya depan Masjid Raudhatul Muchlisin, alan Gajah Mada, Kelurahan Jember Kidul, Kaliwates, terdapat sebuah stand kecil bertuliskan Ote-ote Londo yang menjual jajanan gorengan ote-ote (nama umum bakwan) dengan berbagai macam isian topping di dalamnya.
Wijaya atau akrab disapa Cak Londo sejatinya merupakan seniman jalanan asal Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari yang memang sudah terkenal di Kabupaten Jember.
Dirinya membuka usaha jajanan ote-ote itu sejak Pandemi Covid-19 di tahun 2020 lalu. Saat itu, Cak Londo yang merupakan seorang seniman jalanan, nyaris tak mendapat tawaran pekerjaan sama sekali lantaran pandemi Covid-19 yang melumpuhkan roda perekonomian di Jember.
"Dulu itu waktu pandemi nggak ada job yang masuk sama sekali. Awalnya saya bingung harus kerja apa lagi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Akhirnya saya punya ide untuk buka usaha ote-ote ini dan saat itu keluarga juga mendukung," ujar Cak Londo saat ditemui di outletnya, Sabtu (13/7)
Menurut Cak Londo, ote-ote merupakan jajanan umum yang dikenal semua kalangan dan siapapun bisa menikmati jajanan tersebut.
"Ote-ote ini bisa dinikmati siapa saja. Semua orang sudah kenal dengan ote-ote ini meskipun punya nama yang beda-beda di tiap daerah. Ote-ote ini sebenarnya nama umum di Jawa Timur, kalau di Jember malah orang-orang menyebut ote-ote ini hongkong," ucapnya.
Cak Londo memberi nama Ote-ote Londo lantaran terinspirasi dari orang jaman dulu yang menganggap makanan orang Belanda ketika menjajah Indonesia itu enak-enak.
"Londo itu kan sebutan untuk orang-orang Belanda, sedangkan kalau kata orang tua jaman dulu, makanan ala Londo itu selalu enak. Maka dari itu, Ote-ote Londo ini beda dibanding ote-ote biasa," ujarnya.
"Kalau Ote-ote Londo ini dalamnya ada banyak topping. Ada yang isi daging ayam dan kornet sapi. Kalau harganya itu 25.000 rupiah satu kotak isi empat ote-ote. Satu ote-ote itu ukurannya besar dijamin kenyang," sambung Cak Londo.
Ote-ote Londo buka setiap Senin sampai Sabtu mulai pukul 10.00 WIB pagi sampai pukul 16.00 WIB sore berlokasi di seberang Masjid Raudhatul Muchlisin, Jalan Gajah Mada, Jember.
"Kita start dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore. Buka hari Selasa sampai Sabtu, di sebrang masjid raudhatul muchlisin jalan gajah mada dan hari Minggu di sunday market perumahan Argopuro, jam 7 pagi sampai jam 9 pagi. Untuk pendapatan, sehari itu bisa sampai kisaran 200-400 ribu rupiah, tergantung pelanggan," tutupnya.
Jika mendengar kuliner ote-ote, memang sudah familiar di telinga. Jajanan tersebut sejatinya adalah kuliner tradisional yang memiliki bermacam-macam nama di Indonesia.
Ote-ote atau nama umumnya bakwan, merupakan jajanan gorengan yang terbuat dari tepung terigu dengan berbagai macam topping kemudian digoreng dan biasanya dimakan bersama cabai ataupun saos.(*)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?