Bondowoso Republik Kopi di Era Dua Nakhoda
Perjalanan terang redupnya BRK selama masa transisi dua kepemimpinan di Kabupaten Bondowoso. Akankah BRK kembali menggema? Tetap Optimistis !
Kabupaten Bondowoso, SJP – Siapa yang tak mengenal Kabupaten Bondowoso, yang mulai kesohor dengan julukan Kota Tape, kemudian terus bertransformasi menjadi kabupaten penghasil kopi terbaik di Indonesia.
Memang sedari awal, kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Jember ini, lebih terkenal dengan manisnya Tape Bondowoso. Namun di era kepemimpinan Bupati Amin Said Husni dua periode tahun 2008-2018, potensi selain tape mulai dikembangkan.
Tepatnya, pada Ahad, 22 Mei 2016, Bupati Bondowoso Amin Said Husni kala itu, mendeklarasikan Bondowoso Republik Kopi (BRK), sebagai bentuk penegasan bahwa pemerintah akan terus mengembangkan kopi di daerah dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Jargon tersebut kemudian melahirkan Perda Kluster Kopi yang mengatur regulasi pengembangan komuditi kopi di Kabupaten Bondowoso. Manfaatnya pun mulai dirasakan dari hulu hingga hilir.
Kala itu, mulai tumbuh ratusan cafe, warung kopi, bahkan di semua tempat nongkrong tersedia kopi specialty Bondowoso. UMKM tumbuh, hingga ada Kampung Kopi Pelita, yang diinisiasi oleh pelaku UMKM sektor perkopian.
Namun, tagline BRK di Bondowoso hanya bertahan hingga masa kepemimpinan Amin Said Husni. Setelah lengser dari kepemimpinannya pada 2018 lalu, nakhoda Bondowoso diganti oleh Bupati KH Salwa Arifin.
Berjalan seiring kepemimpinan dari sosok kiai dan pengasuh Pondok Pesantren ini, BRK mulai meredup. Bahkan, BUMD PT Bondowoso Gemilang yang dibentuk untuk meningkatkan sektor perkopian, mulai amburadul.
Puncaknya, Kejaksaan Negeri Bondowoso menetapkan tersangka kasus korupsi BUMD yang didirikan semasa kepemimpinan Amin Said Husni ini. Niat untuk mengembangkan sektor perkopian pun meredup di masa Bupati Salwa Arifin.
Meski pada tahun 2019, Pemkab Bondowoso tetap menggelar Festival Kopi Nusantara ke 4, pengembangan serius di sektor perkopian kian redup. Bahkan, Bondowoso Republik Kopi mulai tenggelam dan FKN hanya menjadi kegiatan tahunan saja.
Kala itu, Festival Kopi Nusantara (FKN) ke 4 yang dihelat oleh Dinas Pertanian dan Peternakan (Diperta) Kabupaten Bondowoso, kembali menghadirkan barista berpengalaman dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebanyak 149 peserta dari Banten, Temanggung, Wonosobo, Surabaya, Malang, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Situbondo, Bali dan Bondowoso, bersaing meracik kopi terbaik, di Museum Kereta Api Bondowoso, pada tanggal 1-2 November 2019.
Bertajuk “Kopi Bondowoso Melesat” barista-barista dari berbagai kota di nusantara, berkompetisi menyajikan racikan kopi bercita rasa tinggi. Mereka berkompetisi memperebutkan juara yang terbagi dalam tiga kategori, specialty coffee competition, late art competition dan brewing competition.
Bondowoso Republik Kopi kian terpuruk, di tahun berikutnya, tepatnya bulan Maret 2020, pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia. Wabah tersebut membuat pemerintah pusat merefokusing anggaran di semua daerah.
APBD direfokusing untuk penangangan virus mematikan ini, sehingga pembangunan di Kabupaten Bondowoso stagnan. APBD hanya diprioritaskan untuk belanja pegawai saja. Sehingga, progres pengembangan BRK tersendat.
Selama pandemi, banyak cafe gulung tikar dan Kampung Kopi Pelita yang dulunya menjadi sentra UMKM yang menyediakan beraneka ragam kopi specialty Bondowoso, serasa mati.
KH Salwa Arifin Deklarasikan Bondowoso Bumi Sholawat Burdah
Setelah covid-19 mulai mereda para tahun 2022, bukannya kembali menggeliatkan sektor perkopian dengan tagline Bondowoso Republik Kopi, KH Salwa Arifin dengan sosok bupati dari kalangan ulama ini, lebih memilih sektor religi sebagai tagline baru.
KH Salwa Arifin mendeklarasikan Kabupaten Bondowoso sebagai Bumi Sholawat Burdah, di Alun - alun Ki Bagus Asra, Senin (8/8/2022). Deklarasi itu dikemas dengan acara selawatan bersama KH R Ahmad Azaim Ibrahimy.
Sejak deklarasi itu, setiap pekan, selalu diagendakan kegiatan ‘Bondowoso Sholawat Burdah’ di setiap kantor kecamatan se Kabupaten Bondowoso. Kegiatan-kegiatan keagamaan dan religi kian menggema di semua pelosok Bumi Ki Ronggo.
Saat deklarasi, KH Salwa Arifin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk membumikan sholawat burdah, sebagai bentuk kecintaan terhadap Allah SWT dan Rasullulah SAW.
Salwa Arifin meminta kepada seluruh unsur pemerintah agar mencanangkan selawatan rutin, mulai tingkat kabupaten hingga desa, sehingga pencananganan Bondowoso Sholawat Burdah benar- benar membumi.
Kendati demikian, lagi-lagi Pemkab Bondowoso menggelar FKN ke 5 yang terkesan hanya menggugurkan kewajiban agar tidak melanggar Peraturan Daerah (Perda) Nomer 2 tahun 2018, tentang perlindungan dan pengembangan kluster kopi Bondowoso.
FKN ke 5 ini, digelar kala masa Bambang Soekwanto menjabat sebagai jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) di Bondowoso. FKN ke 5 yang digelar di Alun -alun Ki Bagus Asra, pada 26 November 2022, dinilai menjadi awal upaya Pemkab Bondowoso untuk menghidupkan kembali BRK yang pernah mati suri.
Kala itu, Sekda Bondowoso, Bambang Soekwanto, berharap dengan diselenggarakannya FKN ke 5 ini, bisa menghidupkan kembali BRK yang dulu pernah mendunia lantas tenggelam dan padam.
Selain itu, Bambang meminta agar Dispertangan selaku pengampu bisa memberikan wejangan kepada publik agar dunia perkopian di Bondowoso bisa lebih terang benderang, hal itu dikatakan Sekda lantaran melihat antusias masyarakat Bondowoso yang mayoritas pecinta serta penghasil kopi terbaik di dunia.
Kemudian, Bambang berjanji akan mengembalikan dunia perkopian yang ada di Kabupaten Bondowoso digaungkan baik atau tanpa dengan BRK.
Secara logika, sebelum ada BRK dunia perkopian di Bondowoso memang seakan - akan hanya menjadi perkopian klontong saja, akan tetapi setelah BRK dikukuhkan, Bondowoso lebih dikenal dan dilirik oleh daerah lain, bahkan hingga mancanegara.
Tepati Janji, Bambang Soekwanto Gaungkan BRK Reborn
Janji Bambang Soekwanto semasa menjadi Sekda Bondowoso di FKN ke 5, untuk menghidupkan Bondowoso Republik Kopi, ternyata bukan kaleng-kaleng. Hal itu dibuktikan dalan gelaran Festival Kopi Nusantara (FKN) ke 6.
Dalam FKN ke 6 ini, tagline Bondowoso Republik Kopi (BRK) mulai menggema kembali, usai pelaksanaan FKN ke 6 bertajuk, ‘Bondowoso Specialty Coffee’ yang digelar di Museum Kereta Api, pada Selasa (19/112/2023) malam.
Bangkitnya BRK kali ini juga ditandai dengan banyaknya para pelaku usaha di bidang perkopian dari berbagai daerah di Bondowoso, dengan sajian kopi khasnya.
Mereka juga kian semangat dan optimistis BRK reborn akan mampu membawa nama Bondowoso melejit kembali di dunia perkopian, di tingkat regional, nasional, maupun internasional.
Tak hanya para pebisnis kopi saja, FKN ini juga memberikan ruang kepada para UMKM produktif dan aktif dalam memasarkan produk unggulannya. Terbukti, ada sekira 27 stan yang terbukti ramai dengan para pembeli.
Bambang Soekwanto menerangkan, dengan semangat kecintaan terhadap produk unggulan daerah, Pj Bupati Bondowoso ini mengatakan kebanggaannya terhadap potensi kopi Bondowoso yang semakin mendunia.
"Dengan tema 'Bondowoso Specialty Coffee,' kita mengundang seluruh pecinta kopi untuk menikmati keunikan dan keistimewaan kopi lokal kita,” kata Bambang Soekwanto, Selasa (19/12/2023).
“Bondowoso memiliki kekayaan alam yang melimpah, termasuk kopi berkualitas tinggi yang patut diperhitungkan di tingkat nasional dan internasional," tambahnya.
Mendapat Apresiasi Dari Presiden BRK, Amin Said Husni
Menariknya, dalam FKN ke 6 dihadiri oleh Presiden Bondowoso Republik Kopi, Amin Said Husni. Beliau datang bersama isteri, langsung meninjau lapak UMKM dan mencicipi semua kopi specialty Bondowoso.
Di kesempatan tersebut, Amin Said Husni yang juga Wakil Ketua PBNU ini menyampaikan apresiasinya dan menjelaskan jika Bondowoso memiliki anugerah yang tidak dimiliki oleh kabupaten lain, karena memiliki wilayah yang bisa memproduksi kopi.
“Bondowoso memiliki Gunung Raung, Argopuro, Ijen dan kawasan perbukitan yang menghasilkan citarasa kopi terbaik yang citarasanya dikenal di berbagai mancanegara,” kata Amin Said Husni.
Potensi nyata yang dimiliki Bondowoso telah memberikan manfaat yang luar biasa bagi dunia perkopian, mulai dari hulu hingga hilir. Oleh sebab itu, Amin Said Husni berharap potensi ini terus dikembangkan.
“Kopi ini harus terus dikembangkan. Itulah sebabnya mengapa dulu kami (saat menjabat sebagai bupati periode 2008-2018) mengembangkan kopi Bondowoso. BRK ini bukan karena saya pribadi, tetapi berkat kebijakan Pemerintah Kabupaten Bondowoso periode 2008-2018,” terangnya.
Mantan Bupati Bondowoso dua periode ini, juga menegaskan jika saat ini ada Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 tahun 2018, tentang perlindungan dan pengembangan klaster kopi Bondowoso.
“Dengan Perda itu seluruh stakeholder di Bondowoso, punya kewajiban untuk melindungi dan mengembangkan kopi Bondowoso. Pemerintah yang tidak mengembangkan dan melindungi, maka mereka melanggar Perda,” ucapnya.
Pria kelahiran 19 Agustus 1966 bersyukur event-event yang mengangkat kopi Bondowoso dan berharap bisnis perkopian dari hulu hingga hilir bisa kembali menggeliat, seperti saat dirinya memimpin Bondowoso periode 2013-2018.
“Dulu ada Kampung Kopi Pelita yang diinisiasi warga sendiri. Saya berharap mendatang, bisa hidup kembali dengan bekerjasama dengan para petani kopi, pengusaha, perbankan, dan kerjasama semua pihak untuk kembali menggeliatkan Bondowoso Republik Kopi,” pungkasnya.
Sempat Mati Suri, Kampung Kopi Pelita Hidup Lagi
Meredupnya Bondowoso Republik Kopi (BRK) berdampak pada sentra UMKM kopi di Kampung Kopi Pelita yang ada di Jalan Pelita Kelurahan Tamansari beberapa tahun terakhir.
Oleh sebab itu, Pj Bupati Bondowoso Bambang Soekwanto menginginkan Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) untuk kembali menghidupkan Kampung Kopi Pelita yang sempat mati suri.
Hal itu juga menjadi bagian dari upaya untuk melaksankan apa yang termaktub dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 tahun 2018. Sehingga, Disparbudpora kembali menggelar Car Free Night di Kampung Kopi Pelita, Sabtu (23/12/2029).
Car Free Night tersebut menyajikan berbagai hiburan menarik dan mendapat antusias dari para pelaku UMKM yang ada di Bondowoso, khususnya warga di Kelurahan Tamansari.
Kepala Disparbudpora Bondowoso, Mulyadi, usai membuka Car Free Night mengatakan, dirinya berharap Kampung Kopi Pelita yang dulu pernah menjadi sentra peredaran kopi di Bondowoso, kembali membawa trah BRK ke tingkat dunia.
“Semoga ini bisa kembali menggaungkan BRK reborn. Alhamdulillah acara tersebut mendapat apresiasi dari para pelaku UMKM dan paguyuban Kampung Kopi Pelita. Semoga bisa mengangkat BRK dan bisa memberikan multiplyer effect bagi masyarakat,” tukasnya.
Selain itu, Ketua Paguyuban Kampoeng Kopi Pelita, Heru Sukamto, yang juga sekretaris Disparbudpora ini juga menyampaikan jika Kamping Kopi Pelita ini menjadi awal kembalinya kejayaan dunia perkopian di masa-masa BRK.
“Ini jelas memberikan dampak positif bagi para pelaku UMKM dan pelaku bisnis kopi. Mudah-mudahan ini terus berlanjut dan memberikan peningkatan ekonomi masyarakat dan mendongkrak taglin Bondowoso Republik Kopi,” pungkasnya.
Kini memasuki akhir tahun 2023. Apakah mendatang di tahun 2024, upaya Pemerintah Kabupaten Bondowoso tetap menggaungkan tagline Bondowoso Republik Kopi, dengan berbagai kreasi yang baru dan kerjasama pentahelix ?
Kolaborasi antara ditetapkan Ijen Geopark sebagai UNESCO Global Geopark dengan promosi dan sounding BRK, nampaknya akan menjadi langkah mudah bagi pemerintah dalam mengembalikan trah perkopian di Bumi Ki Ronggo. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?