BMKG Banyuwangi Sebut Tak Ada Kaitan Fenomena Langka Awan dengan Cuaca Ekstrem di Jember
Fenomena awan yang terjadi tersebut, merupakan awan yang biasa disebut dengan awan cavum atau dikenal juga dengan istilah awan celah melingkar, awan lubang jatuh dan awan lubang-lubang.
Kabupaten Jember, SJP- Masyarakat di Jember kaitkan fenomena alam berupa awan langka yang terjadi pada Selasa (4/6) kemarin dengan cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah pesisir Selatan Kabupaten Jember.
Salah seorang warga di Kecamatan Sumbersari, Jember, Lintang Widya Hasanah (26) mengatakan, adanya awan langka yang melingkar dan berbentuk seolah seperti ada pulau di tengahnya menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya cuaca ekstrem di wilayah Selatan Jember.
“Kapan hari itu kan ada awan langka, sebelumnya nggak pernah terjadi bentuk awan seperti ini. Ini menurut kami adalah salah satu penyebab terjadinya cuaca ekstrem dan ombak laut tinggi,” kata wanita yang juga pecinta dunia astronomi dan geografi, Kamis (6/6).
“Kita tahu pola bentuk awan kan dipengaruhi oleh angin dan ada kaitannya juga dengan gravitasi, jadi bisa saja hal itu berpengaruh pada kecepatan angin, sehingga cuaca di wilayah Selatan jadi tidak stabil. Akibatnya, angin semakin kencang bahkan menyebabkan ombak jadi lebih tinggi. Kan ombak itu juga dipengaruhi dengan kecepatan angin,” sambungnya.
Sementara itu, Petugas Pengamat Cuaca Pos Meteorologi Jember BMKG Banyuwangi, Dhiyaur Rohman Firdausy menyebut jika fenomena awan yang membentuk lubang di Jember tersebut tidak berkaitan dengan terjadinya cuaca ekstrem dan gelombang tinggi di laut Selatan Jember.
“Tidak ada kaitannya mas, fenomena awan yg kemarin adalah hal biasa, tidak berbahaya, tidak ada kaitannya dengan ketinggian gelombang. Itu juga bukan merupakan pertanda akan datangnya hujan lebat,” kata pria yang akrab dipanggil Adi itu.
Dirinya mengatakan, memang fenomena alam awan langka itu sempat menggemparkan wilayah Jember pada Selasa kemarin. Fenomena awan yang terjadi tersebut, merupakan awan yang biasa disebut dengan awan cavum atau dikenal juga dengan istilah awan celah melingkar, awan lubang jatuh dan awan lubang-lubang.
“Bentuk seperti celah pada awan itu paling sering ditemukan di lapisan awan altocumulus, diikuti oleh cirrocumulus dan kemudian stratocumulus. Secara umum, lubang pada awan tersebut lebih tampak di lapisan altocumulus atau awan menengah yang terbentuk, ketika pesawat terbang melalui lapisan awan kumuliform yang tipis dan memicu glasial,” jelasnya.(*)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?