Bakul Ikan Asap Pantura Terancam Gulung Tikar Imbas Jalan Tol Gending
Sejak pintu keluar tol Paspro seksi IV Gending dibuka pada 17 Agustus 2023 lalu, omzet penjual ikan asap terus merosot karena jalur ini tidak lagi dilewati sehingga pembeli ikan asap, yang mayoritas pengendara luar daerah.
Kabupaten Probolinggo, SJP - Bakul ikan asap di jalur pantura Parsean, Desa Tamansari, Dringu, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, terancam gulung tikar dampak dibukanya pintu keluar tol Paspro seksi IV Gending.
Sejak dibuka pada 17 Agustus 2023 lalu, omzet penjual ikan asap terus merosot seiring berpindahnya pengguna jalan dari jalur pantura, ke jalan tol.
Sebelum pintu keluar Gending dibuka, pengendara yang hendak menuju Situbondo, Banyuwangi dan Bali, masih melewati ruas jalur pantura parsean ini.
Namun ketika tol Gending aktif, jalur ini tidak lagi dilewati sehingga pembeli ikan asap, yang mayoritas pengendara luar daerah, habis.
Saat jalur masih ramai, Imawati, pemilik warung penyetan Rama Aoleng, bisa menghabiskan satu kwintal ikan laut dalam sehari
“Itu kadang ndak sampai malam, ikan habis kami tutup. Sampai ikannya yang kurang-kurang, tapi sekarang ya begini ini, sepi,” katanya, Rabu (15/11/2023) siang.
Jejeran warung ikan asap di jalur pantura Parsean ini, merupakan tempat istirahat pengendara dari dan ke Bali.
Bagi bakul ikan asap, pelancong dari luar kota, merupakan urat nadi penjualan ikan asap.
Namun semua berubah ketika Tol Paspro seksi IV dibuka karena pelancong yang lewat jalur tersebut tak lagi melewatinya.
“Sepi sekali sekarang, ikan 5 kilo saja susah mau habis,” keluh Imawati.
Ikan asap di jalur pantura parsean ini tergolong murah meriah.
Harganya mulai dari Rp.5 ribu per potong dengan ragam jenis ikan.
Ikan terlaris biasanya ikan salem dan ikan kakap ,erah.
“Kalau ikannya banyak, di pelabuhan Mayangan itu melimpah. Tapi ya kami tidak berani. Karena tidak seramai dulu,” imbuhnya.
Asmiyah, pedagang ikan asap lainnya juga merasakan hal yang sama.
Semenjak tol Gending aktif, pendapatannya hangus.
“Anak saya ini dulunya juga jualan ikan asap, tapi sudah tutup. Tidak laku,” sebutnya.
Kini bakul ikan asap di jalur pantura parsean hanya bisa gigit jari. Pasalnya sumber penghasilan yang sebelumnya bisa diandalkan, kini sudah tidak lagi.
“Banyak yang alih kerja lainnya. Yang akhirnya nganggur di rumah saja juga ada,” tutur Asmiyah.
Pendapatan Asmiyah yang sebelumnya mencapai Rp.800 sampai Rp.1 juta dalam sehari pun kini menguap. Tak jarang ia pulang dengan tangan hampa.
Ikan asap yang tidak laku paling sering berakhir di tempat sampah atau menjadi makanan kucing liar karena rasanya sudah tidak enak jika diolah. (*)
editor: trisukma
What's Your Reaction?