Dampak El nino Terhadap Inflasi Sepanjang Tahun 2023
Kendati mitigasi El Nino sudah dilakukan namun sistem informasi pangan yang fokus pada produksi dan permintaan integrasinya masih lemahsehingga terjadi gangguan supply domestik yang mendorong gejolak harga beras di pasar.
Malang, SJP - Keterangan BMKG menyebut fenomena El nino akan berakhir hingga Oktober 2023, dimana hal tersebut tentu saja berpengaruh terhadap beberapa komoditi bahan pokok, khususnya harga beras.
Hal selaras dikatakan pakar Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso bahwa dampak El Nino terasa menyengat pada Oktober berakibat naiknya harga beras dan relatif bertahan di harga tinggi.
Dampaknya adalah pada segi produktifitas yang menurun sehingga diperlukan penanganan khusus..
“Produksi padi yang menurun dan pasokan impor yang terbatas mendorong pasokan domestik butuh pengelolaan yang cermat dari sisi distribusi,” ujarnya, Rabu (1/11/2023).
Dia menilai pula, meski mitigasi El Nino sudah dilakukan namun sistem informasi pangan yang fokus pada produksi dan permintaan integrasinya masih lemah, yang menimbulkan langkah antisipatif kurang presisi, sehingga gangguan supply domestic mendorong gejolak harga beras di pasar.
Pemberitaan Bulog menyebut bahwa stok beras aman tidak mampu meredam harga beras untuk naik, yang diprediksi harga akan terus naik hingga menginjak bulan November bahkan terhadap komoditas lain.
“Tekanan inflasi ini masih mungkin berlanjut pada November, karena kekeringan masih melanda sejumlah daerah. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan harga cabai pada awal November,” katanya.
Joko mengingatkan, situasi ini bakal menjadi PR bersama serta diperlukan langkah penguatan kolaborasi dalam peningkatan produktivitas pertanian, mitigasi bencana akibat perubahan iklim, pembenahan struktur pasar, modernisasi sektor pertanian, dan pengetatan konversi lahan akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga pangan menuju kedaulatan pangan yang berkelanjutan.
Sementara itu kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini menegaskan bahwa beras masih menjadi penyumbang utama inflasi di Kota Malang pada Oktober 2023 yang mencapai 0,26 persen.
Ada beberapa komoditas selain beras yang dominan memberikan inflasi month to month (m-to-m) pada Oktober 2023, yakni beras, cabai rawit, jeruk, daging ayam ras, mobil, tongkol diawetkan, tissue, cabai merah, dan es.
“Komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m, antara lain telur ayam ras, angkutan udara, tomat, bawang merah, buah naga, minyak goreng, jagung manis, pepaya, apel, dan pear,” ujarnya.
Data menyebut tingkat inflasi m-to-m bulan Oktober 2023 sebesar 0,26 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) Oktober 2023 sebesar 1,9 persen.
Erny juga menyebut, terdapat tingkat inflasi y-to-y komponen bahan makanan Oktober 2023 sebesar 7,37 persen inflasi m-to-m sebesar 0,65% dan inflasi y-to-d sebesar 4,92 persen.
Lalu ada juga komponen energi di tingkat inflasi y-on-y bulan Oktober 2023 sebesar 0,36 persen, inflasi m-to-m sebesar 0,71 persen, dan inflasi y-to-d sebesar 0,22 persen..
Inflasi terjadi, lanjut Erny, karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 7,18 persen kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,97 persen kelompok perumahan, air, listrik, serta bahan bakar rumah tangga sebesar 1,34%.
Erny menambahkan, inflasi juga terjadi pada kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,72 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,44 persen, kelompok transportasi sebesar 1,65 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,36 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,59 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,32 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,27 persen, kelompok perawatan pribadi serta jasa lainnya sebesar 3,84 persen. (*)
Editor: Choirul Anam
What's Your Reaction?