Alasan Maraknya Fenomena Berani Koar-Koar di Medsos Tapi Ciut di Dunia Nyata

Budaya hujat semakin marak di media sosial seolah tidak ada pelanggaran norma padahal mereka pun ciut saat harus melontarkan kritik di dunia nyata

04 Dec 2023 - 05:15
Alasan Maraknya Fenomena Berani Koar-Koar di Medsos Tapi Ciut di Dunia Nyata
Fenomena koar-koar di medsos jadi ancaman (pixabay/SJP)

Malang, SJP - Fenomena pengguna medsos hanya berani koar-koar atau main hujat di media sosial seolah jadi hal biasa.

Saat mereka harus berhadapan dengan sosok yang dikritik, misalnya, mereka ciut dan minta maaf dengan mudah.

Mengapa demikian?

1. Anonimitas dan Jarak Emosional

Media sosial sering menyediakan tingkat anonimitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan berbicara langsung dengan orang secara tatap muka.

Ketika seseorang merasa terlindungi oleh layar komputer atau ponsel mereka, mereka mungkin lebih cenderung untuk mengeluarkan pendapat yang mungkin lebih berani atau tajam

Mereka tidak rasakan dampak emosional yang sama seperti di dunia nyata.

2. Tanggapan Tidak Langsung 

Di media sosial, tanggapan terhadap suatu postingan atau komentar mungkin tidak selalu langsung.

Seseorang memiliki waktu untuk memikirkan dan merinci pendapat mereka tanpa mendapatkan reaksi seketika dari lawan bicara.

Dalam kehidupan nyata, respons langsung dan wajah-wajah yang merespon secara emosional dapat membuat seseorang lebih berhati-hati dalam menyampaikan kritik.

3. Ekspresi Diri

Media sosial memberikan platform di mana seseorang dapat mengekspresikan diri mereka tanpa adanya hambatan langsung dari ekspresi wajah atau bahasa tubuh.

Disinilah mengapa pengguna medsos merasa lebih leluasa untuk menyuarakan kritik atau pendapat yang mungkin dirasa sulit atau tidak pantas diungkapkan secara langsung.

4. Pola Perilaku Online

Budaya media sosial sering kali berikan penghargaan pada konten yang provokatif atau kontroversial.

Dalam upaya untuk mendapatkan perhatian atau mendapatkan respons positif dari pengikut, seseorang mungkin cenderung untuk menjadi lebih berani dalam menyuarakan kritik di platform ini.

5. Tak Mau Terlibat Konflik

Beberapa orang merasa tidak nyaman atau takut menghadapi konflik secara langsung.

Interaksi tatap muka dapat menimbulkan ketidaknyamanan, dan beberapa orang lebih memilih untuk menghindari konfrontasi langsung dengan menyampaikan kritik atau pendapat mereka melalui media sosial.

6. Tren Penggunaan Media Sosial

Penggunaan media sosial juga dapat menciptakan tren saat siapa saja bisa suarakan kritik. 

Hal ini semakin dianggap sebagai norma atau cara yang diterima untuk berkomunikasi.

Sebenarnya, memang banyak faktor individual yang berperan dalam perilaku seseorang dalam menggunakan media sosial.

Tentu perlu kesadaran diri untuk memahami bagaimana berkomunikasi di dunia maya dan nyata secara bijak. (**)

sumber: berbagai sumber

editor: trisukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow