Wisma Jerman Hadirkan "East Side Gallery" ke Kota Pahlawan

Mural dalam Projek East Side Gallery Meets Surabaya oleh Wisma Jerman dan beragam seniman terinspirasi dari East Side Gallery di Mühlenstraße yang merupakan sisa-sisa dari Tembok Berlin.

19 May 2024 - 20:00
Wisma Jerman Hadirkan "East Side Gallery" ke Kota Pahlawan
Karya mural dalam East Side Gallery Meets Surabaya di Wisma Jerman (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Tembok Berlin adalah tembok beton yang yang membagi kota Berlin menjadi 2 bagian, dibangun oleh pemerintah Jerman Timur (Republik Demokratik Jerman) pada tahun 1961 dengan tujuan untuk mencegah warga Jerman Timur melarikan diri ke Jerman Barat (Republik Federal Jerman). 

Setelah keruntuhannya pada tahun 1990, sisa-sisa tembok tersebut kemudian diubah menjadi galeri terbuka bernama "East Side Gallery", yang dihiasi oleh mural yang dilukis oleh 118 seniman dari 21 negara sebagai komentar terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tahun 1989/1990.

Galeri yang terletak di dekat pusat kota Berlin, di Mühlenstraße di daerah Friedrichshain-Kreuzberg, Jerman itulah yang menjadi inspirasi Wisma Jerman untuk mengadakan projek East Side Gallery Meets Surabaya, yang diadakan di Kantor Wisma Jerman, Jalan Taman AIS Nasution No.15, Surabaya.

Dhahana Adi Pungkas selaku Asisten Program Budaya Wisma Jerman menjelaskan, selain untuk memberi penyegaran suasana di Kota Surabaya, pameran ini juga ingin membawa spirit revolusi di Jerman pada waktu itu ke Kota Surabaya.

"Pada acara East Side Gallery Meets Surabaya kali ini kami ingin mengadaptasikan seni serupa di Wisma Jerman, namun dikolaborasikan dengan kekhasan Kota Surabaya sebagai bagian kerja sama Indonesia-Jerman," ujar lelaki yang akrab disapa Ipung itu, Minggu (19/5).

Seniman yang terlibat dalam projek pembuatan mural bersama Wisma Jerman ini terdiri dari 7 orang yang berasal dari beragam komunitas, dikuratori oleh seniman mural asal Surabaya bernama Alfajr XGO.

"Jadi meski art style-nya berbeda-beda, tetapi warnanya tetap padu dengan spirit atau tema besar Unity in Humanity," tandasnya.

Sementara itu, Alfajr XGO selaku kurator mural memaparkan hal yang serupa, yakni karya mural dalam projek ini ingin menggambarkan karya kemanusiaan dengan unsur atau ciri khas Kota Pahlawan.

"Jadi misal gambar buaya, kemudian gambar daun semanggi, lalu kata-kata khas seperti "wani" yang mana semua itu ciri Kota Surabaya," papar XGO yang juga sedang adakan pameran tunggal di lokasi yang sama.

Meski tema besar yang diangkat ialah Unity in Humanity, XGO menjelaskan bahwa setiap seniman yang terlibat juga mengangkat sub-tema masing-masing, di antaranya ada yang mengangkat perihal kebebasan, kesetaraan, hingga yang murni angkat ciri khas Surabaya.

"Kami harap dengan projek ini masyarakat lebih memperhatikan seni jalanan, seperti mural dan gravity itu tidak semuanya rendahan dan bisa dipamerkan di ruang elite," tutupnya.

Selain mural, projek ini juga menjadi wadah dari sejumlah pelaku sub-urban culture kota Surabaya dalam bentuk lain, seperti grafiti, hip-hop dance, rap performance, DJ performance, hingga workshop bersama.

Sebagai informasi, projek mural dan pameran tunggal dari XGO di Wisma Jerman telah dibuka sejak Sabtu (18/5) kemarin dan masih bisa dinikmati hingga 22 Maret mendatang secara gratis. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow