Unik, Pemuda ini Sosialisasikan Bahaya Nikah Dini Lewat Wayang Golek Jenaka
Wayang Golek Kang Amir menyasar daerah terpencil di sejumlah kecamatan di Kabupaten Probolinggo seperti Kecamatan Bantaran, Kuripan, Wonomerto dan Sumberasih dimana fenomena pernikahan dini sering terjadi
Kabupaten Probolinggo, SJP - Tren nikah dini di pelosok Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, masih sangat tinggi.
Guna antisipasi berlangsungnya praktik tersebut, pemuda asal Tongas, Kabupaten Probolinggo ini aktif bergerak ke pelosok desa.
Melalui pertunjukan wayang golek, Muhammad Amir Hamzah, blusukan ke desa-desa dan sekolah dasar.
Pertunjukan itu menyampaikan beberapa pesan penting.
Sosialisasi bahaya nikah dini itu, dilakukan dengan cara tak biasa, bukan dengan paparan atau sosialisasi membosankan.
Ia hadirkan pertunjukan wayang golek jenaka.
Pertunjukan wayang golek, familiar di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Di Jawa Timur sendiri, lebih familiar dengan wayang kulit meski kini keberadaannya juga semakin jarang, bahkan hampir punah.
Edukasi itu antara lain soal bahaya pernikahan dini, serta semangat untuk terus sekolah. “Dua isu itu, sangat sering terjadi di masyarakat Kabupaten Probolinggo. Terutama pernikahan dini, sangat sering terjadi di kalangan masyarakat pedesaan,” terang pria yang akrab disapa Amir ini, Sabtu (2/12/2023).
Pertunjukan wayang golek ini, menyasar daerah atau desa terpencil di sejumlah kecamatan di Kabupaten Probolinggo seperti Kecamatan Bantaran, Kuripan, Wonomerto dan Sumberasih.
Tak ada pentas khusus, dimanapun bisa dilakukan pertunjukan baik di halaman rumah, tepi sawah, atau pekarangan warga.
“Biasanya saya bawa juga buku bacaan. Mulai dari buku bacaan anak-anak sampai orang dewasa,” imbuhnya.
Selain di desa, Wayang Golek Kang Amir juga digelar di sekolah dasar seperti di SDN Lemah Kembar, Sumberasih.
Di sekolah ini, puluhan siswa berkumpul dan sangat antusias menyaksikan pertunjukan wayang golek.
Guru SDN Lemah Kembar 2, Ambar Susanti mengatakan, dalam kurikulum pembelajaran, memang ada materi seni.
Dengan ketentuan, jika guru tidak bisa menyampaikan materi itu, bisa mengundang seniman sebagai narasumber.
Ambar mengaku sempat kebingungan saat cari narasumber seorang seniman karena sejauh ini keberadaan seniman semakin sedikit.
“Kebetulan suami, kenal dengan Amir, maka kami undang. Materi yang disampaikan pun sangat relevan dan anak-anak juga terhibur dengan pertunjukannya,” katanya.
Pesan moral yang disampaikan melalui alur cerita yang dipertunjukkan pun, sangat mengena.
Hal ini karena banyak murid Ambar yang harus berakhir di pelaminan begitu lulus sekolah dasar.
Bahkan tak jarang, ada yang sampai tidak lulus sekolah. Tapi sudah dinikahkan oleh orang tuanya.
Edukasi semacam ini, diharapkan bisa dilakukan lebih masif dan intens lagi. Mengingat saat ini, isu pernikahan dini dan putus sekolah, masih menjadi dua hal yang dianggap biasa oleh warga sekitar Kabupaten Probolinggo.
Padahal, dua isu itu sangat penting untuk dicegah dan diputus mata rantainya.
Edukasi bagi anak melalui sekolah, serta hak anak untuk tidak menikah di usia dini, sangat penting untuk diperjuangkan demi generasi muda Indonesia yang cemerlang dan lebih baik. (*)
editor: trisukma
What's Your Reaction?