Stop Jadi Orang Tua Narsis!

Pemahaman narsis bukan sekedar suka pamer foto diri tetapi perilaku ini justru membuat hubungan anak dan orang tua menjadi kritis

19 Feb 2024 - 01:30
Stop Jadi Orang Tua Narsis!
Jadi orang tua narsis akan menjatuhkan mental anak (parade/SJP)

Massachusetts, SJP – Tak semua orang tua sadar bahwa dirinya narsis.

Pemahaman narsis disini bukan seperti pemahaman banyak orang bahwa orang narsis gemar berfoto.

Sosok narsis pada dasarnya adalah mementingkan diri sendiri dan menganggap dirinya paling benar.

Orang tua seringkali menganggap anak tidak pernah benar tetapi menganggap hal ini lumrah.

“Hubungan anak dan orang tua narsis berpusat pada apa yang terbaik bagi orang tua,” jelas Dr. Frank Anderson, M.D., seorang psikiater dan penulis buku yang berbasis di Massachusetts, AS.

Menurutnya, anak memiliki orang tua narsis harus menuruti kebutuhan dan keinginan orang tua.

"Anak harus menahan kebutuhan dan keinginan dirinya dengan cara menghindari konflik dan selalu mengalah kepada orang lain supaya dirinya merasa aman,” paparnya.

Hal ini tentu salah karena anak tidak akan mau berjuang dan takut menghadapi kenyataan.

Pada dasarnya, orang tua harus mengenali diri bahwa menjadi tidak narsis adalah langkah awal.

Kenali karakter orang tua narsis berikut ini:

1. Tak Punya Empati 

Orang narsisis tidak punya empati dan tidak dapat memahami kebutuhan dan pemicu stres anak

Orang tua tidak peduli apakah anak sebenarnya hanya ingin berbagi cerita pada orang tua.

Orang tua narsis selalu menyibukkan diri, bahkan di hari libur dan menganggap diri sangat penting dalam pekerjaan sehingga mengabaikan perasaan anak.

2. Gila Hormat

Orang tua narsis selalu menuntut orang untuk menghargainya dan sasaran utama adalah anak.

“Orang tua yang narsistik terus-menerus mencari perhatian, pengakuan, dan kekaguman dari anak mereka, sering kali mengharuskan anak memenuhi standar orang tua yang mungkin tidak dapat dicapai,” kata Frank.

Padahal anak akan tertekan untuk dapat memenuhi standar orang tuanya bahkan dengan mengorbankan kebutuhan dan keinginannya sendiri.

3. Playing Victim
Orang tua narsis berperilaku manipulatif dengan menggunakan rasa bersalah atau merasa bahwa kewajibannya adalah mengendalikan anak. 

Manipulasi ini dapat menimbulkan rasa kebingungan dan kurangnya otonomi pada anak.

4. Tidak Pernah Minta Maaf dan Memperbaiki Diri

Seringkali, orang tua yang narsistik tidak pernah bisa melihat bahwa mereka melakukan kesalahan.

Bahkan jika secara jelas menunjukkan kesalahan atau tindakan yang salah, mereka akan mulai menangis dan membuat pernyataan tentang betapa kerasnya mereka berusaha, betapa stresnya hidup ini, dan bahwa mereka hanya membutuhkan perhatian.

5. Terlalu Sering Kritik dan Menghakimi

Orang tua narsistik mempunyai rasa percaya diri yang berlebihan, melihat diri mereka lebih mampu dan lebih cerdas dibandingkan orang lain.

Mereka cepat mengkritik segala sesuatu yang dilakukan anak mereka, tentang apa yang dikenakan, pilihan hobi dan minat, apapun yang dilakukan anak pasti salah.

Saat anak cerita bahwa ia sedang sedih, orang tua narsis akan bilang bahwa kehidupannya saat kecil lebih menyedihkan.

Padahal, anak hanya butuh saran, bukan perbandingan siapa yang paling ‘menderita’.

Stop jadi orang tua narsis! Hal ini membuat anak merasa tidak nyaman dan tidak dihargai di keluarganya sendiri. (**)

Sumber: Parade

 Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow