Trauma, Korban Perundungan di Ponpes Lawang Malang Belum Aktif Bersekolah
Upaya keluarga besar korban sudah ada titik terang namun yang dilakukan sekarang lebih fokus kepada korban perundungan karena masih trauma dan butuh pendampingan
Kabuapaten Malang, SJP – Ayah korban perundungan santri ponpes di Lawang berinisial ST (15) serahkan proses huku semua ke pihak kepolisian dalam hal menanggapi status pelaku AF (19) yang merupakan senior korban.
Polres Malang, melalui oleh Kasatreskrim Polres Malang AKP Gandha Syah kemarin siang di Mapolres Malang, telah tetapkan AF sebagai tersangka pada Kamis (22/2/2024).
Ayah korban berinisial YA katakan bahwa kasus ini viral sejak kerabatnya unggah peristiwa tersebut di akun Facebook @Yuda Kenthung Bin Sujonon.
Pemilik akun ini adalah rekan dari ayah korban, dimana ia mengunggah komentarnya di laman Komunitas Peduli Malang Raya beberapa pekan lalu.
Menurut YA , unggahan temannya itu adalah sebagai upaya pihak keluarga besarnya membantu perjuangkan keadilan untuk anaknya ke ranah hukum.
"Upaya keluarga besar sudah ada titik terang, namun yang kami lakukan sekarang lebih fokus kepada ST (anaknya) karena masih trauma, dia butuh didampingi," terangnya kepada Suarajatimpost, Jumat 23/2/2024 siang.
Bukan hanya dalam penanganan trauma, YA katakan, jika mediasi memang pernah dilakukan, baik dari keluarga pelaku dan kami sebagai keluarga korban.
"Tapi semua sudah saya serahkan kepada pihak hukum yakni kepolisian. Saya dan ibunya jelas menolak jika harus mencabut laporan, saya merasa anak saya masih alami trauma dan harus terus didampingi dokter khusus (psikiater)," terangnya.
YA dan keluarga bersikap ada hal yang mereka juga sesalkan bagaimana pihak pesantren hanya beberapa kali datang, itupun hanya mengantar soal ujian sebab anaknya tak bersekolah sejak kasus perundungan yang menimpa anaknya terjadi.
"Saya hanya ingin anak saya secara mental sehat, makanya anak kami gak sekolah sampai detik ini, karena kalau melihat santri dan sekolah yang berada di dalam lingkungan pondok masih trauma, pihak pondok juga hanya beberapa kali kesini itupun untuk antar soal ujian sekolah anak saya," terangnya.
Menurutnya, kemungkinan ST tidak akan sekolah hingga kelulusan.
Dalam hal ini, ia mengupayakan berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Malang, agar dipermudah apabila melaksanakan ujian di rumah, mengingat anaknya (korban) sudah kelas IX (sembilan).
"Saya usahakan anak saya biar ujian dari rumah saja, keluarga besar kami juga sudah menghubungi KPAI, ada saudara di sana, semoga nanti bisa," pungkas YA.
Dalam laman FB dari teman YA tersebut, akun itu menulis panjang lebar tentang kisah tersebut
'Aku wingi sambang dolan Nang koncoku di lawang lakok oleh kabar anak e mari ngalami kekerasan di sekolah pondok ane di lawang lur, dodone di nyos setriko Karo kakak kelase Sampek nyoyot.. Podo dwe anak miris lurr rasane ati Podo'.
(Aku kemarin berkunjung ke temanku di Lawang, dan mendapat kabar anaknya mengalami kekerasan disekolah pondoknya di Lawang, dadanya di setrika sama kakak kelasnya sampai melepuh, sama seperti anakku (misal seperti anakku) miris, rasanya hati.
Kejadiane tanggal 4 Desember 2023, wong tuwane kait ngerti tanggal 6 Desember, trus baru di laporkan nang polres tanggal 8 Desember 2023.
(Kejadiannya tanggal 4 Desember 2023, orang tuanya baru tahu tanggal 6 Desember, terus baru di laporkan ke Polres 8 Desember 2023.
Wong tuwane ngomong iku jare gak sepisan pindo lur, tibak ne kejadian ngene Iki wes bolak balik di alami anak e, di jiret anduk gulune, di nyos setriko listrik, di conyok korek, Sampek bekas bekas se Yo sek ono di lengen tangane, pelakune Yo pancet, sak durunge gak wani ngomong wong tuwane, baru pas Ono kasus Iki trus di Dedes wong tuwane kait ngomong, Sampek Saiki bekase sek Ono lur.
(Orang tuanya bilang katanya itu tidak sekali dua kali, ternyata kejadian seperti itu sudah beberapa kali dialami anaknya, diikat handuk dilehernya, disetrika listrik, dibakar korek, hingga bekas nya masih ada, (sang anak) tidak berani bilang orang tuanya, setelah orang tuanya mendesaknya baru berani lapor, hingga sekarang bekasnya ada).
Wong tuwane ngomong sampek saiki arek e ngalami trauma lur, lek ero mejikjer umep, ero striko, ero model wong santri, koyok keweden, lek turu jare sering nglindur ngomong panas.. panas.. ngunu lur..
(Orang tuanya bilang, sampai sekarang anaknya trauma, kalau melihat magic jar hidup, melihat setrika, melihat santri, seperti ketakutan, jika tidur sering mengiga, bilang Panas..panas begitu.
Jaluk dungane lurr mugo korban Karo wong tuwane segera oleh keadilan
(Minta doanya lur, semoga korban dan orangtuanya segera mendapat keadilan).(*)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?