Tel-U Surabaya Inovasikan Kendaraan Ramah Lingkungan Guna Dukung Ekonomi Hijau di Kampung Oase
Telkom University (Tel-U) Surabaya memperkenalkan becak listrik modular untuk Kampung Oase Surabaya, inovasi ramah lingkungan yang mendukung UMKM, pariwisata, dan pengelolaan lingkungan dalam satu langkah maju.
SURABAYA, SJP - Kendaraan listrik kini menjadi sorotan utama dalam upaya menciptakan masa depan yang lebih ramah lingkungan. Dengan mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar fosil, teknologi ini diharapkan mampu menekan laju perubahan iklim.
Hal tersebut menjadi dorongan bagi tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Telkom (Tel-U) Surabaya yang terdiri dari 3 Dosen dan 13 mahasiswa untuk menciptakan kendaraan modular berbentuk becak listrik yang mereka serahkan kepada Kampoeng Oase Group Surabaya.
Kendaraan yang mengkolaborasikan bentuk modular yang multifungsi dan bahan bakar listrik yang ramah lingkungan, itu diserahkan oleh tim PKM Tel-U Surabaya kepada salah satu Kampoeng Oase Group, yakni Kampoeng Oase Songo yang terletak di RT 09/RW 03 Kelurahan Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal pada Sabtu, (23/11/2024) untuk dilakukan pelatihan dan test drive.
Ketua Tim PKM Tel-U Surabaya, Susijanto Tri Rasmana, menjelaskan bahwa kegiatan serah terima itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat.
Program itu diamanahkan serta didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) melalui Pendanaan Skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat tahun 2024.
"Becak listrik ini dirancang berdasarkan kebutuhan warga Kampoeng Oase. Bentuknya modular sehingga multifungsi, bisa untuk mengangkut orang seperti becak pada umumnya, maupun membawa barang hingga berjualan," ujar Susijanto, saat dikonfirmasi pada Minggu (24/11/2024).
Susjianto memaparkan bahwa becak listrik tersebut memiliki desainnya yang ramping, memungkinkan kendaraan ini memasuki area sempit khas perkampungan.
Tak hanya itu, penggunaan listrik sebagai sumber daya utama menjadikan becak ini bebas emisi dan senyap, sehingga ramah lingkungan dan lebih ekonomis bagi pelaku UMKM.
"Kita tahu sendiri kalau di Surabaya ini tingkat pencemarannya juga sudah cukup tinggi, dan juga dengan listrik, biaya operasional jauh lebih hemat dibanding bahan bakar fosil," tambahnya.
Setelah test drive oleh pihak kampung setempat, Susjianto mengungkapkan masih ada pekerjaan rumah (PR) yang harus dilakukan untuk menyempurnakan becak listrik tersebut.
Beberapa masukkan warga diantaranya adalah perihal kemampuan rem, posisi selang, hingga pedal yang terlalu berat.
"Jadi memang dari apa yang sudah kita berikan hari ini ini merupakan awal untuk pengembangan kendaraan listrik berikutnya. Harapan kedepan, kendaraan ini tidak hanya jadi kendaraan semata, melainkan ikon dari Kampoeng Oase," tandas Susjianto.
Sementara itu, Rifki Dwi Putranto, yang juga anggota tim pengembang, membeberkan bahwa becak listrik yang proses pembuatannya memerlukan waktu 4 bukan tersebut memiliki tiga mode pengoperasian sesuai kecepatannya, yakni mode speed, normal, dan mode hemat daya yaitu Eco, yang memiliki daya tempuh hingga 30 sampai 38 km.
"Sedangkan waktu pengecasan sekitar 5 jam, karena pengisian datanya bukan mode cepat, ini menyesuaikan daya listrik rumah tangga standar yang biasanya dibawah 1000kwh," ungkap Rifki.
Sementara itu, kapasitas becak mampu menampung hingga 200 kg, cukup untuk dua penumpang atau berbagai jenis barang dagangan. Rifki juga menjelaskan bahwa kedepan akan juga akan dikembangkan desain, kenyamanan, dan jarak tempuh sesuai kebutuhan warga kampung.
"Harapan kami, terutama saya adalah becak ini tidak hanya diterima namun digunakan, sehingga bisa menciptakan ekosistem kendaraan listrik di kalangan UMKM yang juga selaras dengan semangat Kampoeng Oase tentang lingkungan," ujarnya.
Adapun Anita Hakim Nasution, anggota tim, menyoroti potensi becak listrik ini untuk mendukung pariwisata di Kampung Oase. Mengingat Kampoeng Oase memiliki program Eduwisata, Anita merasa becak listrik tersebut bisa menambah daya tarik dari setiap kampung.
"Kita nanti juga akan kembangkan becak listrik 2.0, dan dengan kendaraan ini, wisatawan akan merasa lebih tertarik dan ingin mengenal kampoeng Oase, terlebih jika warga menjual produk yang unik seperti kopi khas Oase atau jamu herbal khas kampung ini juga," sebut Anita.
"Tidak hanya produknya, bahkan dengan penyajian dan marketing yang menarik juga bisa membantu, misal nanti saat jualan ada dua orang, yang satu mengayuh becaknya yang satu duduk didepan untuk menarik pembeli," imbuhnya.
Masih dilokasi yang sama, Ketua Kampoeng Oase Songo, yakni Yaning Mustika Ningrum, mengungkapkan kegembiraannya atas inovasi ini.
Mewakili Kampoeng Oase yang lain, ia merasa kehadiran kendaraan listrik ini mampu meringankan bebas operasional warga kampung, terutama untuk mengangkut barang.
"Kalau biasanya kami, kan pengelola sampah kering ya Ngambil dari RT lain, itu pakai geledekan manual, didorong Karena sekarang ada becak listrik, itu sudah satu poin terbantukan. Sementara kegunaan yang lain seperti berjualan dan mengantar orang pasti juga akan kami coba," ungkap Yaning.
"Jadi jangan khawatir tidak digunakan, pasti digunakan, tinggal gunakan aja kok enggak mau. Disamping itu kami dan Kampoeng Oase lain juga pasti akan merawat becak listrik ini," imbuh Yaning
Ketua Kampoeng Oase Group, Adi Candra, menyampaikan apresiasinya terhadap tim PKM Tel-U. Utamanya karena Tel-U membuktikan bahwa hasil riset itu harus dan bisa diimplementasikan agar menjadi sesuatu yang bermanfaat.
"Ini adalah suatu capaian yang luar biasa, segaris dengan perjuangan kami di kampung untuk menjawab isu-isu lingkungan seperti energi terbarukan dan pengelolaan sampah," kata Adi.
Menurutnya, becak listrik ini menjadi sebuah booster, daya dorong Bagi tiga kampoeng Oase Group untuk lebih berdaya dalam sektor lingkungan maupun ekonomi.
"Jadi ketika unit kendaraan ini sudah siap, maka kita akan siap fighting di lapangan untuk mengais rejeki yang halal, berkah barokah dengan dukungan Telkom Universitas Surabaya yang super keren," tukas Adi.
Dengan inovasi ini, Kampoeng Oase semakin membuktikan diri sebagai kampung berbasis lingkungan yang berdaya saing, menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dan kreativitas dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?