Tayub Dusun Sambirejo Tetap Bertahan di Tengah Derasnya Hiburan Modern
Acara sakral (Bersih desa) yang digelar setiap hari Jumat Wage menurut kepercayaan masyarakat, merupakan nama bulan penanggalan Jawa, yang sering dikaitkan dengan penyelenggaraan sedekah bumi oleh masyarakat, yang bertujuan untuk selamatan sekaligus mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan.
Kabupaten Nganjuk, SJP - Kesenian Tayub merupakan tradisi yang masih lestari dilakukan oleh masyarakat, khususnya di Dusun Sambirejo, Desa Ngrajek.
Pasalnya, Tradisi ini dilakukan minimal setahun sekali dalam acara sedekah bumi. Tradisi Tayub ini juga dianggap sebagai pestanya para kaum petani.
Informasi yang dihimpun suarajatimpost.com, tepatnya di Desa Ngrajek Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk dikenal sebagai sarangnya para penari seksi dan cantik atau biasa disebut waranggono.
Bahkan di desa ini terdapat sebuah padepokan dan punden keramat yang setiap tahunnya dijadikan tempat meluluskan para waranggono.
Kendati demikian, padepokan yang berada di Desa Ngrajek tersebut merupakan cikal bakal para waranggono, secara kebetulan pada hari jumat wage (21/6/2024) Desa Ngrajek punya hajat di salah satu punden Mbah Budho yang terletak di Dusun Sambirejo Desa Ngrajek Kecamatan Tanjunganom Nganjuk.
Acara sakral (Bersih desa) yang digelar setiap hari Jumat Wage menurut kepercayaan masyarakat, merupakan nama bulan penanggalan Jawa, yang sering dikaitkan dengan penyelenggaraan sedekah bumi oleh masyarakat, yang bertujuan untuk selamatan sekaligus mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan.
Di Dusun Sambirejo, tradisi sedekah bumi digelar dengan melibatkan 7 RT dijadikan satu, yakni menyelenggarakan ‘Seni Tayub’ yang identik dengan menyanyikan tembang Jawa di punden Mbh Budho (Leluhur) masyarakat dusun terkait.
“Tradisi Seni Tayub yang diselenggarakan Pemdes Ngrajek memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dalam penyelenggaraan sedekah bumi dan wajib ada, ini salah satu ritual tahunan yang pada intinya ungkapan rasa syukur terhadap hasil bumi," kata Kades Ngrajek.
Orang nomer satu di Desa Ngrajek sempat bertemu suarajatimpost.com berujar di sela-sela berkumpul bersama warga saat di mulainya Seni Tayub.
"Acara ini sebagai tradisi adat istiadat yang turun temurun ini harus tetap lestari dan kita rawat biar tidak hilang di gerus semakin cangginhnya teknologi," ucap Budi.
Disinggung pantangan pada acara tersebut, Budi menjelaskan pernah ada kejadian, menurutnya ada kekurangan dalam perlengkapan acara, tiba-tiba ada yang kesurupan mulai anak- anak hingga orang dewasa
"Percaya ataupun tidak, di Punden Mbah Budho pernah terjadi keanehan, banyak yang kesurupan, bahkan ada anak kecil kesurupan seperti orang dewasa. Oleh karenanya, saya tidak akan meninggalkan adat istiadat Dusun Sambirejo yang dilestarikan bertahun-tahun," terang Kades. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?