Problem Tumpukan Sampah di Pantai Teluk Labuan Selama Empat Dekade Belum Terpecahkan

Fikri Jufri, ketua komunitas yang fokus membersihkan pantai di Teluk, mengatakan hujan menyebabkan tumpukan sampah

20 Mar 2024 - 11:30
Problem Tumpukan Sampah di Pantai Teluk Labuan Selama Empat Dekade Belum Terpecahkan
Tumpukan sampah yang membuat penduduk desa di kawasan Pantai Teluk Labuan resah (reuters/SJP)

Teluk, SJP - Solikah, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di desa nelayan Teluk, menangis sambil menunjuk tumpukan sampah yang berserakan di pantai dekat rumahnya selama 40 tahun.

Teluk, di provinsi Banten, Indonesia, di tepi barat pulau Jawa, memiliki salah satu pantai paling kotor di negara ini karena penduduk desa mengatakan bahwa hujan lebat telah menyebabkan air pasang menjadi lebih kuat, sehingga membawa lebih banyak sampah ke pantai.

“Cuaca juga tidak bisa diprediksi,” kata Solikah, 58 tahun.

Indonesia memperkirakan musim kemarau yang lebih ringan tahun ini, kata badan meteorologi, dimulai lebih lambat dari biasanya pada bulan Mei dan Juni untuk Pulau Jawa.

Fikri Jufri, ketua komunitas yang fokus membersihkan pantai di Teluk, mengatakan hujan menyebabkan tumpukan sampah.

“Setiap tahun, hujan dan angin membawa sampah dari laut ke pantai,” katanya, seraya menambahkan tumpukan sampah plastik selama bertahun-tahun mengalir ke laut melalui sungai, namun air pasang membawa sampah tersebut kembali ke darat.

Kotak biskuit dan sikat gigi, bungkus mie instan atau bahkan sandal sering bertebaran di pantai, tempat tinggal penduduk desa di tepi pantai.

Indonesia merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia yang berakhir di laut.

Sebuah video yang menunjukkan sekelompok pemuda pemerhati lingkungan yang mengumpulkan banyak sampah di Teluk tahun lalu menjadi viral di aplikasi media sosial TikTok.

Meskipun terdapat limbah, keluhan terbesar nelayan setempat adalah cuaca yang tidak dapat diprediksi mempengaruhi mata pencaharian mereka.

Jayadi, 33, mengatakan air pasang saat hujan menghalanginya untuk pergi melaut. Ia menyesalkan pendapatannya akan berkurang saat keluarganya bersiap merayakan Idul Fitri bulan depan.

“Banyak warga desa yang menangis karena tidak bisa membeli beras jika cuaca terus seperti ini,” ujarnya. “Tahun lalu sekitar waktu ini laut lebih tenang, jadi kami bisa medapat ikan, cumi-cumi.”(**)

Sumber: Reuters

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow