Persemakmuran Penarikan KKN, Rektor UIN KHAS Jember Sebut Pakai Metode Filosofi Bintang
KKN Persemakmuran tersebut dipusatkan di beberapa desa di Kecamatan, salah satunya Grujugan Bondowoso yang diikuti sekitar 96 mahasiswa dari sembilan PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri).
Kabupaten Jember, SJP- Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember (UIN KHAS Jember), Prof Hepni, memimpin langsung penutupan dan penarikan Mahasiswa KKN Persemakmuran eks-IAIN Sunan Ampel, Senin 19 Agustus 2024.
KKN Persemakmuran tersebut dipusatkan di beberapa desa di Kecamatan, salah satunya Grujugan Bondowoso yang diikuti sekitar 96 mahasiswa dari sembilan PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri).
Di antaranya UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, IAIN Ponorogo, IAIN Kediri, UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, IAIN Madura, UIN Mataram, dan UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda.
UIN KHAS Jember menjadi tuan rumah dalam KKN Persemakmuran yang berlangsung selama 40 hari tersebut.
Dalam sambutannya, Prof Hepni menjelaskan, indikator KKM yang baik ketika mahasiswa datang masyarakat tertawa dan ketika pulang masyarakat menangis mengucurkan air mata.
Filosofi KKN Persemakmuran ini kata dia, adalah menggunakan filosofi Bintang. Bintang merupakan benda langit yang bersinar di kegelapan malam, bahkan semakin gelap semakin terang.
“Artinya mahasiswa KKN ini bertujuan untuk memberikan pencerahan atau obor di tengah-tengah masyarakat,” kata Prof Hepni.
Dalam Bahasa Inggris bintang adalah STAR. Kata STAR ini merupakan akronim dari filosofi KKN Persemakmuran eks-IAIN Sunan Ampel. Yakni sustainable, treasure, adaptability dan responsibility.
Sustainable artinya berkelanjutan. Dimana program yang dibuat oleh KKN ini berkelanjutan. Jika programnya tahun ini belum tuntas, maka terus didampingi atau dilanjutkan oleh KKN berikutnya.
“Secara formal KKN ini kita tarik. Tetapi tanggung jawab moral dan sosial akan tetap dikawal atau dilanjutkan KKN di masa depan,” jelasnya.
Treasure adalah kebermaknaan, kebermanfaatan bahkan keberkahan. Maka wajar jika masyarakat menangis saat perpisahan dengan mahasiswa karena ada sambung rasa dengan masyarakat.
“UIN KHAS sudah lama mengikat silaturahmi dengan masyarakat Bondowoso,” imbuh dia.
Selanjutnya adaptability, dimana mahasiswa harus mampu beradaptasi dengan masyarakat, baik bahasa, budaya dan strategi dalam pemberdayaan.
“Jadi mahasiswa harus bisa menyesuaikan dengan siapa mereka berinteraksi. Kita berharap terus maju, kaya dan berkembang,” terang dia.
Terakhir Responsibility, yakni respon yang baik terhadap masalah yang ada. Sebab mahasiswa hadir untuk memberikan solusi bukan menambah masalah.
Kemudian Prof Hepni menarik mahasiswa KKN secara resmi.
“Dengan ini mahasiswa KKN Persemakmuran resmi kami tarik,” ucap Rektor UIN KHAS Jember tersebut.
Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala LP2M UIN KHAS Jember, dan masing-masing perwakilan PTKIN, sekretaris kecamatan Grujugan, kepala desa yang ditempati KKN.
Sekretaris Kecamatan Grujugan, Markos memberikan apresiasi atas dedikasi mahasiswa peserta KKN Persemakmuran eks-IAIN Sunan Ampel.
“Kehadiran teman-teman mahasiswa sangat bermanfaat bagi masyarakat di desa yang ditempati,” kata dia.
Dia berharap mahasiswa tetap menerapkan ilmunya saat pulang ke masyarakat.
“Kehadiran KKN sangat bermanfaat untuk kepala desa,” imbuh dia.
Dalam kesempatan tersebut, juga ditampilkan sejumlah produk hasil progam KKN Persemakmuran di masing-masing posko. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?