Panen Perdana Ikan Nila Tim Petra-ponik PCU, Kombinasikan Budidaya Maggot dan Aquaponik

Tim Mahasiswa Petra-ponik PCU menjawab tantangan yang dihadapi oleh area perkotaan melalui kombinasi budidaya maggot dan aquaponik sebagai upaya kepedulian terhadap lingkungan dan ketahanan pangan.

28 Jun 2024 - 19:45
Panen Perdana Ikan Nila Tim Petra-ponik PCU, Kombinasikan Budidaya Maggot dan Aquaponik
Panen perdana ikan nila hasil inovasi bisnis tim Petra-ponik PCU (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Lima mahasiwi Faculty of Teacher Education atau FKIP Petra Christian University (PCU) yang tergabung dalam kelompok Petra-ponik sukses melakukan panen perdana sekaligus melelang ikan hasil budidaya yang mereka kembangkan.

Ikan jenis nila yang dipanen ini merupakan hasil dari inovasi bisnis tim Petra-ponik yang mengkombinasikan manfaat dari sistem budidaya aquaponik dengan budidaya maggot (belatung).

Ketua tim Petra-ponik yakni Neci Larichi Hudi Limu mengungkapkan bahwa inovasi bisnis mereka ini merupakan jawaban atas 2 isu besar yang dihadapi oleh wilayah perkotaan seperti Surabaya, yakni masalah lingkungan dan ketahanan pangan.

"Ide ini berangkat dari masalah sekitar, yakni tentang penumpukan sampah dan juga perihal ketahanan pangan akibat minimnya lahan terbuka untuk melakukan pertanian konvensional di Kota Surabaya," terang mahasiswa semester 6 itu, Jum'at (28/6).

Dirinya membeberkan bahwa bisnis yang kelompoknya jalankan menggunakan sistem Recirculating Aquaponic System (RAS), yakni maggot diberi makan sampah organik, untuk kemudian tumbuh dan menjadi pakan ikan dalam aquaponik tanpa membuang air.

"Jadi awalnya kita membeli telur lalat jenis Black Soldier Fly (BSF) untuk kita pelihara dengan cara diberikan makan sampah organik dari kantin PCU, maggot kira-kira bisa menghabiskan 8 kilogram sisa makanan," ungkap ketua kelompok yang dibimbing oleh Dr. Ir. Sindu Prawira, MBA., M.Min. itu.

"Setelah dua puluh satu hari dibudidayakan di kotak biopon ukuran 122 cm x 61 cm, selanjutnya sebagian akan diolah menjadi pakan dan sebagian lainnya dibiarkan menjadi lalat untuk hasilkan telur agar ciptakan perputaran," sambungnya.

Lebih lanjut, ia membeberkan bahwa timnya memiliki 4 kolam ikan nila dengan diameter satu, dua, tiga dan empat, yang mana di diameter satu hanya berisikan bibit ikan nila untuk nantinya secara rutin tiap bulan akan dipindahkan ke kolam lainnya.

"Kita beri makan ikan ini tiga kali sehari dengan pelet hasil olahan maggot tadi yang nilai nutrisi dan gizinya lebih baik dari pelet biasa," sebut Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) itu.

Neci mengatakan bahwa sebelum memberikan makan, air yang sudah terkena kotoran dari ikan akan disalurkan terlebih dahulu ke drum hidroponik, yang mana kemudian air tersebut menjadi nutrisi yang baik bagi sayuran dan tanaman.

"Nah nanti air tersebut juga akan disalurkan kembali ke drum lain untuk dites, jika kandung air sudah kembali netral maka akan dikembalikan ke kolam ikan, jadi tidak ada air yang terbuang," ucap Neci.

Ia juga mengungkapkan bahwa alasan mereka memilih ikan nila hitam dan oranye untuk dibudidayakan ialah karena mempertimbangkan kandungan protein dan proses pertumbuhannya yang cepat hingga akhirnya sudah bisa dipanen dan dilelang setelah 2 bulan.

"Ada sekitar 250 ikan yang dipanen, dan ikan hasil lelang bisa dibawa dalam keadaan mentah atau sudah dalam kondisi matang, karena kita juga menyediakan jasa pengolahan ikan oleh tim Hotel Management PCU," katanya.

Keuntungan dari hasil lelang ikan nila yang dibuka dengan harga Rp35.000/kg itu akan dikumpulkan untuk nantinya menjadi modal kegiatan usaha lanjutan bagi tim mahasiswa yang akan melanjutkan proyek Aquaponik.

Sebagai informasi, kegiatan panen ikan tersebut juga mengundang Camat Wonocolo dan Lurah Siwalankerto sebagai bentuk mensyiarkan pemecahan salah satu masalah masyarakat tentang lingkungan dan edukasi perihal aquaponik.(*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow