Nanang Rasmawan: Dari Mengantar Anak Berlatih, Hingga Sabet 2 Gelar Panahan Tradisional di FORDA II Jatim
Nanang Rasmawan, atlet panahan tradisional asal Surabaya, mencuri perhatian di FORDA II Jatim 2024 dengan prestasinya meraih dua gelar sekaligus, berawal dari hobi sederhana mengantar anak berlatih.
SURABAYA, SJP - Gelaran Festival Olahraga Masyarakat Daerah (FORDA) II Jawa Timur 2024 yang berlangsung di Kota Surabaya telah sukses menjadi panggung kebugaran dan bakat olahraga masyarakat Jawa Timur.
Diikuti berbagai cabang olahraga, mulai dari senam tradisional hingga panahan, ajang ini menjadi tolok ukur pembinaan olahraga sekaligus seleksi menuju Festival Olahraga Nasional (FORNAS) VIII Lombok 2025.
Namun, dari sekian banyak prestasi yang lahir, salah satu nama yang mencuri perhatian adalah Nanang Rasmawan.
Atlet panahan asal Surabaya ini berhasil menyabet dua gelar sekaligus di cabang olahraga Panahan Tradisional, kategori Barebow Standar dan Barebow Tradisional. Prestasi ini bukan hanya membanggakan, tetapi juga menyimpan cerita menarik di baliknya.
Untuk mengetahui lebih jauh, tim suarajatimpost.com mengunjungi Nanang di Padepokan Panahan Gunung Sari pada Jumat (6/12/2024). Di tengah kesibukannya berlatih, pria ramah ini menyambut kami dengan senyum hangat.
"Awalnya saya cuma ngantar anak untuk latihan panahan," kenang Nanang, membuka cerita. "Lama-lama diajak ikut mencoba, eh, malah keterusan. Alhamdulillah, sekarang malah jadi pemain dan bisa menang," ucapnya.
Nanang bergabung dengan klub panahan BCA Surabaya yang masih tergolong baru. Meski beranggotakan hanya sekitar 10 orang, klub ini berhasil menempatkan dua wakilnya di FORDA II Jatim 2024, termasuk Nanang.
Dalam kompetisi tersebut, Nanang tampil di dua kategori, yaitu Barebow Standar dengan jarak tembak 50 meter secara individu, dan Barebow Tradisional dengan jarak tembak 40 meter dalam format beregu.
"Persiapannya sih sama, baik tradisional maupun standar. Tapi perbedaan jarak dan alat tentu jadi tantangan tersendiri. Untuk Barebow Tradisional, kita harus benar-benar kompak sebagai tim," jelasnya.
Berbicara soal persiapan, Nanang menjelaskan pentingnya konsistensi latihan. Dalam dua bulan menjelang turnamen, ia meningkatkan intensitas latihan untuk mematangkan teknik dan fokus. Namun, ada strategi unik yang ia terapkan menjelang hari H.
"Biasanya, satu atau dua hari sebelum pertandingan, saya berhenti latihan. Itu untuk me-refresh otot sekaligus meningkatkan motivasi. Jadi, saat bertanding, rasanya lebih semangat," ungkapnya.
Nanang percaya bahwa proses latihan adalah kunci keberhasilan. "Proses tidak akan mengkhianati hasil. Kalau kita nggak latihan, ya nggak mungkin bisa menang," ujarnya.
Tak hanya Nanang yang menekuni dunia panahan, anak dari Nanang juga merupakan atlet panahan modern di bawah naungan KONI. Bahkan, sang anaknya meraih juara satu di FORDA I 2023 di Malang dan kini bersekolah di SMA 18 Surabaya melalui jalur prestasi olahraga.
"Anak saya mulai latihan sejak kelas tiga SD. Sekarang dia sudah SMA kelas satu. Jadi, sebenarnya dia duluan yang berprestasi. Saya justru belajar banyak dari semangatnya," kata Nanang dengan bangga.
Bagi Nanang, panahan bukan sekadar olahraga, tetapi juga cara melestarikan budaya. Ia merasa ikut menjaga tradisi yang telah ada sejak zaman nenek moyang.
"Panahan itu asik. Di PERPATRI, kita juga melestarikan budaya. Selain meningkatkan kebugaran, ada nilai-nilai sejarah yang kita bawa," tambahnya.
Cerita Nanang Rasmawan membuktikan bahwa keberhasilan tidak datang begitu saja. Dibutuhkan kerja keras, konsistensi, dan semangat untuk terus belajar. Dari hobi sederhana yang dimulai dengan mengantar anak, Nanang kini menjadi simbol inspirasi bagi banyak orang, terutama di komunitas panahan.
"Saya berharap lebih banyak orang yang tertarik dengan panahan, baik tradisional maupun modern. Ini bukan hanya soal olahraga, tapi juga soal melestarikan warisan budaya," tutupnya penuh harap.
Dengan prestasinya yang gemilang, Nanang Rasmawan tidak hanya membawa pulang dua gelar juara, tetapi juga kebanggaan bagi komunitasnya dan masyarakat Jawa Timur. Sosoknya menjadi bukti bahwa setiap proses, sekecil apa pun, mampu membawa seseorang menuju puncak kesuksesan. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?