Mengenal Musik Daul di Tengah Gempuran Teknologi Digital

Dekorasi hingga alat musik daul telan biaya hingga Rp 70 juta.

07 Dec 2024 - 22:45
Mengenal Musik Daul di Tengah Gempuran Teknologi Digital
Perform salah satu peserta festival musik daul di alun-alun Raden Bagus Assra Ki Ronggo Bondowoso (foto : Yudis/SJP)

BONDOWOSO, SJP – Saat ini lantunan musik modern dengan aransemen digital, sering kali diputar oleh semua kalangan. Bahkan, musik campuran pun juga menjadi idola bagi para pecinta sound horeg.

Fenomena ini sangat miris jika tidak diimbangi dengan upaya melestarikan musik tradisional asli daerah. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin lantunan musik dari alat-alat tradisional akan tergerus oleh canggihnya teknologi.

Untuk menjaga musik tradisional ini tetap eksis di era digitalisasi, para pecinta musik harus bisa memadukannya dengan musik modern. Seperti halnya kolaborasi yang dihadirkan oleh musik daul.

Daul ini merupakan salah satu musik tradisional yang asalnya dari pulau garam Madura, yang memadukan musik perkusi tradisional, modern, dan seni dekorasi. Pun dengan alatnya, yang menggunakan barang bekas dan alat musik tradisional.

Musik yang disajikan juga tidak lagi monoton. Mulai dari selawatan yang diiringi dengan musik perkusi, ada pula lagu-lagu modern yang disajikan dengan kompak oleh pemusik. 

Mereka pun dengan semangat ikut menyumbangkan suara emasnya, bak paduan suara, sembari menabuh alat musik daul. Seperti, gendang, rebana, saron, angklung, tong-tong, dug-dug, dung-dung, kenong dan peking.

Berbagai alat musik ini ditabuh beriringan, seirama dan enak didengar. Atraksi musik daul juga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Utamanya dekorasi yang menyerupai kepala naga atau lainnya dengan kombinasi lampu warna-warni.

Ketua kelompok kesenian musik daul asal Kelurahan Sekarputih, Kabupaten Bondowoso yang menamakan diri Potrah Agewek, Dian Akwamare mengatakan, di tengah gempuran teknologi digital kelompoknya tetap bertahan lantaran lebih menyukai kesenian tradisional. 

"Kami terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman saat ini. Contohnya mungkin dari dekorasi penerangannya, yang awalnya menggunakan lampu biasa sekarang sudah menggunakan lampu led," jelasnya, saat mengikuti festival daul dan kentongan yang juga dilaksanakan memeriahkan pekan Hakordia, di Alun-alun Raden Bagus Assra Ki Ronggo, Sabtu (7/12/2024) malam.

"Bahkan, kita terus melakukan tambahan dekorasi dan disesuaikan dengan yang disukai oleh anak muda sekarang. Bahkan, kita kolaborasikan dengan lagi-lagu terkini," imbuh dia.

Meskipun kesenian musik daul ini bisa dikatakan sebagai kesenian tradisional, untuk memperindah dekorasinya yang bisa memanjakan mata para penontonnya, menghabiskan hingga puluhan juta rupiah.

"Kita tidak sekaligus membuat dekorasi ini, pelan-pelan dari hasil ngamen kita. Kalau di kira-kira, untuk dekorasi dan alat musiknya, kita sudah menghabiskan kurang lebih Rp 70 juta," ungkap A'ang sapaan akrabnya. 

Untuk menciptakan alunan musik perkusi yang memanjakan telinga pendengarnya, setiap kelompok musik daul memiliki 20 personel sebagai penabuh perkusinya. 

Sedangkan, sekali tampil atau disewa untuk memberikan hiburan lantunan musik perkusi kepada masyarakat, kelompok kesenian Potrah Agewek mematok harga yang lumayan terjangkau untuk sebuah pertunjukan kesenian tradisional asal pulau garam ini. 

"Jika dekat itu Rp 3,5 juta, kalau jauh maksimal Rp 5 juta," jelas A'ang. 

Musik daul masih diminati oleh masyarakat Bondowoso. Hal itu terlihat antusias warga yang menyaksikan festival daul dan kentongan.

Antusias warga Bondowoso sudah terlihat, bahkan sebelum acara musik daul dimulai. Warga terlihat sudah duduk di trotoar sepanjang rute yang akan dilewati oleh iring-iringan musik daul tersebut. 

Seperti yang dikatakan oleh warga Kelurahan Tamansari yang mengaku bernama Wahyudi. Dirinya rela duduk di trotoar tanpa menggunakan alas, hanya untuk menantikan musik daul yang diinisiasi oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bondowoso dalam rangka mengedukasi masyarakat untuk memggempur peredaran rokok ilegal. 

"Mumpung malam minggu juga mas, kita disini sekalian kumpul-kumpul dengan teman untuk menikmati musik perkusi yang ditabuh oleh personel-personel kelompok musik daul," pungkasnya. (*)

Editor : Rizqi Ardian
 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow