Mengaji Tanpa Batas: Program ‘Sobat Disabilitas Tuli Mengaji’ Wujudkan Inklusi di Jawa Timur
Pemprov Jatim melalui Dinsos memiliki program rutin bernama 'Sobat Disabilitas Tuli Mengaji' untuk membantu penyandang disabilitas tuli membaca Al-Qur'an dengan metode khusus, mendukung inklusi dan rehabilitasi sosial.
SURABAYA, SJP - Dalam setiap ajaran agama, akses untuk beribadah dan mendalami kitab suci adalah hak mendasar bagi setiap umat, terlepas dari kemampuan fisik yang dimiliki.
Namun, bagi mereka yang memiliki keterbatasan pendengaran, menjalankan ibadah seperti membaca Al-Qur'an bisa menjadi tantangan tersendiri. Tidak jarang, para penyandang disabilitas tuli merasa terpinggirkan dalam kegiatan keagamaan karena kendala komunikasi yang dihadapi.
Untuk menjembatani kesenjangan ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Sosial (Dinsos) bersama dengan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), berkolaborasi dalam sebuah program rutin bernama ‘Sobat Disabilitas Tuli Mengaji’.
Program ini ditujukan untuk membantu para penyandang disabilitas tuli untuk tetap mendapatkan akses belajar, membaca dan memahami Al-Qur'an melalui metode khusus yang dirancang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kepala Dinas Sosial Jawa Timur, Restu Novi Widiani, menyampaikan bahwa program ini adalah salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas.
Menurutnya, para disabilitas tuli membutuhkan metode pengajaran yang berbeda, seperti halnya para penyandang tunanetra yang menggunakan Al-Qur'an dengan huruf Braille.
"Kami melihat semakin banyak orang-orang di Jawa Timur yang memerlukan pemberdayaan, salah satunya mereka yang memiliki keterbatasan pendengaran," jelas Novi saat dikonfirmasi, Jumat (11/10/2024).
"Ketika mengaji, mereka kesulitan melafalkan bacaan Al-Qur'an dengan baik dan benar, sehingga perlu metode khusus," sambungnya.
Program ini dilaksanakan rutin di Masjid Al-Ikhwan, kantor Dinsos Jatim di Surabaya, dan UPT Rehabilitasi Sosial Bina Rungu Wicara (RSBRW) Pasuruan setiap Kamis dan Minggu. Program ini tak hanya memberikan pelajaran membaca Al-Qur'an, namun juga mencakup rehabilitasi sosial dan upaya pemberdayaan ekonomi bagi para peserta.
"Kami berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi saudara-saudara kita, khususnya disabilitas rungu wicara, dengan memberikan kesempatan yang sama dan fasilitas yang layak," tambah Novi.
Tidak hanya mengandalkan tenaga pengajar dari Dinsos, program ini juga bekerja sama dengan Gerkatin dan Baznas Jatim untuk memberikan dukungan penuh bagi para peserta.
Ketua Gerkatin Jawa Timur, Maskurun Yuyun, yang juga penyandang disabilitas tuli, berharap kegiatan ini dapat memberikan bekal spiritual dan mendorong inklusi lebih luas bagi komunitas tuli di Indonesia.
"Saya berharap semua masyarakat bisa memperhatikan tuli, apalagi para disabilitas tuli itu banyak yang belum tahu tentang Islam, belum tahu bagaimana caranya belajar mengaji," ujar Yuyun menggunakan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh anaknya, Faiz.
Selain itu, Yuyun juga berbagi pengalaman bagaimana ia turut serta dalam penyusunan Mushaf Al-Qur'an Bahasa Isyarat yang saat ini sudah digunakan di program Sobat Disabilitas Tuli Mengaji.
Mushaf ini dikembangkan bersama tim dari Kementerian Agama dan menjadi tonggak penting dalam upaya memberikan akses kitab suci kepada penyandang disabilitas tuli.
"Proses penyusunan Mushaf Al-Qur'an Bahasa Isyarat memakan waktu sekitar empat tahun, dan sekarang sudah mulai digunakan di beberapa tempat termasuk di sini, di Dinsos Jatim," ungkap Yuyun.
Ia juga menambahkan bahwa jumlah mushaf yang tercetak masih terbatas karena tebalnya kitab tersebut. Untuk itu, Gerkatin terus bekerja sama dengan Dinsos dan Baznas Jatim untuk memperluas distribusinya agar semakin banyak penyandang tuli yang bisa mengakses kitab suci ini.
Program ‘Sobat Disabilitas Tuli Mengaji’ kini telah berlangsung secara rutin, dengan sesi pembelajaran diadakan setiap Kamis pukul 13.00 hingga selesai, serta setiap Minggu pukul 09.00 pagi.
Kegiatan ini terbuka untuk umum dan tanpa biaya, sehingga siapa pun yang memiliki keterbatasan pendengaran dapat ikut serta tanpa harus khawatir tentang biaya pendidikan.
"Kegiatannya terbuka untuk umum ya, jadi tanpa biaya apapun. Cukup datang saja, mereka bisa belajar membaca Al-Qur'an dengan bahasa isyarat," tutup Yuyun. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?