Manfaatkan Metode Heat Treatment, Profesor ITS Gagas Pengendalian Bio-Korosi pada Bangunan Laut

pengendalian bio-korosi dapat dilakukan dengan memperbaiki sifat mekanik material, salah satu metodenya adalah dengan proses perlakuan panas (heat treatment).

28 Mar 2024 - 20:30
Manfaatkan Metode Heat Treatment, Profesor ITS Gagas Pengendalian Bio-Korosi pada Bangunan Laut
Guru besar ITS, Prof Herman Pratikno ST MT PhD bersama peralatan percobaan material heat treatment (Dok. Humas ITS/SJP)

Surabaya, SJP - Bio-korosi merupakan salah satu ancaman terbesar bagi bangunan pantai dan lepas pantai akibat struktur yang terus-menerus berinteraksi secara langsung dengan air laut.

Mengangkat permasalahan tersebut, guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Herman Pratikno ST MT PhD menggagas pengendalian bio-korosi pada bangunan laut dengan perbaikan material melalui metode Heat Treatment.

Herman menjelaskan bahwa bangunan pantai dan lepas pantai umumnya terbuat dari logam sehingga rentan terhadap korosi akibat menempelnya mikroorganisme di struktur tersebut, atau bisa disebut dengan bio-korosi.

“Oleh sebab itu, untuk mencegah kerusakan struktur diperlukan cara untuk mengendalikan bio-korosi,” terang Herman, Kamis (28/3/2024).

Profesor ke-199 ITS ini menyebut jika pengendalian bio-korosi dapat dilakukan dengan memperbaiki sifat mekanik material, salah satu metodenya adalah dengan proses perlakuan panas (heat treatment).

Heat treatment bertujuan untuk mengubah sifat logam melalui proses pemanasan, sehingga menghasilkan sifat dan kekerasan logam yang diinginkan.

"Kemudian dilakukan uji korosi dengan air laut buatan untuk mengukur laju korosi tiap material,” imbuhnya.

Penelitian ini telah ia sampaikan sebelumnya dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor ITS, dan kali ini Herman telah melakukan 4 pengujian heat treatment.

Uji pertama dilakukan dengan perlakuan panas hardening dengan suhu 845 derajat celcius yang mana logam dipanaskan dalam waktu 15 menit, lalu dilakukan pendinginan cepat dengan media air hingga logam mengeras dengan suhu dan waktu yang sama, kemudian dilakukan perlakuan panas normalizing. 

“Yang membedakannya hanya pendinginannya dengan udara bebas di luar dapur pemanas,” ungkapnya.

Herman yang juga seorang Kepala Departemen Teknik Kelautan ITS itu melanjutkan, perlakuan panas pada sampel ketiga dilakukan dengan full anealling, yakni logam didinginkan dengan udara bebas di dalam dapur pemanas. 

Di pengujian terakhir, perlakuan panas austempering dengan suhu dan waktu yang sama, logam dipanaskan kemudian dilakukan pendinginan dengan salt balt bersuhu 300 derajat celcius dalam waktu 60 menit.

Dari keempat metode perlakuan panas tersebut, didapatkan tingkat kekerasan material dari yang tertinggi ke terendah secara berurutan adalah hardening, austempering, normalizing, dan full anealling.

Kemudian dilakukan uji korosi menggunakan air laut buatan dengan salinitas 3,5 persen serta ditambahkan pula salah satu jenis alga.

“Ditambahkan Chlorella vulgaris yang bertujuan untuk menilai laju korosi material,” beber profesor ke-9 Departemen Teknik Kelautan ITS ini.

Hasil pun menunjukkan jika dari empat sampel logam yang telah diberikan perlakuan panas, logam hasil pemanasan full anealling memberikan hasil yang signifikan baik, dimana laju korosi logam dengan perlakuan panas tersebut mengalami penurunan sebesar 46,58 persen.

“Hasil ini pun jauh lebih baik dibandingkan dengan uji korosi logam tanpa menggunakan alga,” tutur Herman.

Melalui hasil penelitiannya yang memuaskan tersebut, lelaki yang dikukuhkan menjadi profesor bersamaan dengan istrinya ini mengharapkan, agar perbaikan material dengan perlakuan panas dapat menjadi alternatif dalam menghambat terjadinya bio-korosi. 

“Dengan ini, masa pakai struktur pun dapat diperpanjang dan bisa lebih mendukung bidang kemaritiman nasional,” pungkasnya. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow