Lonjakan Anak Terpapar Judi Online: Komnas PA Surabaya Panggil Peran Orang Tua
Lonjakan 300% anak terpapar judi online jadi alarm bagi orang tua. Komnas PA Surabaya menyerukan pengawasan dan edukasi ketat untuk melindungi anak dari bahaya konten digital berisiko.
SURABAYA, SJP - Peran orang tua dalam mengawasi anak-anak kini semakin krusial seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi digital. Di tengah akses internet yang makin luas dan mudah, anak-anak menjadi rentan terhadap berbagai konten negatif, termasuk judi online yang kian marak.
Tanpa pengawasan dan arahan yang tepat dari orang tua, anak bisa mudah terjerumus ke dalam aktivitas yang berisiko, salah satunya perjudian online, atau yang sering disebut "judol".
Menurut data terbaru dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), jumlah anak-anak yang terpapar judi online di Indonesia meningkat drastis hingga 300 persen pada tahun ini.
Tercatat lebih dari 197.000 anak terjerat aktivitas ilegal ini, yang tidak hanya berdampak pada kesehatan mental mereka, tetapi juga mempengaruhi kehidupan sosial dan masa depan mereka.
Menanggapi data tersebut, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Kota Surabaya melihat lonjakan ini sebagai sinyal bahaya yang harus direspons serius oleh masyarakat, terutama orang tua.
Ketua Komnas PA Surabaya, Syaiful Bahri, menegaskan pentingnya keterlibatan aktif orang tua dalam mengawasi anak, terutama dalam hal akses internet.
“Orang tua harus mampu mengontrol penggunaan internet pada anak-anaknya, tidak hanya membatasi durasi tapi juga jenis konten yang diakses,” ujar Syaiful saat dikonfirmasi pada Sabtu, (16/11/2024).
"Akses tanpa batas sering kali membuat anak-anak lebih mudah tergoda oleh iklan atau situs-situs judi yang bertebaran di internet,” tambahnya.
Selain pengawasan langsung, Syaiful juga menyoroti peran orang tua dalam mendidik anak tentang bahaya dunia digital, khususnya risiko terkait judi online.
Menurutnya, pemahaman tentang risiko ini perlu dimulai sejak dini, agar anak-anak bisa lebih kritis dalam memilah konten digital.
“Pendidikan ini bukan hanya tanggung jawab sekolah atau pemerintah, tapi terutama orang tua. Kita butuh kerja sama keluarga dalam mendidik anak-anak agar lebih bijak dan aman dalam menggunakan internet,” lanjutnya.
Syaiful juga menyarankan agar para orang tua di Surabaya lebih proaktif dalam mencari informasi dan cara-cara pencegahan, seperti mengikuti seminar atau pelatihan literasi digital. Dengan cara ini, mereka bisa lebih memahami risiko dan tahu langkah-langkah yang tepat untuk mengawal anak di dunia maya.
“Sebagai orang tua, kita tidak bisa lagi abai terhadap aktivitas digital anak-anak kita. Tanpa pengawasan dan pemahaman, risikonya bisa sangat besar bagi anak-anak, baik dari sisi ekonomi maupun psikologis,” katanya.
Komnas PA Surabaya pun secara rutin mengadakan sosialisasi ke berbagai sekolah dan komunitas untuk mendorong keluarga agar lebih peka terhadap ancaman ini. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?