Membanggakan, Karya Anak Bangsa Siswa LAC Tampil di Museum Polandia

Dua siswa Lotus Art Courses, Richmond J. Samuelson dan Anggita Rastriary DN, lolos pameran seni internasional di Polandia, membawa kebanggaan bagi Indonesia di kancah global.

12 Nov 2024 - 21:30
Membanggakan, Karya Anak Bangsa Siswa LAC Tampil di Museum Polandia
I Putu Mahendra menyerahkan sertifikat penghargaan kepada Richmond J. Samuelson dan Anggita Rastriary DN atas prestasi di pameran seni internasional Polandia. (Ryan/SJP)

SURABAYA, SJP - Anak-anak dan seni lukis memiliki ikatan yang begitu erat, lebih dari sekadar aktivitas menggambar atau mewarnai. Bagi banyak anak, seni bukan hanya ekspresi visual, melainkan juga ruang bagi imajinasi tanpa batas, tempat mereka bebas mencurahkan mimpi, ide, dan ketertarikan yang tak selalu mereka temui dalam keseharian. 

Seni lukis memberi anak kesempatan memahami dan menafsirkan dunia di sekitar mereka, termasuk hal-hal yang mungkin belum mereka alami secara langsung. Seperti kehidupan di museum atau benda-benda sejarah. Pengalaman ini menjadi lebih mendalam ketika karya-karya mereka diapresiasi di panggung internasional, memberi mereka kepercayaan diri sekaligus membawa nama bangsa.

Di Surabaya, dua siswa Lotus Art Courses (LAC) berhasil membanggakan Indonesia dengan lolos sebagai peserta pameran dalam ajang bergengsi internasional, 45th International Fine Arts Competition for Children and Youth "My Adventure in the Museum" di Polandia. 

Ajang ini telah menampilkan karya-karya terbaik dari seluruh dunia dalam pameran yang berlangsung di Muzeum Okręgowe w Toruniu. Dari 229 karya terpilih, dua siswa Indonesia, Richmond J. Samuelson dan Anggita Rastriary DN, mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi.

Dalam wawancara pada Selasa (12/11/2024) di Lotus Art Space, Surabaya, I Putu Mahendra, pendiri sekaligus pengajar di LAC, mengungkapkan kebanggaannya atas capaian ini. 

“Memang untuk juara belum ada siswa kita yang berhasil, tapi lolosnya dua siswa sebagai peserta pameran sudah menjadi pencapaian luar biasa. Mereka berhasil membawa karya yang diapresiasi di tingkat dunia, sesuatu yang tentu membanggakan bagi kami di Lotus Art Courses,” tutur Putu.

Putu juga menyoroti betapa pengalaman ini mengajarkan anak-anak untuk melihat seni sebagai ruang eksplorasi dan apresiasi budaya. 

“Tema museum memberi anak kesempatan memahami sejarah dan memperluas pandangan mereka, tentang bagaimana seni bisa menjadi jendela ke masa lalu, sambil tetap menginspirasi masa depan mereka,” tambahnya.

Putu menambahkan bahwa dukungan orang tua memainkan peran penting dalam perkembangan minat anak. 

“Melalui dukungan ini, anak-anak bukan hanya belajar menggambar, tetapi juga belajar menekuni passion mereka. Seni melatih mereka untuk berfokus dan kreatif dalam mengekspresikan diri,” ungkapnya.

Anggita Rastriary, salah seorang siswa yang lolos ke pameran, membagi kisah di balik karyanya yang mengangkat suasana di museum dinosaurus. Menurut Anggita, 

“Tema tentang museum menarik karena sekarang orang jarang melihat langsung dinosaurus. Saya menggambar orang dari berbagai usia yang menikmati fosil dinosaurus,” ujarnya sambil bercerita tentang ketertarikannya pada binatang prasejarah. 

Bagi Anggita, pilihan ini unik dan menyenangkan karena ia dapat menciptakan dunia imajiner yang penuh antusiasme. Namun, perjalanan menuju prestasi ini bukan tanpa tantangan. 

“Kendalanya ada di waktu,” jelas Anggita.

Bertepatan dengan jadwal Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) di sekolah, Anggita harus membagi waktu antara kegiatan sekolah dan proses kreatifnya. 

"Ini lomba internasional yang saingannya juga banyak. Saya berharap karya-karya ini bisa menjadi bekal buat masa depan saya," tambahnya, dengan harapan agar prestasi ini bisa menunjang rencana melanjutkan pendidikan di tingkat SMA.

Di sisi lain, Richmond J. Samuelson menampilkan karya bertema museum mobil klasik. Dengan antusias, ia menggambarkan kendaraan seperti mobil kuno, pesawat, dan tank dalam karyanya.

Bagi Richmond, museum bukan sekadar tempat benda mati, tapi ruang untuk menghidupkan kecintaannya pada mobil. 

“Saya suka mobil-mobilan, ini inspirasi dari hobi saya, waktu besar mau jadi pembalap,” ucap Richmond dengan lugu.

Capaian Richmond dan Anggita bukan hanya bukti dari ketekunan dan dukungan orang tua, tetapi juga bentuk kepercayaan diri yang terus tumbuh. Mereka membuktikan bahwa usia muda bukan penghalang untuk berprestasi di kancah internasional. (*)

Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow