Keluarga Pasien Kritis di Malang, Bantah Penjelasan RS Hermina Malang

Salah satu kerabat korban sempat meminta pihak RS untuk sekedar memeriksa kondisi korban meski di tempat duduk atau di bentor, namun ditolak dengan alasan tidak ada bed karena pihak RS mengatakan pemeriksaan harus dilakukan di bed

12 Mar 2024 - 10:15
Keluarga Pasien Kritis di Malang, Bantah Penjelasan RS Hermina Malang
Elia Widiyana Putri, saat menunjukkan foto almarhum Wahyu Widiyanto. (Toski/SJP).

Kota Malang, SJP - Keluarga Wahyu Widiyanto (63), pasien kritis yang ditolak oleh RS Hermina Malang membantah penjelasan RS yang berada di Jalan Tangkuban Parahu tersebut.

Pasalnya, pasien kritis yang merupakan seorang anggota Linmas, warga Jalan Bareng Tenes, Kota Malang tersebut diantar dengan menggunakan becak motor (bentor).

Salah satu anak korban Elia Widiyana Putri, saat ditemui awak media di rumah duka menceritakan awal mula penolakan yang dilakukan pihak RS Hermina Malang.

"Ayah saya memang tengah sakit jantung dan gula darah atau diabetes. Ayah dilarikan ke RS Hermina setelah dokter puskesmas menyampaikan bahwa kondisi ayahnya melemah," katanya, Senin (12/3/2024).

Mendapat kabar tersebut, lanjut Elia, dirinya bersama adik, kakak dan beberapa anggota keluarganya mengantar ayahnya ke RS Hermina dengan menggunakan bentor.

Setelah tiba di RS Hermina pihak RS menolak menerima pasien dengan alasan bahwa bed sudah penuh.

"Saat itu sekitar pukul 18.30, ayah kami bawa ke RS Hermina, setibanya disana (RS Hermina), pihak RS bilangnya gak ada bed, saya sampai dikasih tahu. Kalau gak percaya ayo ikut aku, dibukain semua slambu- slambu, semua ada pasiennya," jelasnya.

Mengetahui hal tersebut, Adik ipar Elia sempat meminta pihak RS untuk sekedar memeriksa kondisi ayahnya meski di tempat duduk atau di bentor, namun ditolak dengan alasan tidak ada bed. Sebab pemeriksaan harus dilakukan di bed.

"Adik ipar saya minta tolong dicek sambil duduk aja. Tetap gak bisa, harus di bed. Di sana debat sampai hampir setengah jam. Kan kami hanya minta cek aja, tapi sana ngotot gak ada bed. Kondisinya kritis lo,” terangnya.

Bahkan, pihak RS Hermina meminta mereka untuk mencari rumah sakit lain. Namun saat dimintai bantuan ambulans, pihak Elia menilai bahwa pihak RS tak sigap dan terlalu berbelit. Elia harus mengisi berkas-berkas, sementara ayahnya sedang kritis.

"Saat minta bantuan ambulan ya ribet, diminta ngisi-ngisi surat-surat gitu. Ya udah akhirnya kami putuskan bawa pakai bentor aja," ujarnya.

Ketika akan dibawa dengan menggunakan bentor, Elia menjelaskan, datang ambulans relawan yang mengantar pasien, dan diperbolehkan masuk serta mendapat perawatan di RS Hermina itu.

"Kan aneh, jadi pasien yang dari ambulans itu boleh masuk dan kami yang datang lebih dulu katanya tak ada bed," tanyanya.

Setelah menurunkan pasien, ambulans relawan itu kemudian membantu mengantar korban ke RSSA Malang.

Di perjalanan, relawan ambulans juga sempat memberikan pertolongan dengan mengecek dan memberikan oksigen ke ayah Elia.

Sesampainya di RSSA Malang, ada dokter yang langsung mengecek kondisi ayah Elia yang masih ada di ambulans, namun ayah Elia ternyata sudah meninggal dunia.

Alhasil, almarhum langsung diantar ke rumah duka.

"Saya pribadi sedikit sakit hati dengan pihak RS Hermina, soalnya orang tua sampai kritis gitu, napas aja susah, di bentor gak gerak, nadinya lemah. Kami minta tolong baik-baik untuk sekedar ngecek aja gak bisa," tukasnya.(*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow