Inflasi di Jawa Timur November 2024: Sumenep Tertinggi, Kota Kediri Terendah
Sumenep mencatat inflasi tertinggi di Jawa Timur November 2024 sebesar 2,15 persen, sementara Kota Kediri terendah dengan 0,78 persen. Perawatan pribadi menjadi penyumbang kenaikan harga tertinggi hingga 7,05 persen.
SURABAYA , SJP - Perekonomian Jawa Timur kembali menunjukkan dinamika yang menarik di bulan November 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur merilis data terbaru yang mencatat inflasi year-on-year (y-on-y) sebesar 1,41 persen. Sumenep menjadi daerah dengan inflasi tertinggi mencapai 2,15 persen, sedangkan Kota Kediri mencatat inflasi terendah sebesar 0,78 persen.
Dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik (BRS) yang digelar Lt.2, Ruang Vicon, Kantor BPS Provinsi Jawa Timur, Kepala BPS Jawa Timur, Zulkipli menjelaskan, inflasi ini dipengaruhi oleh kenaikan harga di berbagai kelompok pengeluaran.
"Inflasi November 2024 di Jawa Timur sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok perawatan pribadi yang mengalami kenaikan signifikan hingga 7,05 persen," ujar Zulkipli, Senin (2/12/2024).
Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur bulan November 2024 tercatat sebesar 106,62. Kenaikan harga di beberapa kelompok pengeluaran utama menjadi pendorong inflasi. Selain kelompok makanan, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran juga mencatat kenaikan yang cukup tinggi sebesar 1,92 persen.
"Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi di sektor jasa dan pariwisata. Namun, beberapa kelompok seperti transportasi dan komunikasi justru mengalami penurunan indeks, yang perlu menjadi perhatian," lanjut Zulkipli.
Di sisi lain, inflasi month-to-month (m-to-m) pada November 2024 tercatat sebesar 0,24 persen, sedangkan inflasi year-to-date (y-to-d) sejak Januari hingga November 2024 mencapai 1,04 persen.
Sumenep menjadi daerah dengan inflasi tertinggi di Jawa Timur sebesar 2,15 persen, didorong oleh kenaikan harga pada kelompok makanan dan minuman. Sementara itu, Kota Kediri mencatat inflasi terendah hanya 0,78 persen.
"Kondisi ini mencerminkan perbedaan dinamika ekonomi di setiap daerah di Jawa Timur, baik dari sisi konsumsi maupun distribusi," ungkap Zulkipli.
Inflasi yang moderat ini memiliki dampak yang beragam bagi masyarakat dan pelaku usaha. Di satu sisi, kenaikan harga pada sektor jasa dan rekreasi menunjukkan adanya pergerakan ekonomi yang lebih aktif. Namun, tekanan harga pada kelompok perawatan pribadi menjadi beban tersendiri bagi rumah tangga dengan pendapatan tetap.
"Pemerintah daerah perlu memastikan distribusi bahan pokok berjalan lancar, terutama untuk daerah-daerah dengan tingkat inflasi tinggi seperti Sumenep. Selain itu, efisiensi di sektor transportasi dan komunikasi juga harus diperbaiki untuk menekan biaya logistik," ujarnya.
Dengan tingkat inflasi yang tetap terkendali, Zulkipli mengatakan bahwa Jawa Timur berada pada jalur yang baik untuk menjaga stabilitas ekonomi. Namun, kerja sama yang lebih erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat diperlukan untuk mengatasi tantangan yang muncul, terutama di sektor-sektor yang menjadi pemicu inflasi.
"Data ini menjadi refleksi penting bagi kita semua, bahwa stabilitas harga harus tetap menjadi prioritas dalam menjaga kesejahteraan masyarakat," pungkas Zulkipli. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?