1 Miliar Dosis Vaksin AstraZeneca Bisa Diproduksi Dalam 50 Hari
AstraZeneca, salah satu vaksin untuk virus Covid-19 pada tahun ini sudah bisa diproduksi sebanyak 1 miliar dosis dalam kurun waktu 50 hari, hal tersebut dijelaskan oleh Dr. Carina Citra Dewi Joe dalam orasinya di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS).
Surabaya, SJP - AstraZeneca, salah satu vaksin untuk virus Covid-19 pada tahun ini sudah bisa diproduksi sebanyak 1 miliar dosis dalam kurun waktu 50 hari, hal tersebut dijelaskan oleh Dr. Carina Citra Dewi Joe dalam orasinya di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS).
"AstraZeneca dikembangkan dalam kurun waktu 354 hari, dan tahun lalu kami sudah bisa memproduksi vaksin kurang lebih satu miliar dosis dalam waktu 50 hari dan akan terus kami kembangkan," jelas Carina, salah satu ilmuwan Indonesia yang terlibat dalam pembuatan vaksin dari Tim Oxford AstraZeneca.
Dalam orasinya, Carina menjelaskan bahwa di hari kelulusan mahasiswa memang merupakan akhir dari studi mereka di kampus, namun studi dalam kehidupan masihl panjang, seperti proses pengembangan vaksin AstraZeneca yang juga terus berjalan.
"Pencapaian pembuatan 1 miliar dosis AstraZeneca dalam waktu 50 hari juga bisa diwujudkan karena adanya jalinan kerja sama dan dukungan pendanaan dari CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovation) untuk mencegah terjadinya wabah virus di masa mendatang," ungkap Carina.
Carina berkesempatan hadir ke acara wisuda di Ballroom Hall, Kampus Pakuwon City, UKWMS (16/9/2023) sebagai pembuka. Tidak hanya berorasi, Carina juga mengadakan konferensi pers bersama dengan Erlyn Erawan, Psy.D dari Kantor Urusan Internasional UKWMS untuk belajar bersama mengenai vaksin AstraZeneca lebih dalam.
"Saya mewakili UKWMS mengucapkan terimakasih untuk media dan Dr. Carina yang sudah datang dari Jakarta untuk memberikan orasi ilmiah kepada wisudawan kami," ucap Erlyn saat pembukaan konferensi pers.
Erlyn menjelaskan bahwa UKWMS memiliki visi dan misi untuk menjadikan lulusan UKWMS memiliki kesamaan seperti sepak terjang dari Carina yang bisa berkarya demi masyarakat agar bisa membentuk bangsa yang lebih baik.
"Kampus kita juga memiliki slogan yakni 'live improving University', yang memiliki 3 nilai yaitu Peduli, Komitmen dan Antusiasme. Cerita perjuangan Carina dalam membuat vaksin AstraZeneca merupakan contoh nyata mengenai apa yang kami ingin tanamkan ke mahasiswa UKWMS," lanjut Erlyn.
Dalam konferensi pers, Carina menjelaskan pembuatan vaksin AstraZeneca menggunakan virus Adeno (virus flu biasa) yang penyebaranya ada di primata simpanse dan tidak berbahaya bagi manusia karena tidak bisa melakukan replikasi di tubuh manusia.
"Dalam pembuatan AstraZeneca, kami tidak menggunakan virus Covid namun menggunakan Adeno virus atau virus flu biasa yang disispkan gen dari virus Covid. Efek sampingnya mungkin mengakibatkan flu, namun itu tanda bahwa vaksin bekerja di dalam tubuh dan memancing efek imunitas," lanjut Carina.
Carina menuturkan bahwa ketakutan masyarakat akan vaksin salah satunya diakibatkan oleh banyaknya hoax yang berbedar di tengah masyarakat. Padahal setiap vaksin yang sudah disetujui oleh badan kesehatan dunia (WHO) itu sudah terjamin keamanannya.
"Sebagai ilmuwan saya tidak memiliki hak untuk memaksakan pemberian vaksin kepada seseorang. Namun sebagai ilmuwan, saya merasa memiliki kewajiban untuk terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya vaksin," ucap Carina kepada suarajatimpost.com.
Dalam penutupan konferensi pers, Carina berharap semua teman-teman mahasiswa di manapun bisa seperti AstraZeneca, meski ada yang tidak percaya, namun tetap tidak pernah berhenti untuk berkembang dan memberi kontribusi bagi masyarakat dengan kemampuan serta pengetahuan masing-masing. (*)
Editor : Queen Ve
What's Your Reaction?