Hormati Suku Tengger Rayakan Nyepi, Ini Penampakan Akses Gunung Bromo yang Ditutup Sementara

Meskipun Hari Raya Nyepi kali ini bertepatan dengan awal Ramadan, umat Islam tetap diperbolehkan melaksanakan salat tarawih tanpa pengeras suara.

11 Mar 2024 - 11:45
Hormati Suku Tengger Rayakan Nyepi, Ini Penampakan Akses Gunung Bromo yang Ditutup Sementara
Penutupan akses menuju Gunung Bromo yang ditutup sementara oleh aparat dan masyarakat setempat untuk perayaan Nyepi (Polsek Sukapura/SJP)

Kabupaten Probolinggo, SJP - Saat ini, umat Hindu Suku Tengger yang tinggal di lereng Gunung Bromo, di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sedang merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946. 

Untuk menjaga kesakralan ritual ini, akses ke Gunung Bromo ditutup sementara. 

Penutupan dimulai dari Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura, pada Senin (11/3/2024) dini hari pukul 00.01 WIB dan akan dibuka kembali pada Selasa (12/3/2024) pagi sekitar pukul 06.00 WIB. 

Akses jalan ditutup dengan barier dan dijaga oleh petugas gabungan TNI, Polri, dan pasukan jaga baya dari Suku Tengger.

Selama Hari Raya Nyepi, pasukan jaga baya berpatroli di perkampungan Tengger untuk memastikan penyelenggaraan catur brata penyepian berjalan dengan khidmat. 

Umat Hindu Suku Tengger mengikuti aturan catur brata penyepian, yaitu amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak beraktivitas), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang). 

Mereka juga berpuasa di dalam rumah selama Nyepi.

Mulyono, Sekretaris Desa Jetak, Kecamatan Sukapura, menjelaskan bahwa penutupan akses masuk bertujuan untuk memberikan ketenangan kepada masyarakat Suku Tengger, yang sedang menjalani catur brata penyepian. 

Meskipun sosialisasi penutupan akses ke Gunung Bromo selama Nyepi telah dilakukan sejak jauh-jauh hari, masih ada wisatawan mancanegara dan domestik yang berencana berkunjung. 

Mereka akhirnya diarahkan oleh petugas untuk bertahan di area parkir yang telah disiapkan hingga akses kembali dibuka pada Selasa pagi.

Sementara itu, Johan salah satu pengunjung asal Surabaya merespons positif pelaksanaan catur brata penyepian. 

Baginya, Nyepi adalah hari yang istimewa di mana bisa merenung tanpa beraktivitas dan hanya berada di dalam rumah. 

Dia menganggap ini sebagai cara yang spesial untuk merayakan hari tersebut. 

Meskipun Hari Raya Nyepi kali ini bertepatan dengan awal Ramadan, umat Islam tetap diperbolehkan melaksanakan salat tarawih tanpa pengeras suara.

Dengan adanya perayaan Nyepi dan catur brata penyepian, masyarakat Suku Tengger menunjukkan kekayaan budaya dan tradisi yang mereka lestarikan.

Hal ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang keberagaman budaya di Indonesia. (*)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow