GNI dan Museum Dr. Soetomo, Napak Tilas Perjuangan Kemerdekaan di Surabaya
Gedung Nasional Indonesia dan Museum Dr. Soetomo di Surabaya menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan, menginspirasi generasi penerus melalui sejarah pergerakan bangsa.
SURABAYA, SJP - Di pusat Kota Surabaya, tepatnya di Jalan Bubutan No. 85-87, terdapat bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebuah pendopo yang dahulu menjadi pusat aktivitas seorang tokoh besar dalam sejarah kebangkitan nasional, bangunan tersebut ialah Gedung Nasional Indonesia (GNI).
Bangunan monumental itu didirikan oleh Pahlawan Indonesia yaitu, Dr. Soetomo. GNI awalnya dirancang sebagai tempat aman bagi para tokoh pergerakan nasional untuk berkumpul dan berdiskusi, jauh dari pengawasan pemerintah kolonial Belanda.
Dinar Kautshar Ramadhona Lyons, Kepala UPTD Museum dan Gedung Seni Budaya Disbudpar Surabaya, menjelaskan, pada masa itu, tokoh-tokoh pergerakan sering menyewa bioskop atau aula untuk rapat, namun sering kali rencana mereka digagalkan oleh Belanda meski tempat tersebut sudah dibayar di muka.
“Para bapak pergerakan sering kali harus mencari cara agar bisa berkumpul, namun Belanda kerap menggagalkan upaya tersebut. Dari sanalah muncul inisiatif Dr. Soetomo dan rekan-rekannya untuk mendirikan pusat kegiatan pergerakan," jelas Dinar, Minggu (17/11/2024).
Ide itu didukung oleh empat kawan Dr. Soetomo, yang di antaranya adalah R.M.H Soejono, R. Soendjoto, R.P Soenario Gondokoesoemo dan Achmad Jais, yang mana mereka tergabung dalam perkumpulan Indonesische Studiclub (IS). Akhirnya Pada 21 Juni 1930, GNI mulai dibangun.
"Banyak yang mengira GNI adalah rumah pribadi Dr. Soetomo, padahal sebenarnya ini markas perjuangan yang dulu menjadi pusat gerakan, yang akhirnya juga menjadi tempat Partai Indonesia Raya (Parindra)," papar Dinar.
GNI sendiri diapit oleh dua paviliun kembar. Paviliun selatan kini diubah menjadi Museum Dr. Soetomo, tempat yang didedikasikan untuk mengenang perjalanan hidup dan perjuangan tokoh Pahlawan itu.
Museum Dr. Soetomo diresmikan pada 29 November 2017, dan memuat koleksi benda bersejarah seperti foto-foto serta barang pribadi Dr. Soetomo. Dengan teks penjelasan dalam bahasa Indonesia dan Inggris, museum ini dirancang untuk mengedukasi pengunjung dari berbagai latar belakang tentang kontribusi besar Dr. Soetomo bagi kemerdekaan Indonesia.
“Kami berharap museum ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda untuk meneladani perjuangan beliau. Meskipun Dr. Soetomo meninggal tujuh tahun sebelum kemerdekaan, kontribusinya menjadi landasan perjuangan nasional," ungkap Dinar.
Untuk Museum, dibuka untuk umum dari Selasa hingga Minggu pukul 08.00 hingga 15.00 WIB, dan tiket dapat dipesan secara online melalui tiketwisata.surabaya, dengan tarif khusus untuk pelajar Surabaya yang bebas biaya. Selain museum, pengunjung juga dapat menziarahi makam Dr. Soetomo yang berada di area belakang pendopo.
Sementara itu, paviliun utara digunakan sebagai gedung SMK Bubutan dan menjadi tempat produksi Majalah Panjebar Semangat, majalah kebangsaan yang hingga kini masih aktif menyebarkan semangat patriotisme.
Kombinasi bangunan GNI, Museum Dr. Soetomo, dan paviliun utara ini menciptakan kawasan penuh nilai sejarah, di mana para pengunjung bisa mengenang jejak perjuangan bangsa.
Tidak berhenti pada kegiatan sehari-hari, Museum Dr. Soetomo juga mengadakan program tahunan “Cross Musea,” sebuah agenda kolaboratif bersama museum-museum lain di Indonesia.
“Kami mengundang pelajar-pelajar di Surabaya agar mereka bisa lebih memahami sejarah pergerakan Indonesia melalui pameran lintas museum ini,” tukas Dinar.
Kehadiran GNI dan Museum Dr. Soetomo, menjadikan Kota Surabaya tak hanya menyimpan jejak perjuangan bangsa, tapi juga menghadirkan ruang untuk mengenang dan menginspirasi generasi mendatang. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?