Genting Rusak, Sekolah di Pelosok Probolinggo Harus Pakai Banner Bekas Agar Tidak Bocor

Kerusakan itu sudah terjadi dua tahun terakhir, di SDN Bimo, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo

07 Aug 2024 - 11:45
Genting Rusak, Sekolah di Pelosok Probolinggo Harus Pakai Banner Bekas Agar Tidak Bocor
Kondisi atap sekolah yang ditutup banner. (Armandsyah/SJP)

Kabupaten Probolinggo, SJP - Sebuah sekolah di pelosok Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, harus bertahan dengan keadaan yang memprihatinkan.

Guna mengantisipasi tetesan air ketika hujan, atap sekolah harus ditambal dengan banner bekas.

Atap genting sekolah pun sudah nampak renta, siap runtuh kapan saja.

Kerusakan itu sudah terjadi dua tahun terakhir, di SDN Bimo, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo.

Terdapat tiga ruangan yang kondisinya cukup memprihatinkan, tiga ruang kelas dan satu ruang guru. Kondisi terparah adalah kelas VI.

M. Juri, Kepala SDN Bimo bilang, hampir semua bagian atas keempat ruangan tersebut mulai digerogoti rayap.

Bahkan di ruang kelas VI, sudah tidak ada plafon yang tersisa.

“Kelas yang lain juga rusak, tapi yang kelas VI, atapnya langsung genteng, plafonnya sudah jatuh semua,” jelasnya, pada awak media, Rabu 7 Agustus 2024.

Di sekolah ini, total ada 91 orang siswa. Dengan rincian, kelas I 15 orang, kelas II 16 orang, kelas III 14 orang dan kelas IV 11 orang.

Selanjutnya, kelas V 14 orang dan kelas VI 21 orang.

“Survey dari Dinas untuk empat ruangan ini sudah dilakukan Februari lalu, tapi kapan direhabnya, sampai sekarang belum ada kejelasan,” imbuh Juri.

Kendati kondisinya memprihatinkan seperti itu, kelas tetap digunakan. Sebab tak ada lagi bangunan yang bisa dipakai.

Keadaan makin miris ketika hujan datang. “Kelas tidak bisa lagi digunakan, karena bocor semua,” kata salah satu guru, Zubaidah.

Untuk mengatasi bocor itu, sempat disiasati dengan memasang banner bekas. Tapi tetap saja bocor.

Jika kondisi sudah demikian, terpaksa harus menunggu kelas lainnya selesai belajar dan pulang sekolah.

Untuk meminjam kelasnya agar bisa digunakan siswa kelas VI.

“Jika tidak, ia harus meminjam ruang kelas TK yang berada di kompleks halaman sekolah tersebut,” sebut Zubaidah.

Kondisi kelas VI diperparah dengan kerusakan yang timbul akibat pohon beringin roboh dan menimpa bangunan kelas.

Terjadi ketika musim hujan yang lalu. Robohnya pohon itu menimbulkan banyak genting rusak.

Kondisi semakin parah, karena tidak ada lagi toilet yang bisa digunakan.

Jika ingin menggunakan kamar mandi, guru harus menyeberang ke SMPN 1 Pakuniran.

Untuk meminjam toilet. Sebab toilet yang ada di sekolah, kondisinya sudah tidak layak.

“Untuk guru numpang ke SMP. Sedangkan untuk siswa, harus pergi ke sungai. Karena toilet yang ada sudah rusak,” ujarnya.

Terpisah, Kabid Pembinaan SD pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikdaya) Kabupaten Probolinggo, Sri Agus Indaryati mengatakan, SDN Bimo memang sudah masuk dalam data untuk direhab tahun 2024.

Namun, pelaksanaannya belum dapat dipastikan. “Masih proses di E-Katalog. Kalau e-katalognya lanxar, maka segera kami perbaiki,” kata Sri.

Perbaikan itu, hanya untuk empat ruangan. Tidak ada anggaran untuk melakukan perbaikan atau membangun kamar mandi di sekolah tersebut.

“Kami utamakan ruang belajar dulu ya, biar siswanya nyaman saat belajar. Untuk toilet, itu nanti bisa menggunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah),” pungkas Sri. (*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow