Inovasi dari Limbah Kopi dan Sabut Kelapa: Mahasiswa PCU Ciptakan Lampu Ramah Lingkungan

Berbekal kreativitas dan keprihatinannya terhadap lingkungan, Ingrid menciptakan rangkaian produk lampu yang terbuat dari ampas kopi dan sabut kelapa, melalui karya berjudul "Perancangan Produk Aksesoris Interior dari Limbah Ampas Kopi dan Sabut Kelapa".

08 Sep 2024 - 20:30
Inovasi dari Limbah Kopi dan Sabut Kelapa: Mahasiswa PCU Ciptakan Lampu Ramah Lingkungan
Inggrid mengenalkan karya inovasinya yang ubah limbah ampas kopi dan sabut kelapa menjadi aksesoris Interior (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Di tengah tren konsumsi kopi yang semakin meningkat, Indonesia menghadapi tantangan baru, yakni limbah ampas kopi yang kian menumpuk.

Dengan semakin banyaknya kafe maupun warung kopi (warkop) yang bermunculan di berbagai kota besar, limbah organik ini sering kali berakhir di tempat sampah tanpa pemanfaatan lebih lanjut.

Bahkan, menurut data dari International Coffee Organization, konsumsi kopi di Indonesia mengalami peningkatan rata-rata 8,22 persen per tahun, namun mayoritas dari limbah ampas kopi ini belum diolah secara maksimal, meskipun limbah tersebut sebenarnya memiliki potensi besar untuk didaur ulang.

Selain limbah kopi, Indonesia juga merupakan salah satu produsen terbesar sabut kelapa di dunia, namun serupa dengan ampas kopi, limbah sabut kelapa sering kali hanya menjadi produk sisa tanpa inovasi berarti.

Melihat isu tersebut, Ingrid Georgina Henriette Payangan, seorang mahasiswa program studi Interior Design di Universitas Kristen Petra (PCU), Surabaya, melihat peluang dari tumpukan limbah ini.

Berbekal kreativitas dan keprihatinannya terhadap lingkungan, Ingrid menciptakan rangkaian produk lampu yang terbuat dari ampas kopi dan sabut kelapa, melalui karya berjudul "Perancangan Produk Aksesoris Interior dari Limbah Ampas Kopi dan Sabut Kelapa".

Karya inovatif yang membawanya meraih predikat cumlaude di Wisuda ke-86 PCU ini cukup menarik, berbagai jenis lampu seperti Hanging Lamp hingga Table Lamp memungkinkan untuk memancarkan keindahan organik dan abstrak dari lapisan yang dilapisi ampas kopi dan sabut kelapa itu.

"Tren konsumsi kopi sangat meningkat, banyak kafe buka dimana-mana, tapi mayoritas ampas kopinya dibuang begitu saja," ucap Ingrid, Minggu (8/9).

"Di sisi lain, Indonesia menjadi salah satu produsen limbah organik terbesar berupa sabut kelapa, dan masih tertinggal dalam hal inovasi pengolahan limbah ini," sambungnya.

Proses pembuatan lampu-lampu tersebut diawali dengan pengumpulan ampas kopi dari kedai-kedai kopi di sekitar rumahnya, yang ia katakan mau untuk memberikan sisa produksi itu secara gratis.

Ingrid kemudian menggabungkan ampas kopi dan sabut kelapa dengan bahan-bahan natural lainnya, menciptakan material baru yang menghasilkan pola unik ketika cahaya lampu dihidupkan. 

Dalam wawancaranya, Ingrid mengungkapkan harapannya bahwa karya ini bisa menginspirasi orang lain untuk lebih kreatif dalam mengolah limbah. 

"Aku berharap karya ini menginspirasi orang lain untuk mencari potensi-potensi yang dapat dihasilkan dengan pengolahan limbah menjadi produk-produk interior," tambah Inggrid.

Melalui inovasi seperti yang dilakukan oleh Ingrid, diharapkan generasi muda dapat semakin kreatif dalam mencari solusi bagi permasalahan lingkungan yang semakin mendesak. 

Inovasi yang memadukan seni, desain, dan keberlanjutan seperti ini menjadi salah satu contoh bagaimana limbah dapat diolah menjadi produk yang bernilai estetika tinggi serta memiliki nilai jual di pasaran.(*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow