Board Game Amborasa: Serunya Mengenal Rempah-rempah Indonesia untuk Generasi Z

Board game Amborasa lahir dari keprihatinan terhadap kecenderungan anak muda yang lebih sering memesan makanan online atau menggunakan bumbu instan, sehingga mulai kehilangan keterampilan dasar dalam memasak dan mengenali bahan-bahan dapur tradisional.

26 Sep 2024 - 20:30
Board Game Amborasa: Serunya Mengenal Rempah-rempah Indonesia untuk Generasi Z
Fiorella Chelsea peragakan permainan Amborasa (Ryan/SJP)

SURABAYA, SJP – Generasi muda Indonesia, terutama Gen Z, semakin jarang mengenal rempah-rempah tradisional. Padahal rempah-rempah tak hanya sekadar bumbu dapur, tapi juga bagian dari identitas budaya Indonesia. 

Melihat fenomena ini, Fiorella Chelsea, seorang wisudawan Desain Komunikasi Visual (DKV) Petra Christian University (PCU) Surabaya, menciptakan inovasi yang menarik perhatian, yakni board game edukatif bernama Amborasa.

Inovasi ini lahir dari keprihatinan Fiorella terhadap kecenderungan anak muda yang lebih sering memesan makanan online atau menggunakan bumbu instan, sehingga mulai kehilangan keterampilan dasar dalam memasak dan mengenali bahan-bahan dapur tradisional. 

"Lewat karya ini, aku ingin mengenalkan rempah-rempah Indonesia baik dari wujud, cara pengolahan, dan biasa digunakan untuk masakan apa saja dengan cara yang menyenangkan dan interaktif," ungkap Fiorella, Kamis (26/9/2024).

Board game, secara umum adalah permainan di atas papan yang melibatkan strategi, peran kartu, dan interaksi antar pemain yang dikenal memiliki manfaat edukasi, karena memungkinkan pemain untuk saling berinteraksi dan belajar bersama.

Dalam Amborasa, Fiorella menghadirkan elemen edukasi dengan menyajikan pengetahuan tentang berbagai rempah Indonesia dan cara pengolahannya melalui permainan yang menyenangkan.

"Board game ini bisa dinikmati tanpa terasa sedang ‘belajar’ dan tanpa terkesan menggurui," tambah Fiorella.

Permainan ini didesain untuk mengajak pemain berkompetisi dalam mengumpulkan bahan-bahan resep tradisional Indonesia, setiap pemain memilih kartu karakter untuk menentukan tantangan yang harus dihadapi. 

Permainan berlangsung selama tiga putaran, di mana setiap putaran pemain harus mengumpulkan bahan-bahan sesuai resep masakan yang dipilih, pemain yang berhasil melengkapi resep masakan dengan bahan yang dikumpulkan akan keluar sebagai pemenang.

"Mainnya ini tiga putaran, setiap putaran mengambil satu resep dan jika terkumpul semua sesuai resep makanan bisa menang," jelas Fiorella.

Tidak hanya mengumpulkan bahan, pemain juga harus membeli bahan-bahan tersebut dengan uang-uangan yang disediakan dengan nominal sesuai harga pasar, dari Rp 500 hingga Rp 20.000, pemain diajak untuk berinteraksi layaknya berbelanja di pasar tradisional.

"Memilih nominal pecahan Rp 500 - Rp 20 ribu karena menyesuaikan dengan harga rata-rata di pasaran," jelas Fiorella.

Selain itu, permainan ini memiliki elemen tawar-menawar atau lelang dalam proses pembelian bahan, yang membuat permainan semakin menantang. 

"Di setiap resep ada bahan yang dikumpulkan dan harus dibeli. Kita harus nawar seperti lelang," tambahnya.

Selain itu, permainan ini juga dilengkapi dengan kartu resep dan papan dapur yang berisi teknik pengolahan rempah dari berbagai masakan Nusantara, menambah kekayaan informasi yang bisa didapatkan pemain selama bermain.

Selain informatif dan memiliki mekanisme yang unik, visual Amborasa juga sangat detail, karena Fiorella secara khusus membuat miniatur replika rempah menggunakan clay, agar pemain bisa mengenali wujud asli rempah-rempah tersebut meskipun tidak memegang benda aslinya.

Hal tersebut bukan dilakukan tanpa alasan, melainkan bertujuan untuk memperkuat aspek edukatif dari permainan dengan menghadirkan visualisasi nyata dari bahan-bahan dapur Nusantara.

"Karena itu, untuk pembelian Amborasa harus melalui Pre-order, karena saya harus membuatkan replika itu dahulu," ucap Fiorella.

Dengan inovasi ini, Fiorella berharap Amborasa bisa menjadi jembatan yang menghubungkan generasi muda dengan kekayaan rempah-rempah Indonesia, bukan hanya sebagai bahan masakan, tetapi sebagai bagian dari warisan budaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan. (*)

Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow