Visiting Industri UMKM, Mahasiswa Akuntansi FEB Unisma Belajar Bisnis dari Entrepreneur Sukses
Atas dasar semangat memajukan UMKM dan Milestone Entrepreneur University, mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Malang (Unisma) yang tergabung dalam Himaprodi Akuntansi melakukan Visiting Industri ke UMKM Binaan Bank Indonesia.
Kota Malang, SJP - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berperan penting dalam meningkatkan perekonomian negara. Pemerintah Indonesia sendiri memastikan UMKM merupakan tulang punggung perekonomian bangsa.
Berdasar dari pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, UMKM kembali menjadi pahlawan kebangkitan ekonomi nasional di 2023 dengan membuka lapangan kerja dan peluang usaha.
Atas dasar semangat memajukan UMKM dan Milestone Entrepreneur University, mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Malang (Unisma) yang tergabung dalam Himaprodi Akuntansi melakukan Visiting Industri ke UMKM Binaan Bank Indonesia.
Dekan FEB Unisma Nur Diana SE MSi CMA CBV CERA mengapresiasi mahasiswa Akuntansi yang ingin belajar entrepreneur dari pelaku UMKM yang sukses di Kabupaten Pasuruan.
Hal ini diharapkan mampu menambah wawasan kewirausahaan serta menggugah jiwa pebisnis/pengusaha yang tentunya bermanfaat bagi kehidupan mendatang.
UMKM atau usaha mikro menengah kecil di wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan binaan Bank Indonesia.
“Indonesia butuh entrepreneur muda yang mampu mendokrak perekonomian bangsa. Apalagi jumlah entrepreneur di negara kita masih minim," ucap Diana.
Ia katakan Sudah saatnya mahasiswa belajar dari para entrepreneuer binaan Bank Indonesia, sejatinya akan memberikan pengalaman menjalankan bisnis.
"Terutama membangun mindset entrepreneur sejak dini sehingga belajar dari pengalaman akan membuat anda menjadi entrepreneur yang sukses," tambahnya.
Dalam kunjungannya diikuti 50 mahasiswa dan dua dosen pendamping. Mereka mengunjungi ke kerajinan Batik Nurita yang ownernya Nurita Iza Rosdiany di desa Cangkringmalang, Beji, Kabupaten Pasuruan.
Menurut Nurita Iza tak mudah bagi perajin batik baru untuk bertahan di tengah persaingan, apalagi dengan kain batik pabrikan yang harganya jauh lebih terjangkau. Prinsipnya ada tiga kunci utama kami pegang dalam mengembangkan bisnis ini yaitu kreativitas, digitalisasi dan sinergi.
“Berbekal keunikan dan kekhasan yang menonjolkan motif yang menjadi kekayaan alam setempat," tukas Nurita.
Meski tidak alergi terhadap motif lain, dia lebih memilih flora, seperti krisan atau seruni dan sedap malam. Bahkan perdagangan UMKM ini menggunakan sistem digitaliasasi.
Produksi batiknya sudah terjual ke sejumlah daerah di Indonesia. Pemasarannya fokus melalui penjualan online. Nurita mengatakan, sudah banyak usaha batik dengan berbagai motif khas yang ditawarkan. Maka Nurita menilai bahwa tantangan pembatik saat ini ada pada pemasaran.
"Kreativitas meningkatkan nilai tambah produk. Digitalisasi dengan sistem pembayaran cepat, murah, aman dan andal. Sinergi dapat memperkuat model bisnis yang terintegrasi," ujar dia.
Dalam kunjungan, mahasiswa juga belajar membatik dan tanya jawab terkait strategi bersaingnya, cara membangun ide atau desain kreatif untuk motif batiknya. Bahkan model marketing serta peranan Bank Indonesia sebagai mitra bisnis yang memberikan pembinaan.
Acara dilanjutkan dengan kunjungan ke Bank Indonesia untuk mengikuti outing class tentang Bank Sentral Indonesia.(***)
Editor: Tri Sukma
What's Your Reaction?