Usai Pembekuan Dicabut, BEM FISIP Unair Merasa Menang

BEM FISIP Unair kembali aktif setelah pembekuan dicabut, menegaskan bahwa nalar kritis mahasiswa akan terus terjaga di tengah segala tantangan.

29 Oct 2024 - 14:45
Usai Pembekuan Dicabut, BEM FISIP Unair Merasa Menang
Presiden BEM FISIP Unair, Tuffa bersama anggotanya tegaskan pihaknya akan tetap kritis dalam konferensi pers pada Selasa (29/10/2024) (Ryan/SJP)

SURABAYA, SJP - Setelah sempat dibekukan oleh Dekanat FISIP Unair pada 26 Oktober 2024 lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Unair kembali aktif.

Pembekuan itu akibat dari ucapan selamat dalam bentuk karangan bunga yang dinilai tidak pantas oleh dekanat. Usai berdialog pada 28 Oktober 2024 kemarin, status pembekuan itu dicabut.

Ketua BEM FISIP Unair, Tuffahati Ullayyah Bachtiar menegaskan, kritikan dan bahkan ancaman yang mereka terima tidak akan mengubah sikap kritis BEM FISIP Unair.

"Peristiwa ini tidak akan mengubah sikap kami. BEM FISIP Unair akan terus menjadi rumah bagi nalar kritis mahasiswa dan kebebasan akademik," ucap Tuffa, Selasa (29/10/2024).

Dia mengatakan, pembekuan itu menjadi momentum penting untuk memperkuat tekad mereka dalam menghadapi potensi otoritarianisme. Menurutnya, potensi itu bisa menjadi kenyataan bila tidak ada yang mengontrol.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada Sabtu, 26 Oktober 2024 lalu, BEM FISIP Unair dibekukan karena karangan bunga berisi ungkapan satire dinilai sebagai ujaran kebencian terhadap Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Pihak Dekanat FISIP Unair menganggap penggunaan diksi dalam ungkapan tersebut melanggar koridor akademik dan jauh dari prinsip etika kesantunan.

Tulisan dalam karangan bunga tersebut berbunyi:
“Selamat atas Dilantiknya Jenderal Bengis Pelanggar HAM dan Profesor IPK 2,3 sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang Lahir dari Rahim Haram Konstitusi.”

Namun, pada Senin, 28 Oktober, BEM dan Dekanat FISIP Unair sepakat untuk berdialog. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan pengaktifan kembali status BEM.

"Saya mengapresiasi sikap proaktif dekanat, terutama Prof. Bagong selaku dekan, yang mau diajak berdialog dan menyelesaikan masalah dengan cepat," ungkap Tuffa.

Pihaknya menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan berbagai pihak yang menunjukkan solidaritas terhadap BEM selama masa pembekuan.

Meski pembekuan telah dicabut, masalah belum selesai. Tuffahati mengakui, akun media sosial BEM FISIP Unair, BEM Unair, bahkan akun pribadinya dan presiden BEM Unair terus menerima teror dari sejumlah pihak.

"Ini bukan hanya masalah pembekuan, tetapi serangan siber ini adalah ancaman nyata bagi kebebasan akademik dan kebebasan berekspresi," tegasnya.

Menurut dia, serangan siber tersebut mencerminkan fenomena berbahaya yang mengancam mahasiswa dan ruang kritis di lingkungan kampus.

"Sebagai mahasiswa, kita harus berani menyampaikan kritik tanpa rasa takut. Budaya kritis adalah identitas kita, dan tugas kita sebagai iron stock serta watchdog tidak boleh goyah," tandas Tuffa.

Dia menyebut, kembalinya BEM FISIP Unair adalah kemenangan kecil bagi mahasiswa. Tetapi peringatan bagi semua agar tetap waspada.

"Kita memang merayakan kemenangan ini. Namun yang memisahkan kita dari rezim otoritarianisme hanyalah waktu. Sedikit saja kita lengah, otoritarianisme bisa kembali menjajah ruang-ruang akademik," ucapnya dengan nada serius.

Tuffa menekankan, kemenangan itu bukan alasan untuk berhenti, tetapi justru titik awal untuk terus memperjuangkan kebebasan berpendapat dan nalar kritis.

"Budaya konstruktif tersebut harus tetap dilestarikan. Karena mahasiswa memiliki fungsi sebagai iron stock dan watchdog bagi rezim yang berkuasa," pungkasnya. (*)

Editor: Ali Wafa

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow