Universitas Negeri Malang Jadi Garda Terdepan Ketahanan Pangan
Melalui langkah-langkah nyata yang diambil, UM menunjukkan bahwa ketahanan pangan bukan hanya retorika, melainkan sebuah misi yang dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Kota Malang, SJP - Universitas Negeri Malang (UM) semakin mengukuhkan diri sebagai kampus unggulan dalam upaya ketahanan pangan.
UM tidak hanya menyuarakan komitmennya, tetapi juga terus berupaya melalui aksi nyata menjaga ketahanan pangan, terlebih menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin terasa.
Melalui langkah-langkah nyata yang diambil, UM menunjukkan bahwa ketahanan pangan bukan hanya retorika, melainkan sebuah misi yang dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Keberlanjutan aksi ini tak hanya mendukung tujuan kampus hijau secara berkelanjutan.
Deklarasi UM sebagai kampus yang mempunyai langkah strategis dalam mendukung tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sudah menjadi komitmen bagi Rektor UM Prof. Dr. Hariyono, M. Pd, yang dikenal sebagai sosok visioner.
Hari ini, semangat ketahanan pangan di UM mencapai puncaknya dengan pemanenan ketela rambat.
Dosen, mahasiswa, dan petugas taman bersatu dalam aksi nyata, menandai kolaborasi lintas disiplin untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih lanjut, ketela-ketela hasil panen ini diproses menjadi berbagai produk olahan kue dan makanan antara lain brownis, nugget dan sebagainya.
"Langkah konkret UM dalam ketahanan pangan mencakup peningkatan produksi pangan, pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana, serta pendekatan holistik yang melibatkan seluruh elemen akademis dan masyarakat kampus," ujar Ketua Green Campus UM, Prof. Dr. Sumarmi, M. Pd kepada Suarajatimpost.com pada Rabu (31/1/2024)
Keterlibatan Green Campus yang diketuai Profesor Sumarmi ini bukan sekadar konsep mengelola lingkungan, tapi lebih daripada itu juga sebagai upaya menciptakan kampus yang sehat, hijau, dan mencerdaskan.
"Sebagai garda terdepan, UM membuktikan bahwa ketahanan pangan bukanlah semata tanggung jawab pemerintah atau dunia usaha, tetapi juga tugas bersama perguruan tinggi yang proaktif dan solutif sebagai kunci untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan," tambahnya.
Sebagai informasi tambahan, sampah organik hasil olahan (kulit, dan sisa buah dan sayuran) juga tidak dibuang sia-sia.
"Dari pengolahan sampah organik sisa kulit buah dan sayuran dicampur dengan gula merah, kemudian difermentasi selama tiga bulan dan akan jadi eco-enzyme. Kemudian eco-enzyme yang sudah jadi bisa dipakai sebagai produk pengharum ruanganyg, cairan pembersh lantai, hinhga cairan pembersih kamar mandi," tandasnya. (0)
editor:trisukma
What's Your Reaction?