Tumpukan Sampah Menggunung, TPA Pakusari Jadi Ancaman Warga dan Lingkungan

Kondisi tumpukan sampah yang berasal dari 17 kecamatan di wilayah Kabupaten Jember dan kondisi musim hujan saat ini, juga dinilai ancam lingkungan dan warga sekitar TPA Pakusari.

25 Jan 2024 - 03:30
Tumpukan Sampah Menggunung, TPA Pakusari Jadi Ancaman Warga dan Lingkungan
Tumpukan sampah hampir 20 meter terlihat di lingkungan warga sekitar.(Ulum/SJP)

Kabupaten Jember, SJP- Tumpukan sampah menggunung yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari, Jember dinilai meresahkan. Pasalnya saat ini tumpukan sampah itu mencapai tinggi kurang lebih 20 meter dan kapasitasnya overload.

Dengan kondisi tersebut, penanganan untuk mengatasi persoalan sampah menumpuk itu sebenarnya sudah dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jember. 

Kondisi tumpukan sampah yang berasal dari 17 kecamatan di wilayah Kabupaten Jember dan kondisi musim hujan saat ini, juga dinilai ancam lingkungan dan warga sekitar TPA Pakusari.

"Jadi lahan kita itu sudah full dengan sampah, dengan ketinggian (tumpukan sampah) rata-rata di atas 20 meter. Sehingga menempatkan sampah itu sangat sulit," kata Kepala UPT TPA Pakusari RM Masbut, Kamis 25 Januari 2024.

Masbud menjelaskan, tumpukan sampah yang masuk ke dalam TPA Pakusari per hari mencapai 197 ton.

"Sehingga kalau mengelola sampah itu, tiap hari harus naik ke timbunan sampah dengan kendaraan. Tidak bisa hanya dengan jalan kaki, tiap hari harus diurug (tumpukan) sampah itu," katanya.

Dengan kondisi tumpukan sampah itu, lanjutnya, diakui oleh Masbut, pihaknya harus memutar otak untuk mengolah sampah.

"Karena sebenarnya kita itu (tumpukan sampah yang ada sekarang) totalnya mencapai kurang lebih 7,1 juta ton yang ada di sini, dengan kapasitas awal kita sebenarnya target awal hanya 5 ribu ton. Dimana kondisi ini terjadi sejak tahun 1992, kelebihan sampah itu mencapai 2 juta ton (per tahun), sampai saat ini," ulasnya.

Lebih lanjut kata Masbut, dengan kondisi tumpukan sampah yang menggunung itu. Dibutuhkan solusi penanganan yang baik, terlebih situasi yang ada juga dikhawatirkan mengancam lingkungan sekitar TPA Pakusari.

"Sehingga kondisinya sekarang luas lahan (tumpukan sampah ini) sudah mepet dengan lahan lainnya, yang hal ini berdampak negatif dengan lingkungan sekitar. Terutama musibah longsor dikala musim hujan," ujarnya.

Akan tetapi, dengan kondisi yang mengkhawatirkan itu. Kata Masbut, pihaknya tidak berpangku tangan. 

Sejumlah langkah antisipasi dan upaya mencari solusi sudah dilakukan. Kata Masbut, diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif dari tumpukan sampah itu.

"Diantaranya seperti (tumpukan sampah) dibuat terasering agar tidak terjadi longsor. Kemudian diurug, dipadatkan untuk meminimalisir dampak. Kita pun juga menumbuh kembangkan pengelolaan sampah di hulu, agar sampah yang dibuang ke TPA makin hari berkurang," ujarnya.

"Sehingga dengan upaya ini, setidaknya TPA bisa berumur panjang, apalagi kita tahu semua. Kondisi serupa ini dialami seluruh TPA di Indonesia. Apalagi juga dengan mulainya ada penolakan masyarakat dan sebagainya," sambung Masbud.

Lebih jauh soal memperluas lahan lokasi TPA Pakusari. Masbud menambahkan, luasan lahan TPA Pakusari saat ini kurang lebih 6,8 hektare. Itupun hanya 3,2 hektare yang berisi tumpukan sampah.

"Tapi meskipun demikian ya kita sangat prihatin dengan kondisi overload capacity ini. Tapi solusi memperluas lahan itu yang sementara juga bisa dilakukan," ujarnya.

Selain itu, lebih lanjut kata Masbut, upaya mengurangi sampah dengan memberdayakan pemulung yang ada di TPA Pakusari, juga sudah dilakukan oleh pengelola.

"Untuk partisipasi pemulung ini sangat membantu kita, untuk mengurangi sampah yang ada. Jadi dari kurang lebih 184 pemulung yang ada, bisa mengurangi 7 ton sampah yang ada per hari, untuk bisa keluar dari TPA. Untuk sampah yang keluar, adalah yang memiliki nilai ekonomi. Mulai dari sampah plastik, kertas, dan kardus. Itu kan dibantu dipilih dan dipilah oleh para pemulung," ujarnya.

Upaya peremajaan armada untuk mengangkut dan mengelola tumpukan sampah, katanya, juga sudah dilakukan.

"Untuk armada (truk dan backhoe) juga dibutuhkan peremajaan, karena yang ada sekarang ini sudah tua semua. Tapi tiap tahun kita upayakan agar terus ada peremajaan dan penambahan armada itu. Bahkan untuk sementara, dari armada yang ada sampai 3-4 kali sehari mengangkut sampah ke wilayah yang belum terjangkau," ujarnya.(*)

editor: trisukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow