Tradisi Unik Adu Tumper, Simbol Keseriusan dan Harmoni dalam Pernikahan Suku Osing Banyuwangi

Pernikahan adalah momen sakral yang mempersatukan dua individu dengan latar belakang yang berbeda, baik dalam aspek ekonomi, budaya, maupun pendidikan.

19 Dec 2024 - 08:01
Tradisi Unik Adu Tumper, Simbol Keseriusan dan Harmoni dalam Pernikahan Suku Osing Banyuwangi
Foto: GNFI

BANYUWANGI, SJP - Pernikahan adalah momen sakral yang mempersatukan dua individu dengan latar belakang yang berbeda, baik dalam aspek ekonomi, budaya, maupun pendidikan. Oleh karena itu, banyak tradisi yang dijalani untuk mempersiapkan pasangan menuju kehidupan baru yang penuh tantangan. Tradisi ini bertujuan untuk membantu pasangan saling memahami perbedaan dan membangun hubungan yang bahagia dan harmonis.

Di Indonesia, berbagai daerah memiliki tradisi unik yang menjadi bagian dari prosesi pernikahan, salah satunya adalah tradisi adu tumper yang berasal dari Suku Osing di Banyuwangi, Jawa Timur. Tradisi ini memiliki makna dan simbolisme yang dalam, yang menghubungkan kedua calon pengantin serta keluarga mereka.

Adu Tumper: Tradisi Unik dari Suku Osing

Suku Osing di Banyuwangi dikenal sebagai hasil perpaduan antara Suku Bali dan Suku Jawa, yang membuat tradisi mereka memiliki kemiripan dengan kedua suku tersebut. Meskipun ada beberapa kepercayaan dan tradisi yang diadaptasi dari Bali dan Jawa, adu tumper adalah salah satu tradisi khas yang sangat unik bagi Suku Osing.

Tradisi ini dilakukan ketika calon pengantin pria adalah anak sulung, sementara calon pengantin wanita adalah anak bungsu. Dalam pandangan masyarakat Jawa, perpaduan antara anak pertama dan terakhir dianggap ideal karena saling melengkapi. Namun, dalam kepercayaan Suku Osing, hal ini justru menjadi tantangan, karena anak bungsu perempuan dianggap sebagai anak kesayangan dalam keluarga dan tidak sembarang orang bisa mempersuntingnya.

Simbolisme dalam Adu Tumper

Adu tumper melibatkan dua bara api yang terletak pada sebatang kayu atau pelepah kelapa yang disebut bongkok. Dalam tradisi ini, dua bara api yang disebut tumper dipertemukan sebagai simbol dari pertemuan dua emosi yang berbeda, yaitu antara anak sulung dan anak bungsu. Pertemuan bara api ini juga menggambarkan keberanian calon pengantin pria untuk menghadapi tantangan keluarga wanita dan keseriusannya dalam menjaga calon istrinya.

Momen adu tumper biasanya digelar setelah akad nikah, pada saat surup atau menjelang maghrib. Bara api yang telah bertemu ini kemudian disiram dengan air suci kambang setaman, yang diharapkan dapat meredakan energi negatif dari kedua belah pihak. Dengan padamnya bara api, diharapkan kedua mempelai dapat memulai kehidupan rumah tangga yang penuh ketenangan dan kebahagiaan.

Kesimpulan

Tradisi adu tumper adalah salah satu contoh bagaimana masyarakat Suku Osing di Banyuwangi menggunakan simbol-simbol dalam prosesi pernikahan untuk menandakan kedalaman makna dalam hubungan.

Tradisi ini mengajarkan bahwa pernikahan bukan hanya soal penyatuan dua individu, tetapi juga tentang saling memahami perbedaan dan melewati tantangan bersama. Dengan simbolisme yang kuat, tradisi ini memberikan harapan agar kehidupan pernikahan dipenuhi dengan kedamaian dan kebahagiaan. (**)

sumber: goodnewsfromindonesia.id
Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow