Siap Bertugas, 20 Relawan Peace Corps Indonesia Diresmikan
Sebanyak 20 relawan Peace Corps dilantik di Surabaya, siap bertugas di berbagai daerah di Indonesia. Mereka membawa semangat mengajar bahasa Inggris dan mempererat hubungan budaya Indonesia-Amerika pasca-pandemi.
SURABAYA, SJP - Sebuah langkah penting dalam hubungan bilateral Indonesia-Amerika Serikat (AS) yang telah terjalin selama 75 tahun kembali terwujud. Sebanyak 20 relawan Peace Corps telah resmi dilantik pada Selasa (10/12/2024) di Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya.
Pengukuhan para relawan, yang terdiri dari warga Amerika Serikat dengan latar belakang usia dan profesi beragam tersebut menandakan kembalinya program Peace Corps di Indonesia yang sempat terhenti dan tidak menerima relawan akibat pandemi COVID-19.
Upacara ini dipimpin langsung oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Kamala Shirin Lakhdir, yang menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Dubes Kamala menjelaskan bahwa para relawan akan bertugas selama dua tahun di berbagai wilayah Indonesia, meliputi Jawa Timur, Jawa Barat hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka akan berfokus membantu pengajaran bahasa Inggris sekaligus memperkuat hubungan lintas budaya.
"Relawan ini adalah warga Amerika dari berbagai latar belakang yang secara sukarela menghabiskan dua tahun untuk bekerja di komunitas Indonesia. Mereka tidak digaji, tetapi menerima tunjangan hidup. Ini adalah bentuk pelayanan dengan hati," ujar Dubes Kamala, Selasa (10/12/2024).
Sebagai bagian dari pelatihan, relawan telah menghabiskan tiga bulan belajar bahasa Indonesia dan tinggal bersama keluarga lokal untuk memahami budaya, makanan, dan kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia.
"Nantinya, mereka akan bekerja sama dengan guru-guru Indonesia untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris para siswa, tidak hanya dalam berbicara namun juga dalam menulis bahasa Inggris," imbuhnya.
Untuk lokasi sekolah atau madrasah yang menjadi penempatan para relawan Peace Corps akan ditentukan bersama pemerintah Indonesia dengan fokus pada daerah-daerah yang memiliki akses terbatas terhadap penutur asli bahasa Inggris.
Lebih lanjut, Dubes Kamala menyampaikan bahwa relawan Peace Corps tidak hanya mengajar bahasa Inggris di dalam kelas, tetapi juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti kelompok menyanyi, bermain drama, atau debat bahasa Inggris yang menjadi bagian dari pendekatan untuk membantu siswa lebih percaya diri menggunakan bahasa tersebut.
"Kami berharap siswa dapat menggunakan kemampuan bahasa Inggris ini untuk melanjutkan studi di luar negeri atau mengembangkan karier mereka," tambah Dubes Kamala.
Sementara itu, Christie Scott, Direktur Peace Corps Indonesia, mengingat kembali bagaimana pandemi memaksa program ini berhenti pada 2020. Dirinya mengungkapkan bahwa sebelumnya ada 100 relawan Peace Corps di Indonesia, sebelum akhirnya harus ditarik akibat COVID-19.
"Peace Corps pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1970-an, namun program ini hanya berlangsung beberapa tahun sebelum dihentikan," ungkap Christie.
"Kehadirannya kembali dimulai pada tahun 2009 setelah pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat menandatangani Nota Kesepahaman (MoU). Kelompok relawan pertama yang kembali bertugas pada tahun 2010 terdiri dari 18 orang dan terus bertambah hingga ratusan," sambungnya.
Kini, Peace Corps Indonesia sedang membangun kembali kehadirannya, dengan menerima 12 relawan di tahun 2023 dan kelompok terbesar pasca-pandemi yang terdiri dari 20 relawan baru di tahun 2024, sehingga total relawan saat ini sudah mencapai 32 orang di Indonesia.
Program tersebut merupakan bagian dari kehadiran Peace Corps secara global, yang kini tersebar di 60 negara, termasuk di kawasan Asia seperti Filipina, Timor Leste, Sri Lanka, dan Palau.
“Hari ini, kami memulai lagi, dan ini adalah langkah besar,” ujarnya.
Christie, yang pernah menjadi relawan Peace Corps di Kenya, melihat program ini sebagai lebih dari sekadar upaya pendidikan. Menurutnya, para relawan juga menjadi duta persahabatan, menjembatani perbedaan budaya antara kedua negara.
“Mereka belajar tentang Indonesia, dan masyarakat Indonesia juga belajar tentang Amerika. Hubungan ini adalah inti dari program Peace Corps,” katanya.
Christie menjelaskan bahwa relawan ditempatkan di daerah-daerah yang membutuhkan, termasuk desa-desa kecil dan madrasah, bekerja di bawah Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama.
"Kami berharap program ini dapat berkembang lebih besar di masa depan, dengan lebih banyak relawan yang bergabung," ujar Christie.
Peace Corps berkomitmen pada misi "people-to-people" untuk membangun hubungan antarindividu antara warga Amerika dan komunitas lokal di Indonesia. Para relawan tidak hanya menjadi bagian dari upaya pendidikan di Indonesia, tetapi juga membawa pemahaman yang mendalam tentang Indonesia ketika kembali ke Amerika Serikat.
Selain menandai kembalinya Peace Corps di Indonesia, para relawan baru juga membawa cerita dan harapan mereka sendiri. Dan Lee, salah satu relawan yang baru saja lulus kuliah, akan bertugas di Ciamis, Jawa Barat. Ia mengaku tertarik bergabung dengan Peace Corps setelah mendapat rekomendasi dari temannya yang berasal dari Jakarta.
“Teman saya mengatakan bahwa Indonesia luar biasa, orang-orangnya ramah, makanannya enak, dan budayanya kaya. Itu membuat saya memutuskan untuk mendaftar,” ujar Dan.
Ia juga merasa terkesan dengan keramahan masyarakat Indonesia yang membantunya cepat beradaptasi. Selain fokus pada mengajar bahasa Inggris, ia berharap bisa menjelajahi berbagai wilayah Indonesia di luar tugas utamanya.
Senada dengan Dan, Sabrina Harjanto, relawan asal Philadelphia yang juga baru lulus kuliah, merasa program ini memberinya kesempatan unik untuk mengenal lebih dalam budaya asal orang tuanya yang berasal dari Indonesia. Sabrina akan bertugas di Jombang, Jawa Timur, dan merasa pengalaman ini sangat bermakna bagi dirinya.
“Saya bergabung dengan Peace Corps untuk memahami lebih banyak tentang Indonesia, meliputi budayanya, sejarahnya, dan bahasanya. Saya juga berharap bisa belajar bagaimana mengajar siswa di Indonesia secara efektif,” ungkap Sabrina.
Keduanya sepakat bahwa makanan Indonesia menjadi salah satu daya tarik utama, sekaligus menikmati keramahan masyarakat lokal yang membantu mereka merasa diterima. Pengalaman ini, menurut mereka, tak hanya memperkuat kemampuan mengajar, tetapi juga memperkaya pemahaman lintas budaya.
Dengan semangat para relawan ini, Peace Corps Indonesia tak hanya berkontribusi pada pendidikan, tetapi juga mempererat hubungan antara masyarakat Amerika Serikat dan Indonesia melalui interaksi langsung yang penuh makna. (*)
Editor : Rizqi Ardian
What's Your Reaction?